7. Jatuh Cinta?

1567 Words
Nevan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dengan mengangkat kedua tangan lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Matanya terpejam untuk meringankan rasa pedih di kedua netranya setelah seharian berjibaku dengan berkas dan layar laptop. Hari ini Nevan sengaja mengosongkan jadwal meeting untuk fokus mengecek detail laporan dari direktur keuangan. Sudah tidak terhitung jumlahnya Hannah ke luar masuk ruangan CEO muda tersebut untuk menjalankan semua perintahnya. Bahkan Nevan hampir menghabiskan 3 cangkir kopi hari ini. Makan siang pun Nevan memilih makan di ruangannya dengan menu delivery order dari restoran langganannya. Hannah mulai risau saat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tiga sore sedangkan Nevan sepertinya masih asyik dengan tumpukan berkas di hadapannya. Hannah terdiam cukup lama hingga suara bariton Nevan mengejutkannya. "Ada apa Han? Kamu masih sakit?" ucap Nevan yang seketika membuat lidah Hannah terasa kelu. Nevan berdiri lalu menghadap kaca raksasa di hadapannya yang menampakkan kesibukan kota Jakarta, tangan kirinya tenggelam ke dalam saku celana sedangkan tangan kanannya membawa secangkir kopi dan meneguknya secara perlahan. Nevan sengaja menghindari tatapan Hannah yang selalu mengingatkannya pada malam panas yang pernah mereka lalui bersama. Sedangkan Hannah tengah mengumpulkan keberanian untuk meminta izin pulang terlebih dahulu, ia benar-benar tidak bisa lembur untuk kali ini karena ia harus segera ke rumah sakit. "Maaf Pak Nevan, apa saya boleh izin pulang terlebih dahulu? saya mohon maaf tidak kerja lembur untuk hari ini," terang Hannah dengan suara bergetar. Ia tatap punggung lebar Nevan yang masih bergeming. Nevan terdiam cukup lama hingga akhirnya bersuara. "Pulanglah!" balas Nevan singkat tanpa mau repot-repot menatap Hannah. Ia justru menikmati hangat cahaya mentari di Ufuk Barat. "Terima kasih Pak." Hannah segera ke luar dari ruangan Nevan lalu bergegas membereskan meja, tas, dan mematikan komputer lalu berpamitan pada Siska dan Rayhan rekan kerjanya yang masih terlihat serius dengan pekerjaan masing-masing. Minggu terakhir di setiap bulan seperti ini pasti semua karyawan mendapatkan jatah lembur termasuk Hannah. Namun, karena suatu hal ia harus mengenyampingkan pekerjaannya terlebih dahulu dan lebih mementingkan kesembuhan Fahmi adiknya. Hannah yang berjalan tergesa-gesa hampir saja menabrak Tony yang baru saja berjalan dari arah kamar mandi. "Maaf Pak Tony," ucap Hannah dengan mengatupkan kedua tangan di depan d**a dengan tersenyum kaku. "Hati-hati di jalan!" balas Tony dengan santai yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Hannah. Tony tersenyum seraya melambaikan tangan lalu melangkahkan kaki menuju ruangan Nevan. "Bos ingin pulang sekarang? Atau langsung fitness?" tanya Tony yang kini telah berada di dalam ruangan Nevan. Hari ini adalah jadwal Nevan fitness. "Kamu pulang saja, saya ingin pergi sendiri," balas Nevan tanpa bersemangat. "Ok, terima kasih bos untuk bonusnya," balas Tony dengan santai namun penuh selidik. Tony sadar betul perubahan sikap Nevan akhir-akhir ini tetapi Tony memilih diam sebelum bosnya sendiri yang menceritakan masalahnya pada Tony. Meskipun mereka bersahabat tetapi Tony tahu diri dan menyadari batasan untuk tidak ikut campur dalam masalah privasi Nevan kecuali Nevan sendiri yang meminta. Seperti biasa Hannah pergi bersama Mang Damar, driver ojek langganannya menuju rumah sakit Medical Center. Berselang 10 menit mobil Nevan turut meninggalkan gedung pencakar langit miliknya. Tanpa Hannah sadari kini mobil Nevan hanya berjarak 2 mobil dari ojek yang ia tumpangi. Nevan sengaja mengikuti Hannah karena rasa penasarannya sejak dua hari lalu saat ia melihat Hannah memasuki sebuah rumah sakit padahal Hannah terlihat sehat dan baik-baik saja. Nevan tidak akan tinggal diam jika ternyata Hannah berani berbohong hanya untuk urusan pribadi dan meninggalkan kewajibannya begitu saja. Tak lama setelah Hannah memasuki rumah sakit tersebut Nevan hendak turun dari mobilnya. Namun segera ia urungkan saat melihat seseorang yang sangat ia kenal. Tante Amelia, adik sepupu papanya. Nevan baru teringat jika putra dari tantenya tersebut adalah salah satu dokter di rumah sakit tersebut. Nevan segera menyalakan mesin mobilnya meninggalkan halaman rumah sakit. Ia tidak ingin tantenya berpikiran yang macam-macam. Apalagi ia dan mamanya sudah memiliki dokter pribadi keluarga yang selalu siap 24 jam jika dibutuhkan. "Ngapain gue ngikutin gadis itu? Kurang kerjaan apa gue," gerutu Nevan saat tersadar apa yang telah ia lakukan dengan membuang-buang waktu hanya untuk menuruti rasa penasarannya. Kalau memang Nevan ingin tahu informasi tentang Hannah ia cukup memerintahkan Tony dan semuanya pasti beres dalam waktu yang singkat. Mobil Nevan meluncur bebas menuju tempat ia biasa latihan kick boxing. Ia sedang ingin me_refresh otaknya dengan meluapkan segala perasaannya. Perasaan yang ia sendiri tidak bisa mendefinisikannya. Dering ponsel membuyarkan lamunan Nevan. Siapa lagi jika buka Elnara mamanya, ia tahu apa yang akan mereka bicarakan. Pasti Alicia sudah mengadu tentang sikap kasar Nevan pada Alicia tempo hari. Ia pasang earphone ke dua telinganya dan saat panggilan tersambung tanpa basa-basi Elnara meluapkan semua amarahnya pada sang putra. Dengan santainya Nevan mendengarkan dan hanya menjawab 'iya' pada Elnara tanpa minat menjelaskan apa pun karena semuanya akan percuma. Setelah Elnara mematikan teleponnya Nevan mencari nomor kontak seseorang lalu menekan tombol call. "Datang ke tempat latihan boxing, gue butuh lawan tanding!" titah Nevan pada Tony yang seketika mendapatkan umpatan keras melalui telepon selulernya. Nevan yakin Tony sedang berkencan dengan salah satu perempuan incarannya dan Nevan dengan suka cita membatalkan kencan mereka. Marah? Tentu saja tidak. Nevan justru tertawa keras saat berhasil membuat Tony kesal seperti yang biasa ia lakukan. Nevan sengaja mencegah Tony agar tidak sembarangan menanam benih ke sembarang tempat. Sejak SMA sahabat satu-satunya itu sudah terkenal playboy. Jadi, setiap gadis yang menyukai Nevan justru berakhir di atas ranjang bersama Tony. Bahkan dulu dengan santainya Tony mengatakan pada gadis-gadis itu jika Nevan tidak tertarik pada lawan jenis alias gay. Kali ini Nevan marah? Tentu saja tidak juga. Karena dengan pengakuan Tony tersebut Nevan terbebas dari gadis-gadis genit yang ingin mendekatinya. Tony datang saat Nevan tengah melakukan sparing bersama pelatih studio tersebut. Nevan menghentikan kegiatannya lalu tersenyum menghampiri Tony yang tengah menatapnya dengan sorot kesal. "Ganti baju sana! Gue butuh lawan duel!" Ucap Nevan tanpa rasa bersalah. "Gue hampir aja berduel di atas ranjang klo saja loe nggak gangguin, gue butuh pelepasan nggak kayak Loe, sukanya berduel sama samsak!" kesal Tony lalu meninju bahu Nevan keras hingga tubuh Nevan mundur satu langkah seraya melangkah menuju kamar ganti. Hahahaha tawa Nevan semakin membuat Tony geram. Selalu saja Nevan mengusik kesenangannya. Meskipun menyebalkan tapi entah mengapa Tony sangat setia pada sahabatnya tersebut. Salah satu keuntungan memiliki sahabat baik dan dingin seperti Nevan adalah Tony mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Salah satunya wanita. Nevan adalah workaholic sedangkan Tony pecinta wanita bukankah sangat menyenangkan?. "You lose!" ucap Tony saat melihat ekspresi menyebalkan Nevan yang tengah menantinya di atas ring. Tony menaiki ring dengan senyuman sinis sedangkan Nevan hanya menatapnya datar dengan sebelah alis terangkat. Pertarungan sengit akan segera terjadi di ring ini. Sesuai permintaan Nevan pertarungan dua sahabat tersebut tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Jadi pelatih memilih meninggalkan mereka hanya berdua seperti biasa. Dan tentu saat para pegawai di studio tersebut sudah hafal dengan kekacauan yang akan terjadi. Mereka malah menyiapkan peralatan medis untuk berjaga-jaga karena biasanya Nevan dan Tony berduel sesuka dan sepuas hati mereka. Pertarungan dimulai. Kali ini Nevan menyuruh Tony yang menyerangnya terlebih dahulu. Serangan gesit Tony bisa ditangkis dengan baik oleh Nevan. Balasan keras berhasil mengenai rahang Tony yang membuatnya semakin geram. Namun, Tony sengaja tidak membalas lagi tetapi ia hanya memblokir setiap serangan Nevan. "Jangan bilang loe pengen menghajar gue cuma ingin melampiaskan amarah loe karena perjodohan yang menurut loe gila itu?" ucap Tony dengan nafas memburu karena menahan serangan Nevan yang membabi buta. Tak seperti biasanya suasana hati Nevan se-kacau ini, terakhir Tony menjadi sasaran amukan Nevan seperti ini saat kematian papanya tiga tahun silam. Waktu itu Tony babak belur hingga sempat di rawat di rumah sakit. Tony memang sengaja memberikan kesempatan pada Nevan untuk meluapkan semua emosinya. Tapi kali ini Tony sedikit heran, apa mungkin hanya karena gadis mirip Luna Maya itu Nevan bisa se-frustasi seperti ini. "Gue kasih loe Pajero sport pengeluaran terbaru jika loe berhasil menggagalkan rencana perjodohan itu!" tawar Nevan dengan nafas terengah dengan terus menyerang Tony dengan pukulan kombinasi jab dan silang. Senyum Tony mengembang sempurna seraya menahan serangan Nevan yang tak juga berhenti. Buk... Nevan kembali berhasil meninju pipi kiri Tony dengan keras hingga membuat tubuh Tony terhuyung ke sudut ring. Nevan kembali ke tengah ring seraya tersenyum mengejek pada Tony. Menyepelekan kekuatan Tony. Sebagai bodyguard Nevan seharusnya Tony lebih jago bertanding dari pada dirinya. "Gue terima tantangan loe dengan senang hati Van, kapan lagi gue dapat mobil gratis hanya untuk meniduri seorang gadis, hahahaha!" "Terserah loe! Pokoknya loe jauhin gadis itu dari gue!" sambung Nevan. Mereka kembali bertarung. Namun, Tony masih merasa ada yang janggal dengan sikap Nevan. Nevan sedang memikirkan hal lain. Bukan masalah Alicia atau Elnara mamanya tetapi hal lain yang lebih serius. Tiba-tiba senyum Tony mengembang saat mengingat perbincangan mereka tempo hari. Kali ini berganti Tony yang menyerang Nevan meskipun Nevan dengan baik bisa menangkis semua serangan Tony. Di saat ada sela Tony berucap, "Kira-kira gadis mana yang berhasil melepaskan segel perjaka loe Nevan," bisik Tony seraya menahan tawa saat melihat ekspresi Nevan yang mendadak lengah. Buk... Tony berhasil membanting tubuh Nevan ke atas ring. "You lose!" Ejek Tony seraya tertawa sedangkan Nevan malah merentangkan kedua tangan seraya mengatur napasnya yang memburu. "Gue bakal cari tahu siapa gadis itu!" sambung Tony lalu merebahkan diri di sisi Nevan dengan posisi yang sama. "Don't touch her!" ancam Nevan tegas yang justru membangkitkan rasa keingintahuan Tony. Lantas Tony tertawa sumbang sembari menatap Nevan yang masih menatap langit-langit studio. "Akhirnya sahabat gue merasakan jatuh cinta," gumam hati Tony seraya tersenyum penuh kemenangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD