bc

Night With CEO

book_age18+
42.1K
FOLLOW
389.6K
READ
billionaire
one-night stand
forced
arrogant
CEO
drama
bxg
office/work place
virgin
like
intro-logo
Blurb

JUARA 1 WRITING CONTEST CEO

NIGHT SERIES #1

Warning 18+!

Diharapkan bijak dalam memilih bacaan. Pembaca di bawah umur minggir!

Rivandra Nevan Setiadi, pria berusia 29 tahun dengan segala kesempurnaan hidupnya. Selain kaya, cerdas, dan kesuksesan yang selalu mengiringinya, ada satu hal penting yang belum ia dapatkan yaitu cinta. Karena sejak kecil ia dinobatkan sebagai pewaris tunggal Setiadi Company, perusahaan yang bergerak di bidang properti dan fashion membuatnya tidak pernah merasakan jatuh cinta. Baginya pekerjaan adalah nomor satu, dari obsesi itulah semua waktu semasa remaja hanya ia distribusikan untuk belajar tentang bisnis. Didikan diktator ayahnya membuat Nevan menjadi CEO tegas, disiplin, smart, dan andal namun dingin tak tersentuh oleh wanita manapun.

Kehidupan Nevan berubah 180° saat ia ingin mencoba sesuatu yang baru. Ia ingin merasakan sensasi semalam bersama seorang gadis yang tentu saja masih virgin.

Karena terdesak ekonomi akhirnya Hannah Almira, sekretaris Nevan menawarkan diri demi membiayai operasi jantung adiknya.

Nevan tak menyangka perbuatan isengnya itu justru menghadirkan benih-benih cinta sekaligus penyesalan seumur hidupnya.

Judul : Night With CEO

Author : Farasha

Genre : Romance

Tokoh : Nevan & Hannah

Cover by Ara Shop

chap-preview
Free preview
1. Virginity
Terlihat siluet seorang pria bersandar pada meja sembari tangan kiri tenggelam dalam saku celananya. Aroma kopi menguar dari secangkir kopi yang tengah dinikmatinya sembari mencumbu pemandangan kota metropolitan dari balik kaca raksasa gedung pencakar langit miliknya. Sosok tampan bertubuh atletis berambut coklat tersebut Rivandra Nevan Setiadi, CEO muda Setiadi Company yang bergerak di bidang property dan fashion. Sikap tegas, disiplin, dingin telah melekat di dalam dirinya sejak ia mulai menjejakkan kaki di perusahaan milik keluarganya. Pria berdarah Indonesia-Turki itu memiliki sepasang iris cokelat tajam yang mampu membekukan siapa pun yang berani menentangnya. Alis tebal, hidung mancung khas orang Timur Tengah ditambah bulu-bulu halus yang mengitari rahang tegasnya menjadi perpaduan yang paripurna dari makhluk ciptaan Tuhan tersebut. Terdengar helaan nafas kasar memenuhi ruangan serba putih berpadu silver tersebut. Ia mengingat permintaan Elnara mamanya untuk segera mencari pendamping hidup. Elnara ingin segera menimang cucu sebelum ia menyusul suaminya kelak, Elnara hanya ingin memastikan pendamping terbaik untuk putra tunggalnya demi kelangsungan perusahaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh dirinya dan Narendra Setiadi, suaminya. Tiba-tiba Nevan teringat mimpi panasnya bersama seorang gadis semalam. Nevan seolah familiar dengan gadis itu meskipun wajahnya tersamar karena kegiatan liar mereka di atas ranjang. "s**t!" umpat Nevan saat gagal mengenyahkan pikiran m***m yang dengan seenaknya bersarang di otaknya. Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu berhasil menginterupsi gelanyar aneh setelah mengingat mimpinya semalam. Dia pria dewasa normal, hanya saja rumor gay melekat padanya karena sikap dingin tak tersentuhnya membuat Nevan ditakuti sekaligus diidolakan oleh para wanita. Termasuk Hannah sang sekretaris yang tak bisa memungkiri kharisma sang bos. "Hari ini Pak Nevan ada meeting bersama Pak Jeremmy Milan dari perusahaan Golden Company pukul 09.00 dan pukul 12.00 meeting bersama direktur keuangan dan direktur personalia," terang Hannah membacakan agenda Nevan hari ini. Nevan yang kini berdiri menghadap Hannah menyeringai ragu saat ingin menyampaikan perihal keinginannya. Hannah terpaku sejenak saat menerima tatapan tak terbaca dari Nevan. Namun ia segera tersadar lalu segera ke luar ruangan Nevan dengan sopan sembari memeluk buku agendanya yang berisi jadwal sang bos. "Hannah!" panggil Nevan yang seketika menghentikan tangan Hannah yang tengah memegang handel pintu. "Iya, ada yang bisa saya bantu Pak?" ucap Hannah setelah kembali menghadap Nevan. "Carikan saya seorang gadis untuk menemani saya besok malam," balas Nevan dengan lancar dan santai sedangkan Hannah terpaku dengan kedua mata melebar sempurna dan bibir terbuka. "Mak maksud Bapak Nevan?" tanya Hannah dengan terbata, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Tanpa memperdulikan ekspresi terkejut sekretarisnya Nevan melanjutkan ucapannya. "Kamu gadis smart pasti paham dengan maksud saya!" terang Nevan dengan wajah datar dan dinginnya. "Ba baik Pak Nevan." Tanpa berani membantah Hannah mengiyakan perintah sang bos padahal ia pun tidak tahu menahu cara mencari gadis yang dimaksud oleh Nevan tersebut. "Han, ingat saya mau yang bersih!" ucap Nevan kembali yang seketika membuat otak Hannah bekerja ekstra, ia benar-benar tidak mengerti maksud dari perkataan bosnya tersebut. "Bersih?" ulang Hannah lirih sembari mencoba mencerna ucapan Nevan. Dengan seringai tak terbaca Nevan berjalan mendekati Hannah lalu berbisik di telinganya. Tubuh Hannah membeku merasakan nafas hangat Nevan menyapu wajah bagian kirinya. Dengan memberanikan diri dan mencoba mereda debaran jantungnya yang bertalu-talu Hannah mundur selangkah. "Virgin," bisik Nevan dengan senyuman yang tak bisa diartikan oleh Hannah sembari menjauhkan diri dari Hannah yang terlihat gugup dengan wajah memerah. "Ba baik Pak!" balas Hannah lalu segera ke luar dari ruangan Nevan. Nevan tergelak melihat ekspresi Hannah yang baru pertama kali ia lihat selama 2 tahun menjadi sekretarisnya. Nevan baru menyadari jika sekretarisnya terlihat begitu manis jika sedang gugup. *** Hannah pulang ke rumah susun yang disewanya dengan langkah gontai seraya memikirkan permintaan aneh Nevan. Senyumnya seketika terbit kala mengingat perbincangannya bersama Helen seminggu yang lalu. Helen adalah sekretaris direktur keuangan di perusahaan tempat Hannah bekerja yang artinya mereka bekerja dalam satu perusahaan. Namun ia ragu untuk meminta tolong pada Helen meskipun dulu gadis itu pernah menawarkan diri jika Nevan sang bos besar mereka membutuhkan hiburan. Seraya menaiki anak tangga menuju unit rumahnya yang terletak di lantai 2 Hannah menyesali pekerjaan yang notabene dipandang hina tersebut. Sudah menjadi rahasia umum jika para bos sering menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama sekretaris mereka. Dua tahun ia lewati dengan penuh syukur karena ternyata Nevan tidak seperti bos-bosnya yang lain. Namun bersamaan masalah yang tengah dihadapinya saat ini Hannah menjadi dilema. Apakah ia harus mengambil kesempatan emas itu atau ia lewati begitu saja? Dua pilihan yang harus ia bayar dengan harga yang sangat mahal. *** Keesokan paginya... Hannah berdiri di hadapan Nevan dengan jantung berdegup kencang sembari menunggu Nevan yang tengah menandatangani beberapa berkas penting yang baru saja Hannah berikan. Sinar mentari menerobos masuk melalui kaca raksasa di samping Nevan, kehangatannya tak berhasil mencairkan kebekuan tubuh Hannah yang sedang mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan keinginannya. Menyadari perubahan sikap Hannah, Nevan menghentikan kegiatannya lalu meletakkan pena yang dipegangnya. Nevan yang tengah duduk di kursi kebesarannya segera menyadarkan tubuhnya pada punggung kursi sembari melipat kedua tangan di depan d**a lalu menatap Hannah dengan tajam. Hannah segera menundukkan kepala saat menyadari Nevan sedang memperhatikannya. "Sebaiknya kamu pulang jika sedang sakit!" ujar Nevan saat melihat Hannah gugup dengan wajah pucat pasi. "Tidak Pak, saya sedang tidak sakit," jawab Hannah dengan suara bergetar yang seketika membuat kedua alis Nevan bertaut. Tidak biasanya sekretarisnya bersikap aneh seperti saat ini. Terlihat peluh membahasi dahi Hannah dengan kedua tangannya saling meremas seolah menahan rasa sakit. "Setelah urusan saya selesai kamu boleh pulang lebih awal!" ucap Nevan memberi perintah tegas pada Hannah dengan perhatian tak luput dari sosok gadis di hadapannya. Nevan meraih penanya kembali lalu membubuhkan tanda tangan pada berkas yang sempat tertunda tadi sedangkan Hannah masih terdiam dengan posisinya yang sama. "Oya jangan lupa nanti malam gadis itu harus sudah siap di kamar hotel yang sudah kamu booking sesuai permintaan saya," sambung Nevan tanpa mengalihkan perhatiannya pada berkas yang sedang ia baca ulang. Tak ada tanggapan dari Hannah. Seketika Nevan tersulut emosi. Keinginannya adalah perintah dan jika Hannah lalai dari perintahnya ia tidak segan-segan memecat sekretarisnya tersebut. "Hannah kamu dengar tidak saya bicara!" ucap Nevan dengan suara meninggi yang sontak membuat Hannah terkejut. "Maaf Pak Nevan saya belum mendapatkan gadis yang seperti Bapak inginkan tapi....," jeda Hannah sembari memejamkan mata sebelum melanjutkan ucapannya. "Jika Pak Nevan berkenan saya yang akan menggantikan gadis itu," sambung Hannah dengan kepala semakin tertunduk. Sekuat tenaga Hannah menahan laju air mata yang mulai menyamarkan penglihatannya. Suasana tiba-tiba menjadi hening, hanya suara mesin pendingin ruangan yang menemani pikiran mereka masing-masing. Hannah memejamkan mata dengan rapat saat Nevan beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menghampirinya. Sepasang iris hazel Nevan memindai tubuh Hannah dari ujung kaki hingga ujung rambut lalu mengurai senyuman. Ternyata gadis di hadapannya cukup menarik, selain cerdas, kulit putih bersih, dan berwajah cantik, Hannah memiliki body goal yang tersamar oleh pakaian tertutup yang setiap hari ia kenakan. Pantas saja setiap kali Hannah menemani Nevan meeting bersama para direktur atau klien perusahaan, Hannah selalu menjadi pusat perhatian mereka. Gadis itu memang tidak pernah memakai pakaian seksi dan make-up berlebihan seperti kebanyakan sekretaris. Namun inner beauty_nya begitu terpancar jelas. Justru dengan celana bahan panjang berpadu kemeja junkis dan make-up natural yang dikenakan Hannah terlihat seksi. Menyadari sang bos sedang menelisik semua yang ada pada dirinya membuat Hannah semakin gugup bahkan kini ia sedang berusaha mati-matian berdiri di atas sepatu high heels_nya agar tidak sampai terjatuh. "Ok, silahkan pergi ke salon untuk perawatan diri sekarang juga dan...," jeda Nevan dengan seringai tak terbaca. "Pakai lingerie yang seksi," bisik Nevan lalu meniup telinga Hannah lembut yang seketika membuat Hannah mengangkat wajahnya menatap Nevan dengan mata berkaca. "Baik Pak Nevan," balas Hannah lalu segera ke luar dari ruangan Nevan dengan tergesa. Bukannya kembali ke kubikelnya Hannah justru masuk ke dalam kamar mandi lalu menangis sepuasnya. Meluapkan segala rasa sakit di dadanya, demi kesembuhan Fahmi adiknya Hannah rela melakukan apa pun bahkan menjual kehormatannya. "Kamu akan sembuh Dik," lirih Hannah seraya memukul dadanya dengan keras mencoba menghalau hatinya yang meragu dengan keputusannya. Sebelum berangkat ke hotel yang Hannah pesan untuk dirinya dan sang bos Hannah tidak lupa berpamitan pada Fahmi yang tengah serius mengerjakan tugas sekolahnya. "Mbak Hannah mau ke mana sore-sore gini?" tanya Fahmi khawatir karena tidak biasanya Hannah lembur di hari Sabtu. "Mbak ada urusan penting, kamu baik-baik di rumah ya? Jangan lupa makannya dihabiskan! Oya Mbak nginep di rumah Mbak Helen pulang besok pagi," terang Hannah dengan lembut sembari menahan sesak di dad@ karena setelah malam ini semuanya tidak lagi sama. Kesucian yang telah ia jaga selama 25 tahun untuk suaminya kelak akan segera ia serahkan pada bosnya sendiri. Hannah siap menanggung dosa atas perbuatan yang akan ia lakukan. Namun di dalam hatinya Hannah masih berharap Tuhan akan memberikan jalan terbaik untuknya. "Iya Mbak, Mbak Hannah juga hati-hati ya? Nanti kalau ada apa-apa Mbak Hannah telepon aku biar aku jemput," balas Fahmi lalu meraih tangan Hannah dan mencium punggung tangannya. "Ok, adikku sayang," ucap Hannah lalu mencium pipi Fahmi dan mengacak rambutnya dengan sayang. Malam yang dinantikan Nevan pun akhirnya tiba. Saat ke luar dari kamar mandi ia disuguhi pemandangan yang sangat indah, gadis cantik dengan lingerie hitam seksi tengah duduk di tepi ranjang menunggunya. Senyum Nevan mengembang sempurna mengagumi kecantikan dan keseksian sekretarisnya. Nevan sungguh merasa sangat bodoh, bagaimana mungkin ia tidak menyadari jika selama 2 tahun ini ia selalu ditemani gadis sempurna seperti Hannah. Seandainya ia menyadarinya lebih awal mungkin ia sudah melepas segel perjakanya sejak lama. Nevan mendekat lalu menarik tangan Hannah hingga ia berdiri. Diraihnya pinggang ramping Hannah seraya menatapnya dalam. "Kau siap Sayang?" bisik Nevan dengan suara serak. Hannah tertegun membalas tatapan lembut Nevan yang telah berkabut gairah. Hannah mengangguk seraya memberanikan diri menatap sepasang iris hazel di hadapannya. Jantungnya berpacu kencang menyiapkan diri untuk semua yang akan terjadi di antara dirinya dan Nevan malam ini. Perlahan Nevan membelai rambut Hannah lalu berbisik, "Hentikan saya sekarang jika kamu ragu Hannah." __________________&&&_________________ Judul Buku : Night With CEO Author : Farasha

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
668.2K
bc

Pria Dingin itu Suamiku!

read
583.1K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Hot Secretary

read
506.3K
bc

Jodoh Pilihan Eyang ( END )

read
183.2K
bc

Pengantin Pengganti

read
85.0K
bc

23 VS 38

read
294.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook