Sikap Aneh Naya

1209 Words
Posisi masih tidak berubah sejak satu detik yang lalu. Hanan dan Naya saling tatap dalam jarak sangat dekat. Entah kenapa mereka harus membutuhkan proses waktu untuk saling bergerak? Naya akhirnya sadar dan ia segera menjauh dari Hanan. Begitu pula yang dilakukan Hanan. Mereka tentu saling salah tingkah. Suasana di dalam rumah mendadak menjadi canggung yang dipenuhi atmosfer aneh. "Bagaimana ini? Lantainya jadi basah semua," kata Hanan berusaha mencairkan suasana yang terlanjur kaku. "Tidak masalah. Aku akan segera membersihkannya," kata Naya pula. Diam di antara mereka sekian detik. Lalu, Naya kembali melihat Hanan. "Maaf, Mas. Seharusnya aku panggil tukang pipa saja," ujar Naya pelan. "Tidak apa-apa. Aku biasanya memperbaiki sendiri." "Oh ... Begitu." Naya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lagi pula, Bukankah memang itu seharusnya tugas suami bukan?" kata Hanan. Mendengarnya, Naya lagi-lagi merasakan hal aneh di antara mereka. Ia kembali memandang Hanan dengan tatapan heran. Hanan sendiri merasa tercekat dengan kalimatnya. Seperti terselip meluncur dari mulutnya begitu saja. Hanan pun melihat ke arah Naya. Suasana menjadi canggung untuk kedua kalinya. "Ah! Aku lupa mau ke swalayan hari ini. Ada yang harus aku beli. Aku akan keluar sebentar untuk membelinya ya, Mas," kata Naya yang berusaha menghindar dari suasana kaku itu. Naya lalu segera berbalik dari suaminya. Ingin cepat-cepat meninggalkan Hanan. Hanan melihatnya dan berpikir cepat. "Nay, tunggu!" panggil Hanan tiba-tiba. Membuat Naya terhenti dan berbalik ke arah Hanan. "Aku akan mengantarmu," kata Hanan lagi. Naya masih diam dan kembali memandangi Hanan dengan tatapan aneh. "Aku juga ingin membeli sesuatu! Jadi, kita bisa pergi bersama dengan mobilku," lanjutnya lagi. "Oh ..." Naya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, Mas. Mas Hanan mandi dulu saja. Sambil menunggu, aku akan membersihkan ini," balas Naya akhirnya. Hanan menganggukkan kepala satu kali sembari tersenyum. Hanan kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Begitu juga Naya yang langsung berbalik mengambil kain pel. Mereka tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Jika biasanya, mereka tinggal bersama dengan nyaman dalam seminggu terakhir, kali ini suasana canggung mendadak hadir di sekitar mereka. Membuat mereka saling salah tingkah. *** Hanan dan Naya berjalan menyusuri rak besar dan tinggi yang berisi barang peralatan mandi. Memilih peralatan yang mereka butuhkan. Sesuai kesepakatan satu jam yang lalu, setelah mereka berdua membenarkan wastafel rumah mereka, mereka ke swalayan berdua. Hanan nampak mengambil salah satu sabun muka. Naya yang berjalan di sampingnya melihatnya. Ia melihat merek yang dipakai Hanan. "Mas Hanan cocok pakai ini?" tanya Naya. "Entahlah? Aku baru ingin mencobanya," jawab Hanan ragu. Naya mengambil pembersih wajah dari tangan Hanan. Kemudian, ia membacanya. "Tapi, sepertinya ini tidak cocok dengan kulit Mas Hanan," ujar Naya. "Kenapa?" tanya Hanan. "Kulit mas Hanan cenderung berminyak," kata Naya. Kemudian ia kembali mengamati deretan pembersih muka dengan merek lain. "Mungkin ini lebih cocok," kata Naya dengan memberikan satu pembersih wajah lainnya. "Ini juga ramah untuk luka. Jadi, pasti lebih cocok," ujar Naya sembari memberikan facial wash pada Hanan. Hanan menerimanya dan membacanya. "Betul juga," kata Hanan. "Kamu bagaimana bisa tahu? Ini kan pembersih wajah untuk laki-laki?" tanya Hanan. "Oh, itu karena temanku sering menggunakan ini," jawab Naya. "Teman?" ulang Hanan. "Ya." Naya mengangguk cepat. "Rian! Temanku yang datang ke rumah waktu itu ...," Naya tiba-tiba terhenti dengan kalimatnya sendiri. Naya seolah tercekat akan sesuatu. Kemudian, ia menundukkan kepalanya pelan. Hanan memperhatikannya dan juga merasa heran. Kenapa Naya tiba-tiba menjadi murung? Apa mungkin, Naya menjadi merasa tidak enak jika membicarakan hal yang membuat Hanan marah waktu itu? Apa mungkin Naya takut untuk membahasnya kembali? "Aku akan membelinya!" kata Hanan yang langsung memasukkan ke dalam keranjang belanjanya. Naya melihatnya dan masih terdiam aneh. Hanan tersenyum ke arahnya. Mungkin, Hanan dulu pernah kesal saat itu. Tapi, sekarang ia sudah jauh lebih baik. Hanan harap, Naya sudah mengerti, jika Hanan sudah bisa menerima. "Kak Naya?" Suara seorang perempuan tiba-tiba saja, memanggil Naya. Suara itu berada di belakang Hanan dan Naya. Membuat mereka berdua menoleh ke arah asal suaranya. "Iya?" Naya balik menyapa perempuan itu. "Anda, kak Naya penulis n****+ itu, kan?" tanya perempuan itu lagi. "Betul," kata Naya sembari mengangguk satu kali. "Jadi betul ya?!" seru perempuan itu antusias senang. "Saya tadi sempat ragu, karena selama ini saya hanya melihat kak Naya lewat profil penulis saja. Ternyata, orangnya lebih cantik dari yang di foto profil," puji perempuan itu. Naya hanya tersenyum ramah pada perempuan tersebut. "Saya penggemar kak Naya!" kata perempuan tadi. Saya juga sudah membaca semua n****+ kak Naya. Sekarang, saya juga sedang membaca n****+ kak Naya yang sedang on Going!" serunya lagi. "Benarkah? Terima kasih banyak," jawab Naya. Perempuan itu nampak benar-benar senang. Ia lalu menengok ke arah Hanan. "Ini pacar kak Naya ya?" tanya perempuan itu lagi. Naya dan Hanan tercekat mendengar pertanyaan perempuan itu. Naya melihat ke arah Hanan. Bingung mau menjawab apa. Mereka sekarang memang suami istri. Tapi, hubungan mereka tidaklah lebih dari teman. Bagaimana menjelaskannya pada orang awam? "Ee ... ini adalah ...," "Suami Naya," jawab Hanan akhirnya. Menyeka jawaban Naya begitu saja. Naya kembali menoleh ke arah Hanan dengan cepat, kemudian mengerjap. "Suami?! Wah, ternyata Kak Naya sudah menikah ya?!" seru perempuan itu terlihat lebih kaget. Naya kembali menoleh ke arah perempuan tadi. "I ... iya," jawab Naya dengan setengah kikuk. "Kenapa kak Naya tidak pernah memposting di i********:? Saya juga pengikut kak Naya di Ig lho!" ujar perempuan itu lagi yang kembali membuat Naya bingung menjawabnya. Naya tercekat dan berpikir sejenak. "Itu, karena aku tidak ingin mencampurkan kehidupan pribadi dengan publik," jawab Naya akhirnya. Hanan menoleh ke arah Naya mendengar jawaban Naya. "Oh, begitu." Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepala. "Tapi, aku senang bisa tahu kak Naya yang ternyata sudah menikah. Kalian cocok sekali!" serunya lagi. Hanan dan Naya lagi-lagi saling tatap sebentar. Naya lalu segera melihat perempuan itu. "Maaf. Sebagai penggemar, aku minta tolong tidak perlu menyebarkan kabar kalau aku sudah menikah, ya," pinta Naya. Hanan masih melihat Naya dengan pertanyaan di dalam kepalanya. "Kenapa kak?" "Takutnya nanti akan banyak pertanyaan, yang mungkin membuatku menunda pengerjaan novelku," jelas Naya. "Begitu ya? Baik, kak. Saya mengerti," kata penggemarnya. "Terima kasih," ujar Naya berharap. Naya lalu menoleh ke arah Hanan juga. Mereka saling pandang sebentar dengan tatapan penuh makna. "Oh iya! Apa, saya boleh minta foto dan tanda tangan?" tanya perempuan itu lagi. Menghentikan saling tatap antara Naya dan Hanan. "Tentu saja boleh," kata Naya sembari tersenyum. "Sini, biar aku yang mem-foto kalian," kata Hanan langsung dengan tanggap. "Wah. Terima kasih. Benar-benar suami yang baik," kata perempuan itu dengan memberikan ponselnya pada Hanan. Hanan merasa canggung dibilang seperti itu. Tapi, pada akhirnya ia bisa menerimanya. Toh, semua yang dikatakan perempuan ini benar. Hanan lalu hanya tersenyum dan memotret Naya bersama penggemarnya. "Terima kasih banyak," kata perempuan itu kembali mengambil ponselnya dari Hanan. Hanan hanya tersenyum. "Oh iya, kak Naya! Ngomong-ngomong, kapan Rega akan tahu kalau Nadia menyukainya?" tanya perempuan itu lagi yang menyebutkan nama pemeran dari n****+ Naya. Mendengar pertanyaan penggemarnya, Naya tidak segera menjawabnya. Ia menoleh ke arah Hanan sebentar. Hanan juga ikut melihat Naya dengan tatapan heran, tidak mengerti. Naya lalu kembali melihat ke arah penggemarnya lagi. "Kalau soal itu, rahasia penulis. Pastikan kamu terus membacanya ya. Karena kisah ini masih terus aku tulis sampai sekarang," kata Naya Hanan menengok ke arah Naya. Ia dari tadi memperhatikan istrinya berbicara. Ia rasa, sikap Naya sedikit aneh. Sangat tidak tertebak. Ada sebuah pertanyaan di kepala Hanan saat ini. Hanya saja, belum ter-deskripsi secara rapi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD