Penghianatan Agra dibelakang Claudia

1227 Words
Pov Agra. "Agar... Kamu tidak pulang?" tanya crew lainya. "Bentar lagi aku pulang, bentar aku mau ke toilet dulu. Kalian duluan saja." ucap Agar pada para crew lainya. Semua pada bersiap untuk pulang. Dan, besok mereka pindah lokasi syuting. Jadi, harus segera beberes. Sementara para artis sudah pada pulang lebih dulu. Kecuali Feli, ia masih sibuk dengan script dia untuk besok. Apalagi besok adalah script total dia bermain. Dia lebih banyak berakting besok. Dan, besok juga Claudia sedang ada acara. Jadi, dalam skrip dia. Harus dipotong lebih dulu. Saat semua terlihat sangat sepi. Tidak ada orang orang yang melintas di ruangan itu. Hanya ada beberapa crew kamera yang sedang beberes. Sekarang, Agra berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Duduk bersandar di toilet ruang ganti Fely, dia menunggu seseorang yang masih di dalam. Merasa tidak sabar lagi, Agra mengetuk pintunya berkali-kali. "Siapa?" tanya Jelly. "Aku agra.." ucap lirih Agra. Dia menatap ke kanan dan ke samping. Memastikan jika sekelilingnya tidak ada yang melihat dia masuk ke dalam ruang ganti Feli. Feli membuka pintunya. Dia menarik tangan Agra masuk ke dalam. "Mas. Kenapa kesini? nanti kalau yang lain lihat gimana? Mas tahu sendiri. Aku hanya artis biasa. Aku takut jika karirku semakin turun nantinya."" "Tenang saja. Tidak akan ada yang tahu." Agra, menarik tangan Fely, menyandarkan punggungnya di dinding samping pintu. Ujung hidung Agra menyentuh leher fely. "Mas. Apa yang kamu lakukan, jangan disini.," ucap Fely takut. Dia mencoba mendorong tubuh Agar yang kini semakin dekat dengannya. Seakan tubuhnya menempel dengan tubuh mungilnya. Mencoba menghalangi Feli untuk pergi. "Jangan pernah pergi! Temani aku, Tidak akan ada orang yang tahu." bisik Agra, memberikan kecupan di ujung telinganya. Hembusan napasnya berdesir menggetarkan tubuhnya. Bulu kuduk Feli seketika berdiri. Tubuhnya mulai merasa sangat panas. Agra memegang wajah felly, memberikan sebuah kecupan lembut di bibirnya. Kecupan yang semakin lama semakin panas. Mereka saling membalas satu sama lain. Saling memeluk erat, mencengkram, Agra menyentuh setiap lekuk tubuhnya. Hingga suara desahan lembut keluar dari bibirnya. Suara khasnya membuat dia menginginkan lebih darinya. "Mas.. Nakal.. Geli." Agar semakin liarnya Begitu cepatnya tangan itu menghilangkan benang yang menempel di tubuh Fely. Memberikan sebuah kecupan dari bibir, perlahan turun ke dagu. Sampai bawah dahinya. Bermain sebentar dengan dua buah miliknya. Dan, semakin turun ke bawah. "Mas... Emm.. Mass." Suara itu keluar semakin keras. Wajahnya mulai memerah. Mereka semakin bermadu kasih dibalut dengan gairah yang luar biasa. Hingga hubungan tak semestinya terjadi. Tubuh mereka saling merasakan hangatnya tubuh pasangan. Saling memeluk, di pacu irama yang selaras. hentakan tubuh Agra terasa begitu pelan. Geli, memeluk erat tubuh Agra. Puncak gairah mulai berlaku irama tubuh yang enakan cepat. Wajahnya dipenuhi peluh keringat menetes sampai ke tubuhnya. Mereka saling memeluk bercampur peluh keringat mereka. Penuh dengan gairah, Fely menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakit, saat Agra mulai mempercepat permainannya. Saat terakhir. Dia sengaja mengeluarkan di luar. Tubuh Fely. Napas Fely mulai tersengal sebagai. Dia mencoba mengatur napasnya. Saat jatuh dalam delapan tubuh Agra. Fely, menyandarkan kepalanya di dadà bidang Agra. "Mas... Kalau minta jatah, kenapa harus di tempat seperti ini." ucap lirih Fely. "Mas melihat tubuh kamu sudah tidak tahan lagi, sayang. Jadi, mas maunya sekarang. Besok, mas mau menginap di apartemen kamu. Jadi, kamu harus siapkan tubuh kamu." Agar, memegang pinggang Fely, menyentuh dagunya. "Mas.. Apa mas yakin? Mas tidak takut jika Claudia tahu. Gimana kalau nanti banyak wartawan tahu." "Tidak akan pernah ada yang tahu. Lagian, Claudia juga pasti sangat percaya padaku." ucap Agar yang masih mendekap tubuh tanpa helaian benang sedikitpun. "Mas.. Kenapa mesra sekali sama Claudia. Tadi, as bahkan meciùmnya di depan rekan-rekan kerja." "Standar, kamu cemburu?" tanya Agra. Tersenyum tipis. Dia menuntun tubuh Fely duduk di atas sofa. "Aku sangat cemburu. Apalagi kalian tadi terlihat sangat mesra." Fely mengatupkan bibirnya kesal. Terlihat jelas dari kedua matanya jika dia sangat cemburu melihat hubungan Agra dengan istrinya. Meski dia tahu itu salah. Tapi, ia terlanjur cinta padanya. Cinta itu tumbuh saat mereka main drama bersama. Dan, hingga malam panjang terjadi. Saat itu mereka sering bermalam. Hubungan yang memang terjalin sudah lumayan lama. Hampir 6 bulan lamanya. Di saat pernikahannya sudah hampir bahagia. Tetapi, kebahagiaan dia tidak lengkap tanpa adanya anak. Dan, Claudia tidak mau itu. Dia terus ambisius mengejar karirnya. Sampai dia bisa memiliki segalanya, rumah, koleksi mobil mewah. Tas, jam tangan mahal, baju mahal, dan perhiasan. Semuanya dia miliki. Bahkan, Mobil dan jam yang dipakai oleh Agra adalah pemberian dari Claudia. Mobil sport merah itu adalah hadiah untuknya di saat hari ulang tahunnya. "Tenang saja, tapi aku hanya mencintai kamu, sayangku." Agar mengecup bibir Belt beberapa detik. "Mas.. Aku mau pakai baju dulu." ucap Fely. Dia merasa sangat nyaman duduk di pangkuan Agra, sembari menyentuh dadà bidangnya. Mengusapnya lembut, menyandarkan kepalanya. Merasakan detak jantung Agra yang berdetak lebih cepat dari biasanya. "Sayang, kamu sudah makan belum?" tanya Agra, mengusap lembut rambut panjang terurai milik Fely. "Belum.. Aku lapar, dan aku ingin sekali makan berdua. Gimana kalau sekarang kita pesan makanan." ucap Fely. Memegang pipi Agra, dengan kepala sedikit mendongak menatap wajah tampan Agra. "Mas... Besok, aku minta mobil boleh. Aku tidak punya kendaraan buat ke lokasi syuting." "Ya, sudah. Besok kita beli. Selesai syuting. Besok seharian aku akan bersama denganmu." "Beneran? Mas tidak bohong, kan, Mas? Aku kangen sama Mas. Lagian kamu tidak pernah pulang ke apartemenku lagi. "Mas, sayang sama kamu. Apapun akan akan lakukan," "Termasuk cerai dengan Claudia?" tanya Fely. Agra terdiam, menghela napasnya. Dia menurunkan tubuh Fely dari pengakuannya. Dan, beranjak berdiri. Berjalan dengan celana pendek yang masih melekat di pahanya. "Soal ceria dengannya, aku butuh waktu. Tidak mungkin mudah ceria dengannya. Kau tahu sendiri. Jika aku ceria dan ketahuan punya hubungan gelap dengan kamu. Nanti para penggemar akan marah besar padaku. Dan, karier kita akan turun. Memangnya kamu mau hidup susah denganku nantinya." jelas Agra, membalikkan badannya lagi menatap Fely. Wanita itu tertunduk, dia merasa menyesal telah berbicara seperti itu. "Aku tidak mau karir yang kita bangun susah payah hancur." ucap lirih Fely. "Nah, maka dari itu. Kita manfaatkan saja dia. Dia kaya, kita bisa ambil semuanya. Dan, aku juga bisa memenuhi semua kebutuhanmu."ucap Agra. Fely tersenyum senang. Dia mengangkat kepalanya menatap Agra. "Benar apa yang kamu katakan. Kita bisa manfaatkan dia sekarang, kamu pulang saja. Mungkin Claudia menunggumu di rumah." ucap Fely. "Tapi, katanya kamu belum makan. Kamu tidak bisa meninggalkan kamu disini sendiri. Aku akan antarkan kamu pulang." ucap Agra. Fely beranjak berdiri, dia memeluk tubuh Agra. ""Biarkan hubungan kita seperti ini. Aku tidak mau jika kamu nanti mulai ingin hidup bahagia bersama Claudia. Dan meninggalkanku. Aku tidak mau itu terjadi." "Aku tidak akan meninggalkan. Sekarang, aku bantu kamu pakai bajumu." ucap Agra. Dia segera mengambil beberapa baju lengan pendek tanpa lengan. Dan, rok span pendek milik Fely yang masih berserakan di lantai. Dia segera memberikan semuanya. Sementara Fely segera memakai baju ganti. Dia memoles wajahnya lebih dulu. "Mas. Kamu yakin, mau antarkan aku pulang. Nanti Claudia tidak curiga padamu?" tanya Fely. Pandangan matanya masih menatap ke arah cermin. Merapikan rambutnya. Memberikan polesan sedikit pada wajahnya. Dia meletakan kuas di dalam tas make up berwarna coklat tua. Berjejeran peralatan make up, kosmetik, apa saja lengkap di dalamnya. Jemari lentik mulai, mengambil salah satu warna bibir yang cocok untuk bibirnya. "Tidak akan!" Agra memeluk erat tubuh Fely dari belakang. Menyandarkan dagunya di pundaknya. Pipi kiri Agra menempel di pipi kanan Fely. dia menatap wajah cantik Fely di bayangan cermin depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD