Bab 35

1632 Words
Suasana terasa begitu mencekam bagi Dave yang kini telah masuk ke dalam sarang monster. Keringat dingin bercucuran membasahi wajah dan tubuh pria itu, menunjukkan betapa tegangnya kondisi Dave saat ini. Namun Dave tetap memaksa langkah kakinya untuk masuk semakin ke dalam. Gua itu memiliki lorong panjang yang cukup sempit. Dave harus melangkah perlahan agar tidak menggemakan suara langkah kakinya yang telanjang.   Ya, Dave sempat membuka sepatu tebal nan kerasnya sebelum memasuki gua itu karena Dave tidak ingin langkah kakinya terdengar keras dan justru membuat misinya ini gagal. Dan keputusan Dave itu sepertinya terbukti tepat. Dave bisa bergerak lebih cepat tanpa banyak menimbulkan suara yang keras.   Pria itu menyimpan sepatu kesayangannya di balik semak-semak dekat gua. Mata tajam Dave akhirnya bisa mengikuti pergerakan dari monster kecil yang ditemuinya itu. Monster kecil itu bergerak dengan pelan, cukup jauh di depan Dave berada saat ini. Sepertinya monster itu masih tidak menyadari kehadiran Dave di belakangnya dan itu sangat menguntungkan untuk Dave.   Dengan penuh waspada dan tiada henti menjaga pengawasannya pada sekitar, Dave bergerak maju ke depan mengikuti monster kecil itu. Berjalan mengendap-endap tiada henti hingga akhirnya Dave bisa melihat ruangan yang lebih luas di dalam gua itu. Ruangan yang memiliki beberapa ruam seperti sebuah teritori.   Dengan sigap Dave mencari tempat untuk bersembunyi dan melihat dalam diam apa yang terjadi di depan matanya. Monster kecil itu masih melangkah dengan pelan menuju salah satu ruam di seberang sana. Dengan darah segar yang masih menetes dari luka di sisi tubuhnya, monster kecil itu nampak menahan sakit.   Kemudian Dave melihat gelagat aneh dari monster itu. Wajahnya menoleh ke kanan dan ke kiri seolah merasakan sesuatu yang datang mendekat. Dave dengan sigap menyembunyikan diri sepintar mungkin di tempat itu dan melihat keadaan di sana.   “HIKK!”   “GRRR!”   Suara geraman bercampur suara asing itu sontak mengagetkan Dave yang masih bersembunyi di tempatnya. Lewat matanya, Dave bisa melihat dua monster lain muncul dari masing-masing ruam itu. Satu berbentuk tidak jauh berbeda dengan monster kecil itu dengan ukuran yang sedikit lebih besar. Satu lagi berbentuk lebih mirip seperti manusia yang bersisik ikan. Jangan lupakan ekor panjang yang berbentuk seperti ekor belut.   Kedua monster itu bergerak penuh intimidasi mendekati monster kecil itu. Sementara Dave sendiri masih terpaku di tempat melihat wujud dari kedua monster itu. Bisakah Dave melawan mereka jika itu perlu? Benak Dave langsung sibuk bertanya-tanya. Di lain sisi pria itu juga masih memperhatikan interaksi di antara para monster itu.   Di mata Dave, monster kecil itu nampak begitu terintimidasi dan gugup. Monster itu menggeram keras pada kedua monster di depannya sembari sesekali mundur ke belakang. Sementara kedua monster baru itu saling melontarkan geraman satu sama lain seolah mereka sedang membuat teritori. Salah satunya memilih bergerak mendekati monster kecil itu yang langsung membuat monster itu bergerak mundur dan melontarkan geraman padanya.   Dave yakin bahwa monster kecil itu menyuruh monster baru itu bergerak menjauh darinya. Namun monster itu tidak memedulikan geraman monster kecil dan tetap bergerak maju sembari mengendus-endus aroma tubuh monster kecil. Mungkin lebih tepatnya monster itu tertarik akan aroma darah yang menguar dari luka pada tubuh monster kecil itu.   Menyadari hal itu sontak membuat Dave merasa gugup. Lengannya yang terluka masih mengeluarkan darah segar meski Dave sudah menutupnya dengan perban. Dave was-was jika aroma darahnya juga akan mengundang indera penciuman mereka mendekat. Pria itu berusaha menutupi lengannya di balik mantel tebal yang tengah digunakannya, sembari berharap aroma darah itu tidak sampai di indera penciuman para monster itu.   Sementara di tengah ruangan, monster dengan sisik ikan bergerak menghadang monster lainnya agar tidak mendekati monster kecil itu. Motif mereka sepertinya sama. Keduanya hanya ingin memangsa tubuh lemah dari monster kecil itu. Dave hanya bisa melihat dari jauh bagaimana kedua monster itu saling bertarung memperebutkan daging monster kecil itu.   Monster kecil itu terlihat seperti seekor kelinci yang berusaha melarikan diri dari kedua monster itu saat ini. Dia tidak bisa melawan balik dengan kondisi yang telah terluka parah. Hingga akhirnya salah satu dari monster itu berhasil mengalahkan rekan mereka.   Pemenangnya adalah monster bersisik ikan. Setelahnya Dave harus menahan rasa mualnya ketika melihat monster bersisik ikan itu akhirnya menyantap kedua daging dari rekan sesama. Dave perlu menunggu cukup lama di tempat itu hingga monster bersisik ikan itu akhirnya berhasil menghabiskan santapannya. Pria itu langsung kembali menyembunyikan diri ketika monster bersisik ikan itu beralih melangkah menuju ke arahnya.   Jantung Dave langsung berdetak begitu kencang. Pria itu langsung memikirkan sesuatu yang buruk. Tanpa sadar Dave semakin mengetatkan mantel yang tengah menutupi lengan tanganya yang terluka dan berharap monster itu tidak menyadari keberadaannya. Semakin monster itu datang mendekat, rasanya semakin sesak d**a Dave karena detakan jantungnya yang bertalu begitu cepat. Hingga akhirnya monster bersisik ikan itu melewati tempat persembunyian Dave.   Monster itu tidak terlihat terganggu sedikit pun dengan aroma di sekitar Dave dan hal itu sontak membuat Dave menghela napas dengan begitu lega. Sepertinya monster bersisik ikan itu hendak melangkah ke luar gua. Dave menunggu monster bersisik ikan itu menjauh pergi sebelum dirinya kembali melihat keadaan di ruangan itu.   Ketika Dave merasa keadaan lebih aman, barulah pria paruh baya keluar dari persembunyiannya. Dave bergerak cepat menuju tengah ruangan dan melewati bangkai dari kedua monster sebelumnya. Betapa mengerikannya keadaan bangkai itu saat ini. Seketika Dave memikirkan Danny.   Dada Dave langsung terasa sakit memikirkan nasib Danny yang mungkin sama seperti kedua bangkai itu. Ada rasa putus asa di hati Dave yang mengharapkan keselamatan Danny. Dengan semua genangan darah di malam itu, sejujurnya Dave merasa tidak yakin akan keselamatan Danny. Dengan perasaan berat Dave melewati kedua bangkai itu dan menyusuri lebih dalam isi dalam gua tersebut.   Dave berpindah dari satu bilik, ke bilik yang lain yang ternyata hanya sebuah tempat kosong dengan beberapa bangkai hewan dan tulang yang tersimpan di dalamnya. Semakin Dave masuk ke dalam satu bilik dan melihat hal yang sama, semakin hati Dave terasa begitu berat. Dave mulai menyadari bahwa Danny tidak akan bisa kembali ke dalam pelukan mereka berdua.   Hingga Dave akhirnya sampai di bilik terakhir. Hasilnya tetap sama. Pria itu hanya bisa berdiri dengan lemas di dalam ruang itu dan menundukkan kepala. Danny tidak ada di mana pun di tempat itu. Sepertinya monster itu benar-benar sudah melenyapkan tubuh Danny.   Dave mengetapkan gigi gerahamnya dengan kuat, berusaha menahan kesedihan yang mendalam pada dirinya. Pria itu terlalu terbawa emosi hingga tidak menyadari bahwa monster bersisik ikan tadi sudah kembali dan kini telah berdiri di belakang tubuh Dave.   “Grrrhhh!” Satu geraman itu berhasil menyentak tubuh Dave akan keterkejutan. Pria paruh baya itu langsung menoleh ke arah belakang tubuhnya dan berniat menghindar. Namun semua telah terlambat. Monster bersisik ikan itu telah melayangkan tangan berselaput ikannya pada tubuh Dave dan membuat pria itu terpental ke samping. Tubuh Dave membentur dinding gua dengan keras hingga membuat pria itu langsung melemas dan merosot ke tanah seketika.     Detik-detik terlewati begitu saja dalam keheningan. Hanya suara angin dingin dan sesekali suara hewan di hutan yang terdengar memeriahkan suasana mencekam ini. Aku masih terdiam di tempat dalam tubuh berantakan. Aku mulai merasa ada sesuatu yang mengalir dari dalam tubuhku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sekejab tadi aku merasa jantungku berdetak untuk sekali.   Dalam hati aku tertawa. Sepertinya aku telah menjadi gila. Namun kemudian tawa itu langsung lenyap seketika, ketika detik kemudian aku kembali merasakan denyutan jantungku yang telah mati. Ini tidak mungkin terjadi bukan?   Aku tidak tahu dengan apa yang tengah terjadi pada tubuhku sendiri, tapi rasanya jantungku mulai berdetak seperti orang normal setelahnya. Bahkan aku seperti merasa sel-sel tubuhku yang telah rusak kini mulai kembali menyatu.   Krek! Krttkk! Clep clep! Entah suara apa saja yang tengah berdengung dalam indera pendengaranku ini, tapi aku sangat yakin bahwa tulang-tulang di dalam tubuhku seakan tengah bergerak memperbaiki posisi masing-masing. Hingga aku bisa menangkap gerakan kejutan dari jemari tanganku yang tepat berada di depan mata.   Jemari yang sudah jelas terlihat patah itu langsung bergerak lurus dengan sendirinya seperti posisi awal. Ini gila! Ini gila! Aku pasti sudah gila! Aku tidak henti menjerit dalam hati bahwa aku telah menjadi gila. Meski begitu aku masih tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Tubuh ini seperti membuat sel dan daging yang baru. Dan aku langsung tersentak dengan kuat ketika postur tulang punggungku akhirnya tersambung kembali. Seperti seorang zombie aku tanpa perintah bergerak patah-patah dengan sendirinya, mulai menegakkan tubuh.   Krrek! Kretk kretk! Suara tulang-tulangku yang patah terdengar jelas ketika tubuhku menegakkan diri. Aku merasa bingung sekaligus takut. Tubuhku menjadi lebih aneh dari sebelumnya. Seluruh tubuhku bergerak membenarkan diri sesuai posisi yang sebenarnya. Dari leherku yang patah kini bergerak secara otomatis memutar pada tempat yang seharusnya, lalu bagian kulit dan daging yang mulai muncul serat-serat otot yang menyambung membentuk daging baru.   Aku bahkan bisa merasakan hampir seluruh organ dalamku tercipta kembali dan mulai bekerja secara normal. Dilanjut dengan bagian tubuh yang lain seperti kaki yang dengan kuat menendang ke udara dengan sendirinya, untuk mengembalikan tulang kering yang tadinya menonjol ke permukaan menjadi masuk ke dalam kembali, sekaligus memperbaiki tulang kaki yang telah patah.   Semua perbaikan itu seperti perubahan robot transformer bagiku. Aku masih berdiam diri di tempat dan menunggu seluruh sel dalam tubuhku beregenerasi dengan baik. Dan setelahnya aku mulai bisa merasakan seluruh panca inderaku perlahan kembali. Kedua kelopak mataku bisa mengerjap seperti sedia kala. Dan aku bisa memakai kedua bola mataku secara wajar.   Begitu juga dengan jemari tangan dan kakiku. Namun setelahnya aku langsung jatuh kembali bagai robot yang kehilangan batrei. Cukup keras aku jatuh menubruk tanah dan itu seketika membuatku mengumpat dalam hati. Aku masih tidak bisa merasakan rasa sakit sama sekali. Tapi tetap hal itu membuat jantungku berdetak begitu cepat. Dan hal itu membuat tubuhku merasa lemas.   Aku masih belum bisa menggerakkan tubuhku sepenuhnya, tapi aku rasa aku akan kembali normal seperti sebelumnya dalam beberapa waktu ke depan. Memikirkan hal itu membuat aku tidak bisa berkata-kata. Aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa, tapi aku merasa bahwa aku bukanlah seorang manusia lagi. Aku telah menjadi sesuatu yang berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD