Bab 40

1369 Words
Tubuh Danny tidak henti bergulung jatuh melewati tebing yang cukup tajam. Setelah berhasil mengalahkan seekor monster bersisik ikan yang sebenarnya adalah monster yang sempat dihadapi oleh ayahnya sendiri beberapa waktu yang lalu, Danny langsung kehilangan tenaga. Anak itu langsung jatuh lemas tidak sadarkan diri melewati jalan yang curam.   Tubuh kurusnya tidak jarang menghantam bebatuan yang ada di sana dan masih tidak henti bergulung ke bawah. Entah berapa tulang yang patah karena hal itu. Jika itu adalah orang biasa, pasti mereka tidak akan mudah bisa diselamatkan lagi. Namun berbeda dengan Danny. Tubuh Danny baik secara sadar atau tidak sebenarnya telah mengalami perubahan sejak dirinya tanpa sengaja mendapat cairan penelitian dari rumah professor Robert.   Perlahan demi perlahan tubuh Danny mengalami perubahan yang tidak wajar. Termasuk dengan melakukan regenerasi sendiri yang begitu luar biasa ketika tubuhnya Danny terluka. Hal itu berhasil membuat Danny selamat dari kematiannya. Kini setelah mengalami benturan keras beberapa kali dan membuat tubuhnya terpental cukup jauh dari atas, tubuh Danny kembali tergeletak tidak berdaya di dekat tepi jalan. Tanpa disangka tebing yang dilewati Danny dengan penuh bahaya itu merupakan salah satu jalan pintas untuk Danny keluar dari dalam hutan.   Darah merah kembali mengucur deras dari luka pada tubuhnya dan menggenang di tempat Danny kini berada. Meski begitu tubuh Danny kembali memperbaiki diri selama pria itu tidak sadarkan diri. Hujan salju masih jatuh membasahi bumi, dan menjadi lebih deras dari sebelumnya. Bahkan beberapa area sudah terlihat tertutupi oleh tumpukan salju putih. Tidak luput dengan tempat Danny saat ini.   Dalam gelapnya hutan yang dingin dan sepi kemungkinan tidak ada satu pun orang yang akan bisa menemukan tempat Danny berada karena tempat itu biasanya sangat jarang dikunjungi oleh orang lain. Terlebih dalam cuaca yang begitu dingin saat ini. Beberapa jam telah berlalu cukup lama sejak tubuh Danny akhirnya berhenti bergulung dari atas. Pria itu masih diam tidak bergerak di tempat.   Tubuhnya kini sudah hampir tertutupi oleh butiran salju ketika dengan tanpa diduga akhirnya suatu titik cahaya yang begitu jauh nampak datang mendekat ke tempat Danny berada. Cahaya yang ternyata berasal dari mobil itu menampakkan wajah familiar dari pengendara di dalamnya yang merupakan seorang pria paruh baya. Beruntungnya pria itu tengah melewati area di sana karena suatu urusan penting dan melihat tubuh Danny yang terbaring tidak jauh dari tepi jalan.   Segera pria itu menghentikan mobil dan bergegas turun. Tidak lupa, pria itu juga membawa senapan di tangannya untuk berjaga-jaga jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, karena hutan adalah tempat yang tentu dikenal rawan dengan sesuatu yang berbahaya.   Awalnya pria tersebut masih tidak menyangka dengan apa yang tengah ditemukannya saat ini. Namun setelah melihat dengan lebih dekat dan menjadi jelas, pria paruh baya itu semakin terkejut ketika melihat kondisi tubuh Danny yang terlihat sangat mengerikan saat ini. Pria paruh baya itu langsung memeriksa tubuh Danny dan melihat denyut nadinya.   Tubuh Danny memiliki banyak luka yang sangat parah, namun meski samar, pria paruh baya itu masih bisa merasakan denyut nadi milik Danny. Segera pria paruh baya itu menghela napas dengan lega ketika menyadari bahwa masih ada tanda kehidupan pada tubuh Danny, meskipun dengan kondisi tubuh yang terluka parah seperti ini. Segera pria itu mulai membawa tubuh Danny masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.   Malam hampir berakhir dan Laura masih setia menunggu di atas sofa sementara Hellen sudah jatuh tertidur dengan pulas dalam posisi duduk menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Laura baru saja selesai memberikan selimut untuk gadis itu dan membiarkannya tidur di sana, karena Hellen sendiri tidak mau pergi ke kamar Danny untuk beristirahat.   Gadis itu keukuh ingin menunggu bersama Laura di ruang tengah, dan Laura sendiri akhirnya tidak bisa apa-apa selain hanya membiarkan saja Hellen berlaku semaunya. Entah sudah berapa lama dirinya menunggu di tempat dan berusaha tetap terjaga untuk menunggu anak dan suaminya pulang ke rumah mereka. Wajah Laura sudah terlihat begitu kusut, lelah, dan menyedihkan.   Tidak henti wanita itu berdoa dan berharap untuk keselamatan keduanya. Meski sebenarnya Laura sendiri sudah mulai hilang harapan akan keselamatan Danny. Laura akhirnya bisa berpikir dengan jernih bahwa dengan semua bukti darah yang ada saat peristiwa itu terjadi, sudah jelas menunjukkan jawaban atas bagaimana parahnya kondisi Danny saat itu. Melihat betapa buasnya tiap kasus monster yang ditangani oleh Dave pada semua korbannya selama ini, membuat Laura akhirnya berkecil hati.   Setidaknya wanita itu sangat berharap untuk keselamatan Dave dan bisa kembali pulang memeluk dirinya seperti biasa. Sudah cukup Laura kehilangan seorang anak. Dirinya tidak ingin harus kehilangan seorang suami juga. Pikiran Laura sudah begitu berat dan lelah. Perasaan takut, sedih, dan marah juga lainnya telah bercampur menjadi satu hingga membuat wanita itu merasa telah menjadi tua beberapa tahun dalam sekejab mata.   Laura menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan napas itu dengan begitu berat seolah berharap semua perasaan kalut dalam hati dan pikirannya saat ini juga akan ikut terbuang bersama dengan karbon dioksida tersebut. Wanita itu melirik ke arah jam dinding untuk melihat waktu. Jarum jam masih menunjukkan angka 5 pagi.   Laura mengalihkan pandang ke arah jendela. Wanita itu bergerak bangkit dari duduknya dalam diam dan menghampiri jendela tersebut. Membuka tirainya dan melihat keadaan di luar rumah yang masih terlihat cukup gelap. Salju putih sudah nampak menumpuk di jalanan membuat suasana semakin terlihat dingin untuk Laura.   “Bibi Laura?” Terdengar suara Hellen yang memanggilnya dari belakang. Suara gadis itu terdengar begitu serak dan lelah setelah bangun dari tidur. Laura yang merasa terpanggil akhirnya menoleh ke belakang dan melihat gadis itu. Hellen menggosok kedua matanya sembari mengumpulkan setengah nyawanya yang hilang.   “Tidurlah kembali Hellen,” saran Laura kemudian. Bukannya mendengar, gadis manis itu justru mendekati Laura dan berdiri di sampingnya. Mata bulat milik Hellen ikut memerhatikan keadaan di luar rumah.   “Hari sudah pagi, Bibi,” gumam Hellen dengan wajah sendu. Mendengar ucapan lirih dari gadis itu membuat Laura ikut tersenyum tipis.   “Hm,” gumam Laura menjawab ucapan Hellen. Kedua wanita berbeda generasi itu saling berdiri diam memerhatikan butiran salju yang turun di luar sana. Setelah menunggu beberapa saat, Hellen mulai mencuri-curi pandang ke arah Laura yang masih diam tenang menatap lurus ke depan. Gadis itu memiliki sesuatu pertanyaan untuk Laura dalam pikirannya yang merasa ragu untuk diungkapkan. Rasa penasaran dalam hati dan pikirannya itu berhasil membuat gadis itu nampak gelisah. Kegelisahan Hellen akhirnya sampai menangkap mata Laura yang tanpa sengaja menoleh ke arahnya. Laura menjadi heran melihatnya. "Hellen?" panggil wanita itu. Seketika Hellen tersentak kaget. "Ya, Bibi?!" jawab gadis itu dengan gugup. "Kau kenapa? Kenapa tiba-tiba terlihat gelisah begitu?" "Eh? Itu ..." Hellen nampak bingung harus menjawab apa. Namun setelahnya gadis itu mulai memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya. "Bibi, aku bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana jika," Hellen menjeda kalimatnya untuk beberapa detik, sebelum melanjutkannya kembali. "Bagaimana jika paman Dave tidak kunjung pulang?" Suara Hellen terdengar mengecil ketika menyelesaikan pertanyaan itu. Hellen seketika merasa menyesal setelah melontarkan pertanyaan pada Laura. Gadis itu merasa hal tersebut bukanlah pertanyaan yang perlu diutarakan di saat-saat seperti ini. Karena itu, Hellen langsung menundukkan kepala dengan wajah menyesal sembari mengucap kata maaf. "Maaf, Bibi." Laura sendiri terdiam mendengar pertanyaan dari Hellen. Melihat bagaimana gadis itu merasa menyesal setelah melontarkan pertanyaan itu membuat Laura tersenyum tipis untuk kesekian kali. Wanita itu kembali menatap lurus ke arah depan. "Aku akan tetap menunggu mereka di sini, Hellen. Tidak perduli harus membutuhkan waktu berapa lama, aku akan tetap menunggu Dave kembali pulang ke rumah kami," jawab Laura dengan mantap. Hellen mendongak dengan raut wajah tidak percaya mendengar hal itu. "Bibi, kenapa kita tidak melaporkan saja kepada polisi jika paman tidak kunjung pulang. Polisi pasti akan membantu mencarinya bukan?" "Polisi tidak akan mencarinya ke hutan, Hellen." "Apa? Tapi kenapa?" "Tentu saja karena sedari awal mereka sudah lepas tangan mengenai hutan itu. Mereka bahkan sudah menghentikan pencarian mengenai Danny karena dianggap terlalu berbahaya. Tidak mungkin mereka akan membantu mencari Dave yang sengaja pergi ke hutan untuk mencari Danny setelah polisi mengatakan hal demikian. Ini adalah keputusan Dave sendiri. Bahkan dia telah mengembalikan jabatannya demi mencari Danny. Itu akan menjadi sulit untuk mereka membantu laporan seperti itu, Hellen," jeas Laura panjang lebar. Hellen sendiri akhirnya kembali menundukkan kepala karena tidak tahu harus bagaimana dalam menanggapinya. Ucapan Laura ada benarnya. Pihak kepolisian telah memilih untuk mundur dalam melakukan pencarian ke hutan. Tentu saja mereka tidak akan mau menerima permohonan untuk menemukan Dave yang memutuskan mencari Danny sendirian ke hutan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD