Bab 11

1053 Words
Di tempat yang lain, banyak orang yang tengah berkerumun di area sekitar semak-semak tempat kejadian mengerikan semalam terjadi. Di sana sudah dipasang beberapa tanda pembatas dari kepolisian agar tidak ada siapa pun yang berani memasuki tempat kejadian. Beberapa ambulan juga sudah tiba di tempat untuk mengevakuasi 3 korban pria berupa dua petugas kepolisian dan satu karyawan toko. Tubuh mereka sudah ditempatkan dalam tas khusus dan akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut.   Beberapa petugas yang berjaga di tempat itu, salah satunya tuan Peter ayah Danny, kini nampak begitu serius memerhatikan tempat kejadian. Begitu banyak genangan darah yang bercecer di sana bercampur dengan daging yang telah terkoyak dari salah satu korban.   Para penduduk di sekitar menatap ngeri tempat itu dan tidak jarang terdengar kasak kusuk dari banyak bibir. Bahkan mereka seakan tidak mau repot-repot menyembunyikan apa yang tengah mereka bicarakan saat ini. Tuan Peter berkeliling ke sekitar untuk memeriksa lebih lanjut. Terdapat beberapa bekas kaki asing dengan 3 gores memanjang yang diyakini adalah jari dan cakar dari pelaku penyerangan semalam. Sudah bisa dipastikan bahwa itu bukanlah ulah manusia, melainkan seekor hewan.   Yang menjadi pertanyaan adalah hewan apakah itu? Jejak kakinya terlihat seperti jejak kaki hewan yang tidak biasa. Beberapa petugas yang lain juga terlihat sibuk memotret dan memeriksa lebih lanjut jejak kaki tersebut. Ada 3 jejak kaki yang saling berjauhan hingga akhirnya menghilang di jalan beraspal. Tuan peter berhenti di jejak kaki terakhir, yang merupakan jejak kaki terakhir yang paling mendekati jalan raya.   Terdengar helaan napas berat dari bibir tuan Peter. Mata pria paruh baya itu mengalihkan pandang ke sekitar. Tidak ada petunjuk lagi yang didapat mengenai kejadian semalam, mau pun kejadian yang sebelum-sebelumnya. Ya, laporan kejadian yang diterimanya semalam juga tidak menghasilkan sesuatu yang lebih dari sebelumnya. Korban yang ditemukan masih dalam kondisi sama. Mati terbunuh karena luka cakaran yang begitu dalam pada tubuh mereka.   Tapi setidaknya tuan Peter kini mulai menyadari bahwa sepertinya makhluk yang telah menyerang mereka itu perlahan demi perlahan mulai mempelajari area sekitar. Atau mungkin mereka mulai belajar lebih beradaptasi. Insting bertahan hidup mereka memaksa mereka untuk belajar bahwa ada makanan bernutrisi tinggi di sekitar mereka.   Ya, tuan Peter bisa berpikir demikian karena tuan Peter sendiri juga ikut memeriksa perkembangan yang terjadi pada kasus ini. Tanpa diketahui oleh banyak orang, sebenarnya kasus ini sudah berlangsung jauh-jauh hari sebelumnya. Yang pertama adalah mereka telah menemukan kasus hewan ternak yang mati karena serangan asing tersebut. Penyebabnya masih tetap sama yaitu luka cakaran yang begitu dalam pada tubuh mereka.   Ah salah. Sebelum kasus itu terjadi, sebenarnya telah banyak laporan mengenai hewan ternak milik penduduk atau hewan lainnya yang mati terbunuh karena mendapat serangan bantingan, injakan, ataupun pukulan. Sepertinya saat itu si Pelaku masih belum mengerti cara bertarung dengan benar. Lalu kasus selanjutnya barulah kasus selanjutnya menyatakan bahwa semua kasus hewan yang baru telah mati terbunuh karena luka cakaran.   Setelah melakukan percobaan pada semua hewan itu, si Pelaku akhirnya berhadapan dengan seorang manusia. Beberapa kali kasus korban manusia dengan luka cakar seperti itu ditemukan. Melihat semua tahap kasus itu membuat Tuan Peter akhirnya sampai pada titik kesimpulan bahwa pelaku kini mulai berpikir untuk bertahan hidup dengan cara mulai mencicipi rasa daging-daging itu.   Seperti yang telah terjadi pada korban pria yang bekerja sebagai karyawan toko itu, tuan Peter menebak bahwa pria itu telah menjadi makanan pembuka bagi si Pelaku, dan tuan Peter yakin bahwa setelah ini akan ada lebih korban-korban selanjutnya dari si Pelaku. Untuk itu, tekad dalam menemukan si Pelaku secepatnya dari tuan Peter menjadi semakin kuat.   Tuan Peter tidak ingin menemukan banyak korban yang jatuh bergelimpangan seperti ini lagi. Tuan Peter bertekad untuk secepatnya menangkap si Pelaku agar dia tidak menimbulkan kegaduhan yang berbahaya lebih lanjut, karena tuan Peter sendiri sangat mencemaskan Laura dan Danny, istri dan anak semata wayang yang sangat dicintainya. Begitulah isi pikiran tuan Peter saat ini.   “Tuan Peter,” panggil salah satu petugas yang kini menghampiri tuan Peter. Mendengar panggilan itu tuan Peter langsung menoleh ke arahnya. Nampak seorang pria paruh baya yang berumur lebih tua dan lebih pendek darinya datang.   “Kita telah selesai mengumpulkan bukti-bukti di tempat kejadian. Kita akan kembali setelah ini,” lapor pria tersebut. Tuan Peter mengangguk mengerti.   “Ya, baiklah.” Akhirnya tuan Peter dan petugas kepolisian mulai meninggalkan tempat itu, menyisakan beberapa petugas yang memang ditugaskan untuk berjaga di sana.   Kembali pada kebersamaan Hellen dan Danny saat ini,   “Hellen!” seruku kemudian memanggil Hellen yang tengah fokus menonton acara film koleksiku itu..   “Apa lagi Danny?!” keluh gadis itu yang merasa kembali terganggu karena ulahku. Hellen menoleh dengan malas ke arahku. Tatapan itu seakan mengatakan bahwa Hellen tengah mengancam akan membunuhku jika apa yang kukatakan sebentar lagi adalah topik yang tidak penting baginya. Aku mencoba untuk tidak menghiraukannya. Karena aku yakin bahwa apa yang kukatan setelah ini adalah hal paling penting untuk dirinya.   “Hellen, mulai sekarang kau harus mengunci pintu jendelamu dengan rapat baik siang maupun malam. Baik ada kau dan aku, atau pun tidak. Apa kau mengerti?”   “Ha?”   “Bukan Ha, Hellen. Tapi jawab, iya, aku mengerti!”   “Ada apa lagi denganmu Danny?”   “Hellen apa kau ingat aku telah mencoba membangunkanmu semalam?”   “Hah iya. Aku ingat kau telah mengatakan hal yang sangat keramat bagiku. Terima kasih kau sudah mengingatkan aku Danny,” ucap Hellen sembari tersenyum sinis kemudian. gadis itu meraih remot tv dan menekan tombol pause untuk menghentikan sejenak film yang tengah kita tonton itu. aku mulai merasa waspada melihat tingkah Hellen. Dan benar saja. setelahnya gadis itu menoleh kepadaku dengan wajah sangar. “Ke sini kau!” titah Hellen dengan kedua tangan yang langsung mengulur ke arahku.   “Hei, hei tunggu sebentar!” cegahku seketika. Aku dengan sigap menahan kedua tangan Hellen yang hendak meraih tubuhku.   “Apa lagi?! Jangan mencoba menghentikan aku Danny. Kau perlu diberi pelajaran. Dasar menyebalkan!”   “Tidak, bukan begitu Hellen. Tapi tolong dengarkan penjelasanku terlebih dulu. Ada yang lebih penting dari itu.”   “Memang apa yang lebih penting dari menghukummu saat ini, Danny?!”   “Ugh mangkannya kubilang dengarkan penjelasanku dulu, dasar!” Kini aku menjadi tidak bisa menyembunyikan perasaanku sendiri yang merasa semakin kesal dan gemas akan tingkah Hellen. Barulah Hellen mulai menghentikan aksinya yang bernafsu ingin menyerangku saat ini. Gadis itu menatapku dengan tajam. "Baiklah. Apa yang akan kau sampaikan sekarang?!" tanya Hellen dengan nada dan raut wajah menantang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD