Bab 12

1470 Words
“Baiklah. Kalau begitu apa?! Cepat katakan Danny!”   Aku menghela napas setelahnya. Merasa lega karena Hellen akhirnya mau berhenti untuk menyerangku. Aku kini menghadapkan tubuh sepenuhnya ke arah Hellen dan menatap mata indah milik gadis itu dengan lekat. Hellen juga ikut memandangku meski dengan melempar tatapan malasnya. Aku tidak perduli. Aku mulai membuka topik ceritaku.   “Hellen, kau tahu? Semalam Mom bercerita kepadaku kalau Dad sedang menyelidiki kasus aneh.”   Hellen mengangkat kedua alisnya dengan wajah heran mendengar pembuka dari ceritaku ini. “Kasus aneh?” beo gadis itu. Aku mengangguk sekali untuk meyakinkannya.   “Ya, kasus aneh. Jadi Dad mendapat panggilan tugas semalam. Kata Mom, sepertinya itu adalah panggilan tugas mengenai kasus yang sama seperti sebelumnya.”   “Dan kasus apa itu?”   “Laporan mengenai ditemukannya korban penyerangan dari makhluk yang tidak diketahui wujudnya,” jawabku dengan mantap.   “Ha?” Hellen melempar tatapan aneh ke arahku. Ekspresinya menunjukkan bahwa Hellen hanya menganggapku konyol saat ini. “Cerita apa lagi ini Danny? Sepertinya kau terlalu banyak menonton film aneh huh?!”   Benar bukan?! Dia tidak percaya dengan ceritaku barusan. Tapi aku tidak akan menyerah. Penjelasanku ini belum selesai, jadi wajar bukan jika dia tidak memberikan perhatian lebih pada ceritaku.   “Aku sungguh-sungguh mengatakannya Hellen. Ada kasus seperti itu,” tekanku dengan penuh keyakinan. Hellen terdiam sambil menatapku dengan ragu. Aku bergerak memperbaiki dudukku untuk lebih mendekati gadis itu.   “Jadi Hellen, sejak beberapa waktu yang lalu sebenarnya pihak kepolisian telah mendapatkan kasus yang serupa. Kasus mengenai orang yang terbunuh karena diserang oleh sesuatu dengan meninggalkan bukti berupa cakaran binatang. Mereka menganggap cakaran itu adalah milik beruang atau harimau. Mereka juga menemukan lendir di sekitar tempat itu.” Aku menjelaskan detailnya pada Hellen, dan gadis itu juga mau mendengarkan dengan seksama penjelasanku ini.   “Lalu apa masalahnya? Mereka hanya perlu menemukan beruang atau harimau itu bukan? Dan masalah akan selesai,” balas Hellen dengan ringan. Aku menggeleng tidak setuju. “Tidak semudah itu Hellen. Masalahnya lendir itu tidak seperti lendir dari kedua hewan tersebut.”   “Kalau begitu ya berarti itu adalah lendir milik hewan lain. Lalu apa anehnya Danny? Kau terlalu membesar-besarkan masalah saja.” Hellen mengambil sikap lebih santai kemudian.   “Kau benar Hellen.”   “Aku memang benar kan.” jawab Hellen dengan bangga.   “Ya. Semua masalah akan selesai jika lendir itu bisa ditemukan pemiliknya. Tapi sampai saat ini mereka belum menemukan pemilik lendir tersebut. Jadi bagaimana menurutmu?” tanyaku balik sembari melempar senyum miring untuk membuat penjelasanku ini lebih dramatis.   “Apa? Kenapa bisa?” tanya Hellen dengan wajah heran sekaligus bingung memandangku.   “Itu lah inti dari ceritaku ini Hellen!” seruku dengan lebih antusias memandang Hellen. Aku semakin semangat karena Hellen nampak mulai tertarik dengan pembahasanku ini.   “Aku berpikir bahwa mereka tengah menyembunyikan sesuatu yang penting di sini. Jika ada hewan liar yang sudah mengganggu penduduk kota, seharusnya para polisi itu segera gencar mencari dan mengomando penduduk kota untuk lebih berhati-hati bukan? Tapi sampai saat ini tidak ada kabar berita di media mana pun mengenai kasus ini. Aku merasa bahwa mereka memang sengaja menyembunyikan kasus ini. Kenapa? Karena aku yakin pemilik cakar itu bukanlah makhluk biasa Hellen! Dan mereka tengah menyelidiki makhluk itu lebih lanjut saat ini.” ucapku dengan menggebu-gebu.   Aku sudah merasa seperti tokoh detective terkenal di serial anime saat ini. Tinggal memakai topi dan coat panjang berwarna coklat, lalu sentuhan terakhir dengan cerutu panjang. Haha, imajinasiku menjadi semakin besar saat ini. Aku menatap Hellen dengan wajah bangga seolah aku telah menyelesaikan kasus rumit yang bahkan polisi pun tidak bisa memecahkan kasus tersebut.   “Hahhh ...” Hellen menghembuskan napas lelah kemudian. Aku seketika merengut sebal. Aku yakin gadis itu menganggapku gila saat ini.   “Apa kau sudah gila Danny?” ledek Hellen.   Benar bukan apa kataku?! Aku mendengus kesal menatap gadis itu.   “Sudah kubilang aku mengatakan hal yang sebenarnya Hellen!” Aku masih tidak mau menyerah untuk meyakinkan gadis itu.   “Danny, kalau kau mengatakan hal yang sebenarnya, lalu apa ada bukti bahwa perkataanmu itu adalah benar huh?”   “Kalau aku ada bukti, aku pasti akan diangkat menjadi pahlawan kepolisian saat ini!” sungutku dengan kesal.   “Lalu bagaimana aku bisa percaya padamu huh?” jawab Hellen dengan memutar bola matanya dengan malas. Hellen kembali meraih remote tv dan menekan tombol untuk melanjutkan acaranya lagi. Layar tv kembali bergerak menampilkan adegan film yang tengah kami tonton sejak tadi. Melihat respon Hellen yang terlihat masa bodoh itu membuatku sebal sendiri. Aku dengan cepat merebut remote tv itu dari tangan Hellen dan menekan tombol pause kembali. Layar tv yang berhenti membuat Hellen langsung memprotes kepadaku.   “Danny!” pekik gadis itu. Hellen mencoba merebut remote tv kembali dari tanganku, namun dengan sigap aku menjauhkan benda itu dari jangkauan Hellen. Seketika gadis itu mendecak kesal dan melotot tajam ke arahku. Aku bertingkah masa bodoh. Aku balas menatap Hellen dengan tanpa takut.   “Aku masih belum selesai berbicara Hellen,” ujarku pada gadis itu. Hellen mendengus kesal.   “Aku tidak mau mendengar cerita konyolmu lagi Danny. Cerita tanpa ada bukti yang nyata itu sama saja dengan hoax, kau tahu itu huh?!”   “Ck tapi tetap saja kau harus mendengarkan ucapanku kali ini. Kau tahu, ini juga salah satu alasanku membangunkanmu semalam.”   Kedua mata Hellen membola lebar medengar ucapanku itu. “Kau mengataiku seperti itu hanya karena cerita konyolmu ini Danny?! Keterlaluan kau!” Tanpa kuduga Hellen kembali memukulku dengan kesal. Sontak aku berusaha melindungi diri dengan menahan kedua tangannya lagi.   “Bukan hanya itu Hellen. Oke, oke aku minta maaf karena telah memanggilmu gend—“ Hellen kembali melempar tatapan kematian kepadaku yang langsung membuatku menenggak air ludah dengan kasar. “Baiklah maafkan aku. Tapi aku melakukan itu karena aku punya alasan sendiri Hellen. Aku melihat sesuatu yang mencurigakan semalam.” Lanjutku dengan cepat agar Hellen berhenti melotot kepadaku. Cara itu berhasil. Kini gadis itu mengerutkan kedua alisnya dengan wajah penasaran.   “Apa maksudmu dengan sesuatu yang mencurigakan?”   “Aku melihat ke luar jendela semalam, dan aku melihat bayangan yang memantul di ujung lorong.”   “Bayangan apa?”   “Aku tidak jelas melihatnya, tapi aku merasa yakin bahwa itu bukan bayangan dari seorang manusia. Bayangan itu bergerak begitu cepat. Ketika aku menoleh ke sana, dia sudah menghilang. Lalu muncul lagi di ujung lorong yang lain. Bagaimana menurutmu Hellen?”   “Kau melihat hantu?” Hellen menatapku dengan tidak yakin.   “Kau bicara apa? Apa kau percaya mengenai hantu huh?!” sungutku dengan perasaan jengah terhadap respon Hellen. Aku yakin gadis itu juga sama sepertiku, tidak memercayai hal berbau mistis itu. Dibuktikan dengan gelengan kepala dari Hellen sendiri.   “Baiklah. Jadi karena itu kau menyuruhku untuk menutup pintu jendela semalam?”   “Tapi kau tidur seperti orang mati, dasar!” sindirku yang langsung menimbulkan cengiran di bibir gadis itu.   “Hahah maafkan aku Danny. Tapi semalam aku benar-benar lelah sekali. Tapi apa kau yakin kau tidak salah lihat?” Hellen mencoba memastikan kembali ingatanku mengenai semalam.   “Tidak Hellen. Aku yakin bayangan itu muncul. Aku bahkan merasa seperti ada yang mengintai tempat kita semalam. Aku juga langsung mengingat kasus yang tengah Dad kerjakan saat ini, dan itu membuatku berpikir untuk lebih berhati-hati. Mom juga menyuruhku untuk mengatakan ini padamu agar kau juga lebih berhati-hati. Jangan berkeliaran sendirian di jalan Hellen. Setidaknya panggil aku. Aku pasti akan menemanimu. Atau kau bisa memanggil temanmu yang lain. Lalu mulai sekarang kau harus menutup rapat pintu jendelamu, apa kau mengerti Hellen?!” ujarku panjang lebar pada Hellen. Dan apa yang kulihat sekarang? Gadis itu hanya melempar senyum geli mendengarkan celotehanku. Aku kembali merengut sebal melihatnya. Hellen sepertinya tidak menganggap serius penjelasanku ini.   “Hellen?!” tegurku dengan nada kesal. Hellen langsung tertawa geli kemudian. Hal itu justru semakin membuatku sebal bukan main.   “Hellen aku serius, kau tahu?!”   “Hahaha iya iya, maafkan aku. Aku mengerti Danny. Oke, aku akan mendengarkanmu,” jawab Hellen di sela tawanya. “Hahaha kau sudah seperti daddyku saja, dasar!”   “Ini juga demi kebaikanmu Hellen,” balasku tidak terima.   “Baiklah baiklah aku mengerti, Sir!”   Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah dibuka dari luar. Sontak aku dan Hellen secara bersamaan menoleh ke arah pintu utama. Tidak lama muncul sosok Dad yang baru saja tiba memasuki rumah. Melihat itu membuat aku dan Hellen langsung gugup dan saling berpandangan dengan wajah horor satu sama lain. Ini masih jam sekolah dan kami sudah ada di rumah. Terlihat sekali bahkan kami tengah mengambil libur dengan seenaknya sekarang.   “Bagaimana ini Hellen?!” seruku dengan suara tertahan pada Hellen.   “Mana aku tahu?! Ini semua karena kau Danny!” balas Hellen yang merasa tidak terima dengan ucapanku. Dad yang mendengar suara bisik-bisik kami lalu menoleh dan melempar pandangan heran.   “Danny? Hellen? Kenapa kalian di rumah? Kalian tidak sekolah?” sontak aku dan Hellen langsung tersentak kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD