Emang Kamu Saja, Aku Juga Bisa ?

967 Words
“Ayo kita ke sekolah, teman-teman Iren banyak di sana. Iren bisa main prosotan juga nanti,” ucap Ceria setelah memesan ojek online. “Ayooo, Ilen suka banak temen, main plocotan, holeeee!” pekiknya. Anak itu terlihat girang, membuat sedikit kesedihan hati Ceria terobati. Ada waktunya di mana wanita bisa menjadi lebih kuat dari biasanya dan memiliki energi yang berlipat. Itulah yang terjadi pada Ceria, setelah menitip Iren di playgroup dan menghubungi Mama Marta---ibu mertuanya untuk menyusul mereka. Wanita itu langsung menuju kantor barunya. Bekerja menjadi bagian personal assistant akan membuatnya lebih mudah menjalankan misinya. Karena Ceria kerja bukan hanya semata kerja namun ada alasan lain yang membuat dia bisa setegar karang. *** “Morning Mr Mark!” Ceria menyapa bosnya. Bos Ceria yaitu seorang lelaki bertubuh tinggi dan berkulit putih. Dia-lah seorang bule Jerman dengan posisi sebagai President Direktur disana. “Morning! You look so pretty today! ” ucapnya. (Selamat pagi! Kamu kelihatan begitu cantik hari ini!) Belum apa-apa, Mr. Mark sudah memujinya yang membuat wajah Ceria menjadi tersipu. Sudah lama sekali dia tak pernah mendapat pujian dari lelaki, bahkan dari suaminya sendiri. “By the way, I have been stay here around 5 years, so no problem if you want to speak bahasa Indonesia. I can communcate well in bahasa," ujarnya. (Ngomong-ngomong, Saya sudah tinggal di sini sekitar lima tahun, jadi gak masalah kalah kamu berbicara dalam bahasa Indonesia. Saya bisa berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Indonesia.) “Ooo ... I see, Ok understood,” ucap Ceria sambil mengangguk dan tersenyum pada orang yang baru pagi ini saja menjadi bosnya. “Tolong buat jadwal meeting saya pagi ini, dan acara jumpa partner, email ke saya ya,” ucapnya dengan fasih. Ceria dibuatnya melongo, ternyata Mr. Mark sudah menguasai bahasa Indonesia dengan fasih. “Baik, akan saya segera kirimkan jadwalnya by email." Ceria menyanggupi. Lelaki bertubuh tinggi itu segera berlalu meninggalkannya. Ceria langsung mengakses link-link untuk pekerjaan yang sudah dibagikan untuknya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya istirahat telah tiba. Namun pekerjaan personal assistant tidak sekaku pekerjaan bagian lainnya, jadi terkadang ada kalanya dia harus bekerja pada jam istirahat, namun bisa istirahat juga pada jam lainnya yang tidak terlalu padat. Siang itu Mr. Mark mengajaknya untuk meeting dengan kolega bisnisnya diluar. Ceria bergegas men-touch up kembali make up nya, bagaiamanapun dia harus tampil maksimal dan tidak memalukan. Mereka keluar menggunakan mobil kantor dan diantar oleh seorang supir. Tidak lama, mobil itu berhenti didepan sebuah restaurant mewah. Mereka berdua turun dan jalan beriringan. Kedua orang itu langsung masuk kedalam restaurant dan menuju tempat yang sudah dipesannya sebelum berangkat. Namun, sudut mata Ceria menangkap sosok yang sangat familiar. Ada dua orang yang sedang mengobrol begitu akrab, sesekali tertawa sepertinya sambil menunggu pesanan mereka datang. Ceria langsung menghampiri pelayan untuk menukar tempat yang telah dipesannya agar dia bisa duduk pada tempat yang terlihat jelas oleh lelaki itu. “Mr. Mark, sorry, untuk reservasinya di sini, table 07,” ucap Ceria meminta Mark pindah tempat. Lelaki itu mengikuitnya saja tanpa banyak bertanya. Ceria sengaja duduk bersebelahan dengan Mark. Dia membuat settingan senatural mungkin agar tidak terlihat mencolok. Sementara itu, sudut netranya sesekali melirik ke arah dua orang yang sedang asyik mengobrol di sana. Lelaki itu tampak tidak mempedulikan sekitar. Dia tampak berkali-kali tertawa lepas dan menatap intens lawan bicaranya. Hati Ceria kembali merasa pedih. Akhirnya dia berfikir bagaimana cara menimbulkan perhatian. Kebetulan ada seorang pelayan sedang melewati ke dekat tempat duduknya. Ceria segera berdiri dan memasang badan agar tertabrak pelayan tersebut sehingga sendok-sendok yang dibawanya jatuh. Prangg! Suara dentingan sendok yang jatuh menarik perhatian. Otomatis semua mata beralih menatap keributan itu. Pelayan tersebut kaget, dan segera meminta maaf pada wanita yang sebetulnya sengaja agar tertabrak olehnya. Trik tersebut ternyata berhasil. Dia menangkap dengan sudut matanya, lelaki yang tidak lain ialah Bagja menoleh ke arahnya. Namun Ceria pura-pura tidak melihat. Dia sudah duduk kembali dan mengalihkan perhatiannya pada Mark yang ada disampingnya. Tidak berapa lama, tamu mereka datang. Diskusi santai disertai obrolan ringan terjadi. Sesekali Ceria mengambilkan lauk dan hidangan untuk tamunya dan juga untuk Mark. Dia menatap sekilas dari sudut matanya, Bagja tidak sebahagia tadi. Apakah lelaki itu merasa terganggu atas kehadirannya ataukah dia mulai cemburu atas apa yang dilakukannya. Ceria tak ambil pusing, karena hal itu merupakan salah satu misinya. Setelah makan siang selesai, Ceria pergi ke toilet sebelum pulang. Dia meminta Mark untuk menunggunya. Namun suara seseorang menghentikan langkahnya sebelum dia memasuki toilet perempuan. “Ri, kamu disini lagi ngapain?” Sebuah pertanyaan yang tidak berbobot terlempar dari mulut Bagja---suaminya. Rupanya dia mengikuti Ceria dari belakang. “Mas gak lihat emang? Tadi aku meeting sama klien. Mas sendiri yang ngapain makan siang berdua doang?” Dengan nada tenang, Ceria melemparkan pertanyaan balik yang membuat Bagja terkesiap. Lelaki itu tampak berfikir sebentar. “Aku tadi habis meeting di tempat klien, kebetulan jam makan siang kami dijalan jadi mampir dulu cari makan,” ucapnya datar. “Ooo ....” Ceria memonyongkan bibirnya. Hanya itu yang keluar dari mulut Ceria. Lalu dia hendak melangkah kembali. “Ri, kamu kenapa berdandan seperti itu?” tanya Bagja seolah tak terima melihat istrinya tampil beda. “Apa ada yang salah dengan penampilanku, Mas?” Ceria membalikan badan dan menatap tajam suaminya. Bagja tidak menjawab, dia hanya membuang nafas kasar. “Aku rasa, penampilanku masih lebih sopan jika dibanding dengan wanita lain yang memakai rok di atas lutut dan model kemeja d**a terbuka. Aku rasa, aku masih lebih sopan dari pada staff kamu itu,”ucap Ceria menyindir Sisy. Bagja terdiam. Hatinya berontak, tidak rela dan ingin melarang. Namun kondisinya kini satu sama, dia pun sedang bersama perempuan lain dengan dalih rekan kerja. “Permisi Mas, aku udah ditungguin bosku, hari ini hari pertamaku kerja,”ucap Ceria sambil melangkah dan menghilang di balik pintu toilet. Dia meninggalkan suaminya yang masih nanar menatapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD