Ceria sudah tiba di kediaman mertuanya. Itulah hebatnya wanita, segundah apa pun perasaan yang berkecamuk, dia masih bisa tertutup rapat menyimpannya. Dia tidak ingin melibatkan orang lain dalam urusan rumah tangganya. Iren segera berganti pakaian dengan yang dibawanya. Setelah mandi, Iren hanya boleh mengelus-elus kepala Maura, Ceria tak mengizinkannya untuk menggendongnya, bagaimanapun bulu kucing itu akan menempel kembali.
Acara menginap berjalan tenang. Bagja pulang ke rumah ibunya pada pukul sepuluh malam. Ceria masih seperti biasa, menyiapkan air hangat untuk mandi, menawari makan, dan menyiapkan secangkir teh hangat untuk suaminya. Dan seperti biasa juga, lelaki itu terus mengambil posisi untuk tidur di sebelah Iren. Tidak ada ucapan sayang, pelukan hangat, ataupun kecupan selamat malam. Semua rutinitas kecil pada awal pernikahan itu sudah benar-benar menghilang.
Keesokan harinya, Bagja kembali berangkat bekerja, sedangkan Ceria yang sudah mendapatkan izin dari suaminya untuk mencari-cari informasi mengenai lowongan pekerjaan. Kebetulan Iren masih anteng main dengan Maura, dan siang nanti Mbak Mita dan Erika juga mau berkunjung ke sana. Ceria bisa dengan leluasa meninggalkan Iren dulu untuk menyiapkan segala sesuatunya.
Ceria pulang dengan ojek online. Dia bergegas membuka lemari yang berisi satu boks file-file dan dokumen penting dalam hidupnya. Dia mengumpulkan semuanya dan pergi ke tukang photocopy untuk men-scan dan mengopinya. File lamarannya dalam Word juga dia print beberapa. Tidak lupa Ceria membeli beberapa map lamaran, sehingga tinggal dia bawa jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Untuk dokumen yang di-scan, dia masukkan ke dalam Google Drive agar mudah di akses dari ponsel juga.
Ceria sampai di rumah menjelang siang, sebagai ibu rumah tangga sudah pastinya setumpuk pekerjaan telah menanti. Dia bergegas berganti dengan daster kebangsaan yang membuatnya menjadi terlihat benar-benar seperti wanita rumahan. Dia melakukan semua pekerjaannya kali ini dengan penuh energi baru. Sebetulnya dia sudah sangat menikmati kehidupannya sekarang jika saja suaminya masih sama seperti dulu.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, dia berselancar pada media online, pada situs-situs mencari pekerjaan dan mengirimkan beberapa lamaran. Pada zaman yang serbadigital seperti saat ini, hampir semua lowongan yang terbuka bisa di akses hanya dengan mengirimkan aplikasi lamaran online. Untuk CV dan berkas hanya dibawa pada saat interview saja.
Setelah semua selesai, Ceria kembali menjemput pulang putrinya. Meskipun sulit membujuk Iren untuk pulang karena ada Erika dan Maura, namun akhirnya berhasil. Ceria hampir seharian itu menghabiskan semua waktunya untuk bermain dengan Iren. Dia ingin memuaskan dirinya untuk bersama dengan sang buah hati sebelum perjalanan baru hidupnya dimulai.
***
Wanita mana yang akan tega berpisah dengan anaknya meskipun itu hanya untuk kerja? Itulah yang dirasakan Ceria. Setelah kurang lebih dua bulan menunggu, akhirnya ada perusahaan yang melirik CV-nya dan menawarkan untuk bergabung. Prosesi interview sudah selesai dan sudah tanda tangan offering letter juga. Ceria diterima untuk posisi personal assistant salah satu perusahaan multinasional yang cukup ternama. Pagi itu dia sudah mulai bekerja.
Setelah beres menyiapkan segala keperluan suaminya, dia bergegas membangunkan putri kecilnya. Iren sudah mulai masuk playgroup. Gadis kecil itu cukup mudah dibujuk sehingga dengan riang mandi pagi dan bersiap-siap. Bagi Iren, playgroup adalah tempat bermain yang menyenangkan. Gadis itu terlihat begitu lucu dan menggemaskan dengan rambut kucir dua dan poni yang berantakan. Poni hasil potongan Ceria yang belum dirapikan karena Iren keburu bosan dan ingin pergi bermain.
Ceria sudah mengenakan setelan blazer miliknya, bekas dia bekerja dulu. Masih muat, malah sedikit longgar. Ternyata pernikahannya dengan Bagja membawakan berkah, dia tidak usah susah-susah mengikuti program diet karena semua kondisi yang dialami mampu membuat berat tubuhnya menjadi tidak cepat naik.
Ceria melihat pantulan dirinya pada cermin. Wajahnya terlihat segar dengan polesan makeup tipis dan lip cream yang soft. Alis yang terbentuk tegas, bulu mata yang lentik, eyeliner yang membingkai mata sipitnya membuatnya menjadi terlihat lebih menawan. Sedikit blush on menambah rona segar pada wajahnya. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai jatuh pada blazer warna coksu yang dipadupadankan dengan rok span hitam di bawah lutut. Dia mengenakan heel yang tidak terlalu tinggi agar lebih mudah bergerak.
“Mamah tantik, Ilen cayang Mamah.” Anak kecil itu menggelayuti kaki Ceria.
Wanita itu meraih tubuh mungil Iren dan mengecupi pipinya yang gembil. Diusapnya pucuk kepalanya. Begitu berat harus meninggalkannya, namun ini adalah pilihan yang sudah dia putuskan. Dia berharap dengan ini akan memiliki nilai tawar kembali di mata suaminya, sehingga lelaki itu tidak akan berbuat semena-mena terhadap perasaannya. Hati yang sudah letih tercabik-cabik dalam diam.
“Ayo kita ke sekolah! Teman-teman Iren banyak di sana, Iren bisa main perosotan juga nanti,” ucap Ceria setelah memesan ojek online.
“Ayooo, Ilen suka banak temen, main pelocotan, holeee!” Anak itu terlihat girang, membuat sedikit kesedihan hati Ceria terobati.