Ceria membantu memasak, membereskan rumah dan apapun yang dia bisa kerjakan hingga dia terlupa jika akan pulang dulu. Akhirnya dia memesan ojek online pada pukul setengah enam sore. Tak berapa lama, ojek itu berhenti didepan rumahnya, namun Ceria mendapati sepeda motor suaminya terparkir didepan rumah. Dia melangkah mendekati pintu, namun ada sepasang sepatu dengan hill tinggi tergeletak disana.
DEG
Perasaan tidak enak sudah menyeruak kedalam dadanya. Perlahan dia memutar gagang pintu yang tidak terkunci. Terlihat suaminya yang duduk berdempetan di sofa dengan seorang wanita muda, mereka memang masih mengenakan seragam kerja, namun apa itu duduk mereka nyaris tanpa cela dengan memegang selembar kertas yang sama. Terlihat begitu dekat, dan intim obrolan mereka.
“Ri, k-kamu pulang?” Bagja terlihat kaget dan langsung menjauhkan badannya yang menempel dengan wanita itu.
“Iya Mas." Ceria masih berdiri menatap wanita yang hanya melongo menatapnya.
“Sisy, ini kenalkan istri saya, Ceria,” ucap Bagja.
“Ri, ini Sisy bagian admin yang support kerjaan aku di kantor,” ucap Bagja lagi sambil menghampiri Ceria. Tangannya meraih lengan Ceria namun wanita itu menepisnya.
“Permisi, aku gak lama kok, Mas! lanjutin aja. Aku Cuma mau ambil baju ganti Iren, sejak siang dia main terus sama Maura soalnya.” Ceria pergi meninggalkan mereka. Dia langsung ke kamar dan menjatuhkan diri pada dipan. Dadanya terasa sesak tapi tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Pantas saja suaminya betah di kantor, setiap hari ditemani dengan gadis muda, cantik, seksi sementara dirinya sendiri bahkan malu ketika menatap pantulan dirinya di cermin.
Tapi airmata itu tak bisa tertahan. Ceria menangis dengan menangkup wajahnya dengan bantal. Pikirannya langsung melayang jauh, seperti apa kedekatan mereka selama ini. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, Bagja selalu mengatasnamakan pekerjaan dan mencari nafkah untuk keluarga. Hatinya sakit, benar-benar merasa teriris.