STALKER

1028 Words
Seorang pria berada di dalam sebuah gedung di lantai tiga sedang sibuk memotret sesuatu di balik jendela dengan kamera DSLRnya. Suara jepretan itu memenuhi kamar hotel dimana ia berada. Obyek yang ia tangkap adalah sebuah keluarga kecil yang baru saja keluar dari mini vannya. Satu sudut bibir terangkat kemudian ia memandang kembali hasil jepretannya. Keluarga kecil itu sudah masuk ke gedung hotel. Ia harus bergegas atau kehilangan setiap gerak-gerik keluarga itu. Tidak ada yang boleh terlewat barang sedikit pun, ia segera keluar dari kamar dan dengan cepat menuju ke ruang lobi untuk sekali lagi memotret seorang pria yang tengah memesan kamar, beserta seorang wanita yang sedang menggandeng seorang anak perempuan yang terlihat begitu bahagia. *** "Ruang lima kosong satu, Pak." Seorang wanita dengan rambut digelung sederhana, memakai busana batik berwarna biru menyerahkan sebuah kartu dari balik meja resepsionis. Kevin menerima kartu tersebut dan segera menarik koper berodanya. Ia berjalan diikuti anak dan istri yang setia di belakangnya. Menaiki sebuah tangga yang berada di sisi kanan dekat dengan meja resepsionis. Kevin mengangkat kopernya untuk menaiki anak tangga menuju lantai tiga dimana ruangannya berada. Laras bahagia memiliki Kevin sebagai pasangannya. Disaat duka begitu lara, Kevin mengajukan cuti selama seminggu untuk mengajaknya serta Saras untuk berlibur. Tak henti-hentinya ia tersenyum saat melihat pria yang sangat dicintainya tiba-tiba begitu bersemangat mengajaknya berlibur di tepi pantai. Walau bukan Bali atau Lombok atau Raja Ampat yang terkenal melainkan di Lamongan Jawa Timur. Laras tidak mempermasalahkan tempatnya. Baginya, niat tulus sang suami saja sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Lagipula Kevin bukan orang yang romantic dan bukan orang yang sering memberi kejutan-kejutan manis, bagi Laras ini sangat sempurna. Kevin membuka pintu kamar, menunjukkan sebuah ruangan yang cukup luas dengan sebuah ranjang besar yang berdekatan dengan sebuah pintu geser yang mengarah ke laut. Laras begitu antusias, begitu masuk kamar ia segera menggeser pintu dan segera menyerap aroma laut ke dalam paru-parunya sambil menatap laut yang begitu biru. *** Pria yang mengenakan kemeja putih dan celana jins tidak membuang kesempatan. Berdiri di dekat balkon kamarnya. Ia segera menangkap panorama terindah dengan kamera DLSRnya. Seorang wanita yang sedang menatap lautan adalah pemandangan yang sangat indah terutama karena wanita itu adalah LARAS. Berkali-kali ia memotret seolah-olah tidak rela jika pemandangan itu tidak terekam walau sehari saja. Namun saat tiba-tiba wanita itu menoleh ke arahnya, pria itu segera membuang muka dan berpura-pura memotret pemandangan laut. Laras tersenyum, melihat seorang pria yang sibuk memotret laut dengan kameranya. Pemandangan indah memang tidak boleh disia-siakan. Laras pun memutuskan masuk ke kamar dan mengambil ponsel layar lima inchnya lalu kembali ke balkon. Seperti pria itu, dengan ponselnya Laras menangkap pemandangannya melalui kamera. Ia bahkan memotret pria yang sedang memotret ke arahnya, mungkin menjadikannya sebagai salah satu obyeknya, begitu pikir Laras dan ia tidak keberatan akan hal itu. *** Melihat istrinya, Kevin tersenyum. Laras telah melewati hari yang begitu berat. Sebuah liburan, ia harapkan bisa meredam kesedihan istrinya, sekalipun belum seluruhnya. Ia menggandeng Saras, putri semata wayangnya menuju balkon dimana istrinya berada. "Bagaimana pemandangannya?" Kevin tanpa canggung memeluk istrinya dari belakang, membuat Laras terkejut namun kegirangan dengan sikap mesra suaminya. "Indah sekali. Sayang, terima kasih." Laras memutar badan, memandang suaminya lekat lalu menunduk untuk memandang putrinya yang jelita. Laras berlutut, menyejajarkan dirinya dengan Saras. Mencubit pipi gembil putrinya dan menghadiahinya sebuah kecupan singkat di pipi. "Apa kamu senang?" tanyanya. Saras tertawa senang, bocah mana yang tidak senang diajak liburan? Ia memandang laut dari balik pagar balkon. Merasa kurang puas, ia menarik kemeja ayahnya. "Ayah, gendong," rajuknya. Kevin tersenyum, ia segera mengangkat tubuh Saras dan bertiga mereka memandang keindahan laut beserta warna kekuningan tanda senja semakin mendekat. *** Restoran hotel dimana Laras sekeluarga menginap cukup ramai. Beberapa meja telah terisi sehingga ia harus mencari-cari tempat untuk menikmati santap malam. Ia menengok ke kanan dan ke kiri sambil mengernyitkan dahi hingga ia menemukan sebuah meja kosong yang berada di sebelah meja seorang pria yang ia lihat tadi sore. Pria itu tengah asyik bermain ponsel. Pria itu telah selesai menyantap makan malam karena di meja pria itu terdapat sebuah piring kotor serta sebuah cangkir, mungkin berisi teh atau kopi. Kevin menggandeng tangan putrinya lalu menggandeng tangan istrinya dan mengajak mereka ke sebuah meja kosong yang terletak di sisi sebelah kanan, cukup dekat dengan wastafel. Meja-meja ditata begitu rapat hingga hanya ada sedikit ruang untuk sekedar berjalan menuju meja yang ia inginkan. Laras menggeser kursi untuk Saras, putrinya terlihat begitu lelah dan sangat lapar, membuatnya tersenyum sambil mengacak-acak rambut anaknya. Ia pun segera duduk di sebelah Kevin, membelakangi pria yang tadi memotret dengan kamera canggihnya. "Kamu pesan apa?" Kevin memandang daftar menu sambil menunggu istrinya memesan makanannya. "Ayah, aku mau es krim," pinta Laras. Gadis itu lapar, ia berpikir semangkuk es krim bisa mengenyangkan perutnya. "Iya, tapi Saras harus makan nasi dulu," ucap Laras dengan begitu lembut. Laras memandang daftar menu beberapa lama sampai ia menemukan makanan yang ia inginkan. "Bagaimana kalau ikan bakar dan kepiting asam manis? -Laras memandang suaminya- aku boleh pesan banyak kan?" Laras menunjukkan senyum terbaiknya kepada sang suami. Kevin terkekeh, pesan banyak boleh saja, tetapi ia tahu Laras hanya lapar mata dan belum tentu bisa menghabiskan pesanannya. "Boleh." Tetapi tentu saja Kevin tidak ingin membuat bibir istrinya mengerut. "Saras mau kan ikan bakar dan kepiting asam manis?" Saras mengangguk, ia memang menyukai makanan berbahan ikan. "Es jeruknya dua, Yah. Aku mau ke toilet dulu." Kevin tidak terlalu memedulikan istrinya. Ia justru menunjukkan daftar menu kepada putrinya. Laras sedikit menggeser kursi ke belakang, meletakkan tas tenteng berwarna coklat di kursinya lalu segera berdiri. Ia berbalik dan ingin bergegas ke toilet namun tanpa sengaja ia menubruk seseorang yang duduk di belakangnya. Rupanya pria itu juga berbalik dan hendak berjalan ke arah yang sama dengan Laras. Pundak keduanya bertubrukan, tidak terlalu keras dan tidak membuat badan Laras goyah apalagi sampai hampir jatuh dan ditahan pria itu di pinggangnya. Kejadian itu hanya berupa sentuhan kecil di pundak yang membuat Laras terperanjat. "Maaf," ucap Laras secara spontan. Pria itu hanya tersenyum kecil, ia mengulurkan tangan, memberi kode kepada Laras agar berjalan terlebih dahulu. Laras membalas senyum pria itu, sekedar berbasa basi sebelum ia melangkah menuju toilet, diikuti pria yang kini tengah berjalan ke arah yang sama dengan Laras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD