bc

OBSESI

book_age18+
1.2K
FOLLOW
8.0K
READ
dark
possessive
fated
goodgirl
boss
stepbrother
tragedy
twisted
like
intro-logo
Blurb

Baru saja ayahnya meninggal, kemudian ibunya diserang oleh psikopat yang hendak menyamak wajahnya. Seorang lelaki di masa lalu, menggunakan kesempatan ini untuk menjadi suami sang ibu dan memberinya seorang kakak secara tiba-tiba. Lelaki norak dan kasar seperti preman pasar.

Luka itu tak seberapa. Saat mentalnya hampir saja pulih, Larasati harus kehilangan suami dan anaknya dalam kecelakaan yang tak wajar.

Seperti sang ibu, tiba-tiba saja ada lelaki yang mendekatinya saat tanah kubur sang suami dan anak belum kering. Lelaki sempurna tanpa cacat. Benarkah ada lelaki semacam ini di dunia???

Noted :

Novel ini diperuntukkan bagi pembaca 1*+

chap-preview
Free preview
Lara
Sambil menggendong putrinya yang berusia tujuh tahun, Larasati sedang berlari di lorong sebuah rumah sakit umum daerah. Jantungnya berdetak sangat kencang, seolah sebuah drum yang digebuk dengan keras. Wajahnya pucat pasi, gabungan antara khawatir dan kelelahan. Namun Larasati tetap berjalan cepat sambil tak henti-hentinya berdoa di dalam hati. Tuhan, jaga Ayah! Tuhan, jangan ambil Ayahku! Napas Larasati hampir terputus, tarikannya pendek-pendek dan dadanya terasa nyeri tetapi ia harus secepatnya datang ke ruang ICCU untuk melihat sendiri kondisi ayahnya. Keringat menetes dari dahinya, tetapi tidak ada waktu untuknya menyeka keringat. Satu detik begitu berharga, Larasati tidak boleh membuang waktu lagi. "Bagaimana kondisi Ayah?" Larasati menurunkan Saras, putrinya. Ia berdiri di depan suami yang tiba di rumah sakit lebih dahulu. Sang suami, hanya memandang lesu Larasati, namun tidak ada waktu untuk mengartikan makna yang tersirat dari tatapan itu. Larasati segera menerobos masuk ke ruang ICCU yang sejatinya tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Ia memandang nanar sang ayah yang terbaring lemah dengan monitor yang menunjukkan grafik detak jantung ayahnya. SelSEMang oksigen berada di bawah lubang hidung ayahnya.  Airmata Larasati tak lagi bisa dibendung. Tubuhnya gemetar, berjalan lemah mendekati brankar dimana sang ayah sedang beradu nyawa. "Ayah." Suara Larasati begitu lirih, terjepit diantara kerongkongannya yang kering. Perlahan kedua kakinya semakin mendekat. Larasati masih tidak percaya, pria yang dulu gagah kini sedang berbaring lemah di hadapannya. Ini semua karena Ibu. Larasati memandang seorang wanita yang berada di seberang brankar sang ayah. Wanita itu menangis tersedu-sedu, seolah menangisi kondisi Ayah Larasati, namun Larasati tahu, di dalam lubuk hati ibunya yang terdalam. Wanita itu pasti sedang bersorak ria, sedang menunggu hari kebebasannya. "Laras...." Tangan Danu gemetar, berusaha meraih tangan sang putri dan menariknya mendekat. Tapi apalah daya, bahkan suaranya pun terlalu lemah untuk didengar telinga Larasati. Hanya air mata yang bisa mengalir, menangisi apa yang kini sedang terjadi. "Laras." Suara Danu bergetar. Tarikan napasnya begitu sesak dan menyakitkan. Apakah waktunya sudah dekat? Jika memang benar, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerimanya. Tetapi jika boleh meminta untuk terakhir kalinya, ia hanya ingin mengatakan kepada putri tunggalnya tentang sebuah hal yang sangat penting. Laras ingin memaki ibunya. Laras ingin mengatakan betapa ibunya bukanlah istri yang baik bagi ayahnya. Tetapi Laras hanya bisa menelan ludahnya sendiri dengan rasa teramat menyakitkan. Ibunya, wanita yang dulu menjadi panutannya. Tidak lebih dari seorang wanita yang bisanya hanya mengeluh lalu saat ayahnya tak lagi bisa memenuhi kebutuhannya. Ibunya justru meninggalkan ayahnya ke dalam pelukan pria lain yang jauh lebih gagah, berseragam penuh kehormatan, sangat jauh berbeda dari ayahnya yang hanya seorang pegawai swasta rendahan. Pria itu, Laras tidak akan pernah memaafkannya. Laras kembali memandang ayahnya. Pria itu mengangkat satu tangannya, tidak lebih tinggi dari pagar brankar, tetapi terlihat begitu sangat sulit hingga Laras segera menangkap tangan ayahnya dan menciuminya. "Ayah ... harus sembuh." Suara Laras bergetar. Ia mendekati ayahnya dan mencium kedua pipi pria yang selama ini selalu memanjakannya. "Ayah ... maafkan aku," lirihnya. Danu memejamkan mata, airmatanya jatuh bercucuran. Dadanya terasa kian sakit dan kian sesak, tetapi ia ingin setidaknya berbicara satu kalimat saja. Tuhan, kabulkanlah satu permintaanku ini. "Ayah..." Laras menangkap siksaan sakit yang tersirat di wajah pria itu. Sulit sekali untuk tidak terisak, sekalipun sudah ditahan dengan sepenuh tenaga. Danu berusaha merangkum semua kekuatannya. Ia hanya butuh mengatakan satu hal. Satu kalimat pendek untuk putrinya, tetapi mengapa ini begitu sulit? Tuhan, hamba mohon! Beri hamba kekuatan. "Laras. Pria itu ... dia..." Danu meringis kesakitan bahkan sebelum kata-katanya selesai.  Danu hanya bisa memandang Laras dengan berurai airmata, rasa sakitnya harus enyah atau ia tidak akan bisa bersuara selain erang kesakitan yang teramat sangat. "Ayah ... bertahanlah!" Laras menggenggam erat tangan ayahnya, seolah menahan pria itu dari kekuatan malaikat pencabut nyawa yang telah berdiri di dekat pria itu. Lidah Danu keluh, seolah ia cadel sedari ia lahir. Ia sedang merasakan siksaan sakaratul maut yang dimulai dari ujung kakinya. Meski demikian, ia masih memiliki keinginan kuat untuk mengatakan sesuatu kepada anaknya. Tuhan, hamba mohon! Hanya satu kalimat. Tetapi keinginannya pun menghilang setelah rasa sakit kian tak tertahankan. Ia hanya bisa merasakan tiap detik yang terasa seabad hingga akhirnya Danu mengembuskan napas terakhirnya. Suara nyaring yang berasal dari layar monitor membuat Laras terpaku. Tubuhnya tidak bisa bergerak, hanya bola mata yang bisa ia gerakkan dengan susah payah untuk melihat layar monitor yang dihiasi satu garis lurus. Napasnya tiba-tiba terasa sesak, wajahnya kian memanas dan rasanya langit sedang runtuh. "Tidak ... tidak ... Ayah ... Ayah." Laras tidak bisa menerima kenyataan ini. Pria itu kemarin baru saja menggendong cucunya, tidak mungkin sekarang pergi meninggalkannya begitu saja. Tuhan, jangan ambil Ayahku. Jangan ambil Ayahku! Laras mengguncang bahu ayahnya, seolah sedang membangunkan pria itu dari tidur lelapnya. Namun saat ayahnya masih saja membisu, Laras mengguncang bahu pria itu semakin kencang. "AYAH. BANGUN! AYAH, JANGAN TINGGALKAN AKU. AYAH...." *** Empat puluh satu hari kemudian Larasati masih belum percaya, ayahnya pergi akibat serangan jantung yang tiba-tiba datang. Tubuhnya masih lelah setelah kemarin melaksanakan acara empat puluh hari kepergian ayahnya, tetap ia tidak ingin terlalu lama tinggal di rumah mendiang ayahnya. Bukan karena kenangan yang ditinggalkannya, tetapi ia tidak mau terlalu lama bersama ibunya. "Laras, tinggallah beberapa hari. Sepertinya kamu sakit." Sang Ibu memandang khawatir putrinya. Wanita setengah baya itu kian kurus sepeninggal suami yang telah menemaninya selama tiga puluh tiga tahun lamanya. Ia pun merasa kehilangan dan merasa sangat letih, tetapi di depan putrinya ia harus terlihat lebih tegar. Laras membisu, ia tetap pada pendiriannya. Ia menggandeng tangan putrinya, memaksa anak yang mulai menangis karena tidak mau jauh dari neneknya, untuk segera enyah dari rumah ini. "Ibu, aku masih ingin sama Nenek." Saras berusaha menarik tangan dari cekalan ibunya, tetapi kekuatannya tidak sebanding. "Ibu, aku masih mau disini." Saras merengek, tetapi toh ibunya tidak memberinya kesempatan. Laras enggan berbicara, ia menarik tangan putrinya dengan pandangan kosong dan penuh luka. Bahkan setan sekalipun tidak akan bisa menghentikannya. Laras, berada dalam kekuasaan emosi, bahkan suaminya tidak lagi mampu berkata-kata selain mengikuti kehendaknya. Laras telah sampai di pintu kala seorang pria yang sangat dibencinya sedang berdiri di depannya bersama seorang pria yang lebih muda dari pria yang Laras anggap sebagai pembunuh ayahnya. Beberapa kali Laras melihat pria itu berdua bersama ibunya. Hingga puncaknya, dua hari sebelum kematian ayahnya. Ia melihat pria itu duduk di ruang tamu bersama ayah dan ibunya lalu kejadian perih itu menghampirinya. Semua karena pria itu. #Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Trip To a CEO's Heart

read
5.4K
bc

I'm Not Rapunzel

read
83.4K
bc

Luna for the Alpha Rogues

read
12.4K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
68.2K
bc

MY LORD Indonesia

read
16.2K
bc

Mrs. Rivera

read
47.2K
bc

Crazy of You, Mr. CEO

read
106.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook