Alea menatap pisang yang dibelikan oleh Vanno untuk dirinya. Lebih dari lima sikat yang dibelikan oleh lelaki itu padanya. Vanno sangat niat sekali membelikan dirinya pisang sebanyak ini untuk belajar agar tidak menggigit kejantanan lelaki itu saat dia mengoral milik Vanno.
“Aku tahu kau tidak mampu untuk membeli pisang. Makanya aku membelikanmu banyak.”
Alea hanya diam mendengarnya. Namun dia menjauhkan pisang itu dari hadapannya, ia tidak mau mengambil semua pisang itu. Hanya untuk belajar memuaskan milik Vanno dengan mulutnya. Yang benar saja, dia harus melakukan itu. Ia tidak mau melakukan itu.
“Kenapa kau jauhkan Alea? Kau harus belajar untuk memuaskan milikku dengan mulutmu itu sayang. Aku tidak suka ketika kau melakukan itu, malah gigimu itu menggigit milikku sayang, aku tidak mau gigimu itu kurang ajarnya menggigit milikku.”
Tangan Vanno mencengkram rahang Alea. Alea meringis kesakitan, lalu memukul lengan Vanno untuk melepaskan tangannya dari rahang Aleaa.
“Sakith…. Hikshh… lepaskanhh…” rintih Alea ketika merasakan sakit ketika tangan Vanno semakin mencengkram rahangnya.
Vanno tertawa kecil mendengar rintihan kesakitan dari Alea. Ia melepaskan cengkramannya pada Alea. Lalu mengambil satu buah pisang, mengupas dan membuka mulut Alea dengan memaksanya. Alea membuka mulut dan pisang itu masuk ke dalam mulut Alea.
“Cepat kulum! Aku tidak mau pelacurku tidak bisa memuaskan diriku Alea! Aku sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak sekali untuk dirimu, kau harus bisa memuaskan aku.”
Air mata Alea menetes begitu saja mendengar apa yang dikatakan oleh Vanno, juga mulutnya yang harus begerak mengulum pisang. Alea memegang pisang itu, lalu mengulumnya sambil menatap pada Vanno.
Vanno tersenyum senang melihat Alea yang mengulum pisang tersebut. “Ayo, terus kulum sayang. Jangan hanya menangis saja bisanya! Kau tidak perlu menangis hanya karena mengulum pisang itu. Kau harus menjadi p*****r yang pandai memuaskan lelaki, kalau aku sudah bosan denganmu. Kau bisa bekerja di klub malam, mencari para lelaki yang mau memuaskan dirimu sayang, ahh, aku yakin sekali, pasti banyak lelaki yang mau untuk membeli tubuh indahmu ini. Walau kau sudah tidak perawan, tapi uang yang kau dapatkan nanti pasti banyak.”
Vanno mengusap lembut pundak Alea yang polos. Alea masih belum memakai bajunya lagi. Alea tidak bisa memakai bajunya lagi. Vanno juga membelikan baju untuknya lagi.
“Sudah…” Vanno menarik pisang dari mulut Alea, lalu membuangnya ke tong sampah.
Vanno mengusap air liur Alea yang menetes. Vanno menyuruh Alea untuk berlutut di depannya lagi. Sembari menghapus air mata wanita tersebut.
“Cepat, kau puaskan milikku dengan mulutmu itu sayang. Aku mau kau memuaskan milikku dengan mulutmu itu.” ucap Vanno.
Alea terdiam melihat kejantanan Vanno yang ada di depannya. Alea menggeleng, mencoba untuk memundurkan tubuhnya, namun dengan cepat Vanno menahan Alea.
“Kau mau kemana? Mau menolak?! Alea! Sadar dimana posisimu dirimu sekarang. Kau bukan orang kaya lagi, yang bisa untuk menghindar. Kau hanya wanita miskin Alea, yang menjual dirimu padaku. Lalu menjadi pemuas hasratku. Cepat lakukan apa yang aku mau!” perintah Vanno, memegang kejantanannya, lalu menamparkan pelan di wajah Alea beberapa kali.
Tangan Alea bergetar dengan mata tertutup. Alea memegan kejantanan Vanno, membawa ke dalam mulutnya. Ya Tuhan … apakah harus Alea melakukan itu. Alea memaju mundurkan kejantanan Vanno di dalam mulutnya.
Vanno mengeram ketika merasakan mulut Alea yang kecil, namun sedetik kemudian Vanno meringis. “Jangan menggigitnya Alea! Aku sudah mengajarkan dirimu untuk melakukannya dengan baik dan benar. Tapi kau malah menggigitnya.”
Alea mengangguk, menggerakkan kembali mulutnya, dengan pelan dirinya mengulum kejantanan Vanno. Alea masih menutup matanya, air mata juga masih membasahi pipinya. Demi uang Alea harus melakukan hal sehina ini. Dulu saat masih menikah dengan Vanno, dirinya mungkin tidak masalah untuk melakukan ini.
Hubungannya dengan Vanno masih dalam sebuah pernikahan yang mengikat mereka dalam hubungan yang sah. Tapi sekarang? Alea dan Vanno sudah berstatus mantan. Alea tersedak ketika Vanno menumpahkan seluruh cairannya ke dalam mulut Alea.
Alea membuka mata. Matanya bertemu dengan mata tajam milik Vanno.
“Kau tambah cantik dengan lelehan s****a yang mengalir di dagumu itu sayang. Kau mau melihat keadaan dirimu sekarang?” tanya Vanno pada Alea yang memalingkan wajahnya, tidak mau melihat keadaannya sendiri.
“Kenapa tidak mau melihat wajah murahanmu itu sayang? Kau sangat cantik dengan wajahmu yang penuh dengan lelehan s****a itu. Kau sangat indah dan menggoda. Bagaimana kalau kau menjadi p*****r saja. Hahahaha. Aku akan menghubungi temanku pemilik klub malam, yang sedang mencari wanita untuk menghibur para lelaki kaya di klub malamnya. Bukankah menyenangkan, kau mendapatkan uang banyak?”
Alea mengusap dagunya, menggeleng pelan dengan air mata yang terus menetes. “Kenapa kau sangat jahat sekali? Kau tidak pernah merasa kasihan padaku, yang pernah menjadi istrimu, dan menantu ibumu. Yang selalu dipuji olehnya, dan disayangi oleh orang tuamu?”
“Pertanyaan macam apa itu?! Aku tidak pernah kasihan padamu, Alea. Soal orang tuaku yang sayang padamu, lalu memuji dirimu, setiap kali mereka datang ke acara rekan bisnisnya. Itu orang tuaku, aku muak menikah denganmu! Tapi aku tidak muak menjadikanmu pelacurku!” Vanno tergelak kencang.
Menertawakan wajah penuh kesedihan dan berharap belas kasihan dari Alea padanya. Vanno mengusap air mata Alea lembut, lalu menjilat air mata Alea.
“Tidak perlu menangisi nasibmu yang sekarang Alea. Kau memang memilih jalan yang tepat datang padaku, lalu aku mau tubuhmu ini. Ternyata setelah menjadi mantan, aku lebih b*******h melihat tubuhmu ini. Bukankah dulu kau sangat ingin sekali aku sentuh? Sekarang aku sudah menyentuhmu Alea, kau seharusnya senang dan melayaniku dengan baik. Bukan malah menangis sayang,” jari Vanno kembali mengusap pipi Alea dengan lembut.
Alea mencoba untuk menepis tangan Vanno darinya. Namun dengan cepat Vanno menangkap tangan Alea. Vanno membawa tangan Alea ke bibirnya, mencium punggung tangan Alea lembut. “Kau mau menepis sayang? Tidak bisa sayang. Seharusnya kau tidak perlu menepis, lebih baik kau terima aku sentuh dan menjadi pemuas nafsuku.” Vanno tertawa kecil.
Vanno berdiri dari tempatnya, berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Alea sendirian yang menatap kepergian Vanno dengan pandangan terluka dan menahan dirinya untuk tidak menangis terus dan terlihat di depan Vanno— mantan suami yang begitu b******n dan tidak punya hati nurani sama sekali. Hati nurani lelaki itu sudah mati!