BAB 08

1036 Words
Alea menatap pada pintu apartemen yang ada di depannya sekarang. Hembusan nafas terdengar dari dirinya. Rasa ingin kabur dan menghilang dari bumi seeketika memenuhi pemikiran Alea. Ia tidak mau masuk ke dalam sana. Lalu melayani mantan suaminya, dalam hasrat iblis lelaki tersebut. Suara denyitan pintu terdengar. “Kau sudah sampai? Kenapa tidak masuk. Bukankah aku sudah memberikan password apartemen ku padamu?” tanya Vanno, menarik tangan Alea untuk masuk ke dalam. Tubuh Alea terhuyung ke depan dan matanya menatap sekeliling apartemen milik Vanno. Besar dan mewah. Selera Vanno sekali. Lelaki itu memang dari dulu, tidak pernah mau hal yang sederhana dan biasa saja. Ia selalu mencari barang-barang mewah dan mahal yang dihuni oleh dirinya. “Duduklah dulu. Kau tidak perlu tegang seperti itu Alea, lagian kau hanya perlu mengakang dan mendesah di bawahku, itu pekerjaan yang sangat mudah dan nikmat sekali sayang. Kau lihat wanita lacur di klub malam, mereka berebut untuk bisa mendapatkan pelanggan untuk bisa mendapatkan uang. Tapi kau! Hanya perlu melayaniku saja sayang, kau sudah mendapatkan rumah, uang ratusan juta, dan juga kehidupan dari lelaki tua yang tidak jadi mati itu.”’ Alea mengepalkan tangannya menatap lurus ke mata Vanno yang mengejek dirinya barusan. Lelaki iblis. Bagaimana bisa dulu Alea jatuh cinta pada pandangan pertama pada Vanno? Mungkin dulu otaknya sudah konslet dan tidak berfungsi. Makanya Alea jatuh cinta pada pandangan pertama pada lelaki kejam di depannya sekarang. “Aku datang bulan.” Ucap Alea singkat dan datar. Ia tidak bohong mengatakan kalau dirinya sedang datang bulan. Dia sungguhan datang bulan. Alea sebelum berangkat ke sini, dia mendapatkan tamunya. Ntah ini sebuah keberuntungan untuk Alea atau sebentar lagi menjadi musibah untuknya. Melihat wajah Vanno yang mengeras dan seperti tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Alea barusan. “Kau datang bulan? Jangan berbohong sayang!” ucap Vanno. Alea tertawa kecil. “Aku tidak berbohong. Apa yang aku bilang itu benar, aku memang datang bulan. Kalau kau tidak percaya, aku membukanya di sini, agar kau bisa melihatnya.” Alea berdiri, dan membuka celana dalamnya, lalu menurunkan celana dalamnya, untung saja dirinya pakai rok, sehingga Alea tidak perlu membuka celananya dan memperlihatkan miliknya pada Vanno. Mata Vanno menatap pada celana dalam yang dibalut oleh pembalut yang sudah dinodai oleh noda merah yang berbentuk gumpalan hitam sedikit. Vanno menatap ke arah lain, mengibaskan tangannya. Menyuruh Alea untuk memakai celana dalamnya kembali. Alea memakai celana dalamnya kembali. “Kau percaya bukan? Aku bukan pembohong Vanno. Tidak seperti dirimu hidupmu kebanyakan penuh kebohonganm.” Vanno tertawa sinis. Berjalan mendekati Alea, lalu membelai pipi Alea yang mulus. Vanno mengendus bau Alea yang membuat bagian bawah tubuhnya tergoda untuk menyentuh wanita itu sekarang dan menghentak masukan miliknya ke dalam lubang Alea. Sayang sekali, wanita itu harus datang bulan. “Sayang, kau tahu. Bukan hanya dengan cara memasukan p***s ke v****a saja membuat lelaki puas baby. Kau pasti tahu cara lain, bagaimana gunakan mulutmu yang tajam dan suka berbicara tidak sopan ini, memuaskan penisku saja.” Vanno mendorong tubuh Alea untuk berlutut di depannya. “Berlututlah Alea di depan Tuanmu yang sudah memberikan kau uang yang banyak sayang. Budakku dan pemuas nafsuku, kau harus menunduk dan memuaskan milikku ini sayang.” Ucap Vanno, membuka resleting celananya dan menurunkan celananya. Mengeluarkan penisnya yang begitu perkasa dan menjadi kebanggaannya darinya untuk membuat para wanita puas dengan penisnya yang besar dan panjang. “Ayo! kulum!” Plak! Vanno menamparkan penisnya ke wajah Alea. Alea menghindar, namun dengan kasar Vanno menarik rambut Alea. “Kau mau kemana sayang? Kau jangan menghindar untuk memuaskan diriku ini. Kau itu sudah aku beli Alea. Tubuhmu ini sudah menjadi milikku, jangan pernah untuk menghindar dari kenyataan.” Vanno menarik rambut Alea, lalu membuka mulut Alea, memasukkan miliknya ke dalam mulut Alea. Hanya sebentar Vanno mengeluarkan miliknya dari mulut Alea. Plak! Plak! Vanno menampar Alea kasar. “Kau memang tidak becus! Ratusan juta bahkan sudah hampir satu milyar aku mengeluarkan uang untukmu. Tapi apa?! Kau malah menggigit milikku jalang! Kau tidak bisa memuaskan lelaki hah?! Atau kau mau tubuhmu ini di gangbang oleh lelaki hidung belang di klub malam. Dua milyar! Rasanya aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu, kalau aku menjual tubuhmu di klub malam.” Vanno menyeringai melihat wajah Alea yang memucat dan menggeleng pelan. “Jangan jual…” Ucapan memohon Alea sungguh menyenangkan sekali terdengar di telinga Vanno. “Terus memohon sayang. Kau sudah membuatku kesal malam ini jalang! Kau datang bulan, lalu mulutmu yang sangat seksi dan sering berkata tajam ini. Tidak bisa memuaskanku. Bagaimana kalau payudaramu sayang,” Vanno menyobek kemeja Alea. Kini tubuh telanjang bagian atas Alea terlihat di matanya. Vanno membuka bra merah milik Alea, matanya menatap penuh binar pada p******a Alea yang lumayan di telapak tangannya. Tangan Vanno meremas p******a Alea. Alea menangis menggigit bibirnya, menahan desahan dengan apa yang dilakukan oleh Vanno padanya sekarang. Vanno meletakan kejantanannya di tengan p******a Alea. “Cepat! Puaskan milik ku dengan payudaramu sayang!” perintah Vanno. Alea mendengar itu menangis. Menjepit kejantanan Vanno dengan payudaranya. Vanno memejamkan matanya penuh nikmat, merasakan p******a Alea yang menjepit miliknya. Vanno memundurkan tubuhnya, Vanno memegang miliknya menyemburkan cairannya di depan wajah Alea. Alea tersenyum melihat wajah Alea yang penuh dengan cairannya sekarang. “Hem, wajahmu terlihat cantik sekali sayang.” Vanno memegang dagu Alea, memperhatikan wajah Alea yang bercampur s****a dan juga air mata dari wanita tersebut. “Jangan menangis Alea. Kau sudah mendapatkan uang yang banyak sayang, seharusnya kau tertawa. Bilang, kau mau apa sekarang. Rumah sudah aku belikan untukmu, lalu ayahmu dirawat di ruangan VVIP terbaik di rumah sakit. Ahh, ayahmu juga tidak perlu bekerja. Juga kau tidak perlu bekerja lagi di kafe itu, yang gajinya… cih! Tidak seberapa. Untuk membeli parfum ku saja, gajimu itu tidak cukup.” Hina Vanno. “Aku tidak meminta.” Sela Alea. “Tidak meminta apa sayang? Rumah? Ahh, bukankah aku sangat baik sekali. Sebelum kau memintanya, aku sudah membelikannya lebih dulu. Mantan suamimu ini sangat baik sekali bukan, menyuruhmu tidak bekerja juga. Lalu memberikan uang untukmu, asalkan kau bisa memuaskanku dengan baik sayang. Belajar lagi mengoral kejantanan laki-laki dengan membeli pisang lalu mencoba untuk mengulumnya dan jangan menggigit pisang tersebut.” Tutur Vanno. Alea hanya diam dan matanya menatap kosong ke depan. Tubuhnya sudah ternoda oleh lelaki di depannya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD