Kita Sekarang

1078 Words
Vina melenggang masuk ke kosannya sesekali menyapa tetangga kamar yang pintunya terbuka. Begitu memasuki kamarnya sendiri setelah ia menutup pintu tubuh Vina merosot ke lantai. Gadis itu memegang kepalanya mencoba mengumpulkan memori-memori yang terjadi sepagian ini. Refleks ia menepuk keras dua pipinya. PLAK “Awww ah kamu gak mimpi Na” monolognya sendiri begitu rasa perih menerpa pipi yang ia sakiti. Saat mengendarai motor tadi selain fokus pada jalanan yang ia lalui, Vina tidak bisa mencegah pikirannya yang melayang kemana-mana. Semuanya begitu cepat dan terasa tidak nyata. Segera dia merogoh tas miliknya untuk mencari hp kemudian membuka bagian catatan dan mengetikkan tanggal yang tertera di ponselnya Alvina bertemu dengan Alvin (lagi), Halte bus Resti, semangkuk bubur dan undangan pernikahan. …Pelukan itu. Masih dalam posisi duduk di lantai Vina tertunduk di lipatan lengannya. Kepalanya pening dan degup jantungnya terpacu lebih sering dibanding biasanya. Ada perasaan bahagia bercampur takut yang menelisik relung hati Vina. Takut ini semua hanya mimpi atau mungkin ini hanya akan terjadi hari ini kemudian pergi lagi berhari-hari hingga tak pernah kembali lagi. Prasangka-prasangka itu memuat Vina harus menulis detail kejadian itu karena dia takut dia lupa karena bagaimanapun juga hari ini adalah salah satu hari yang dia tunggu selama ini. Satu hal manis yang patut dikenang. Semua masih terasa abu-abu tapi Vina tahu bahwa semua terasa lebih baik dibandingkan ketiadaan yang tak berwarna seperti sebelumnya. Kini kepalanya sudah memandang layar dari benda pipih digenggamannya. Deretan pesan dari Resti yang menanyakan keadaannya juga beberapa panggilan yang Vina tahu sahabatnya itu ingin memastikan dirinya baik-baik saja, selain itu juga kalimat-kalimat permintaan maaf karena sudah terlibat dengan rencana Alvin. PENGHIANAT Setelah mengirimkan satu kata u*****n itu kemudian Vina memblokir kontak sahabatnya. Dia tidak benar-benar marah dengannya tetapi, mungkin sedikit memberi pelajaran juga tidak masalah. Ada beberapa pesan singkat lagi selain dari Resti mulai dari teman-temannya di kampus juga grup klub kesehatan namun ada satu kontak tanpa nama terselip di antara notifikasi-notifikasi lainnya. Hello It’s me Aku sudah sampai rumah Mungkin kamu juga ga nanya sih tapi aku ingat setiap aku nganterin kamu dulu kamu selalu kasih pesan hati-hati di jalan jangan lupa ngabarin hehe Yaa aku emang ga nganterin sih tapi intinya kabari aku kalau sudah sampai kosan ya Lima bubble chat yang ampuh membuat senyuman terbit di wajah Vina. Lima bubble chat yang meyakinkan Vina bahwa dia tidak sedang bermimpi. Jari Vina refleks menekan tanda panggil pada kontak tanpa nama itu. Sesuatu yang belum pernah gadis itu lakukan sebelumnya, lebih dulu menelepon laki-laki yang bernama Alvin itu. Tak menunggu lama setelah nada sambung teleponnya langsung terhubung. “……Na” “Al” “Ini beneran Vina kan?” “Iya ini aku” Tak ada balasan lagi hanya suara rusuh di seberang sambungan. Vina menjauhkan telepon dari telinganya mencoba memastikan apa sinyalnya tidak stabil karena suara grusak grusuk yang dia dengar. “Al, are you okay?” “NO, I’M NOT OKAY!!” suara nyaring Alvin membuat Vina terkejut. “Hah?? Why?? kamu kenapa” “Eh sorry hahaha engga kok aku ga papa seriusan, ada apa Na?” “Umm aku udah sampai kosan” Lagi-lagi tidak ada balasan membuat Vina mengernyit bingung. “Aku ganggu kamu ya Al?” “NO!” lagi-lagi Alvin menjawab dengan nyaring “Makasih ya Na udah ngabarin aku hehe” “Okay, makasih juga udah kontak aku duluan” Vina mengatakannya sembari memainkan ujung bajunya gusar masih di lesehan di lantai. Sesekali gadis itu menggigit bibirnya menahan senyum yang entah mengapa menjadi tidak terkendali selalu ingin muncul. “Yaudah ya Al” Vina berniat memutus sambungan karena dia pun gugup sendiri tak ada topik lain yang bisa membuatnya lebih lama mendengar suara laki-laki itu. Dia ingin tetapi bingung juga. “Eh Wait” cegah Alvin “Kamu mau beres-beres?” “Iya” “Umm anu bisa sambil telfonan aja ga?” suara Alvin begitu kecil namun masih bisa Vina dengar dengan jelas “Aku bakalan tidur kalau ga ada kegiatan padahal beberapa jam lagi ada acara yang aku harus dateng. Biarin aku denger suara kamu ya Na” lanjut Alvin terdengar lebih jelas. “Sure, hahahaaha kamu masih suka lupa bangun ya Al?” kalimat Vina terdengar stabil meskipun dia tengah berguling di lantai kamarnya. Perasaan bahagia yang membuncah membuat gadis itu menjadi salah tingkah. “Hehehe iya, masih ingat aja” “Kamu juga masih ingat banyak hal tadi” Setelah mengatur tingkahnya menjadi biasa saja Vina pun bangkit dan berjalan ke meja belajar, memasang earphone di kedua telinga. Vina bersiap membereskan kamar kosan sambil mengobrol dengan Alvin. “Aku selalu ingat hal-hal penting Na” Gerakan tangan Vina terhenti ketika membersihkan kotak sampah di kosannya “Kamu salah satunya” Vina sudah meremas plastik sampah yang baru saja dia ikat. Alvin sukses membuat Vina menahan jeritan dan merasakan ada kupu-kupu dalam perutnya yang beterbangan. “Kamu agak berubah ya Al” Respon Vina begitu berhasil menetralkan ekspresi wajahnya “Jadi banyak omong hehe” “Kamu ga suka?’ tanya Alvin. “Gak gitu. Menurutku itu bagus kenapa aku harus ga suka?” “Syukurlah, lagi pula aku takut ga punya waktu atau kehilangan kesempatan buat ungkapin apa yang aku mau. Kayak yang udah-udah dan aku cuma bisa nyesel” Mendengar penuturan Alvin membuat Vina memegang erat spons yang tengah ia gunakan mencuci piring. “Na kamu juga berubah” sambung Alvin. “Hah?? Apa yang berubah” “Tambah cantik” “AL!!! IHHHHH kok jadi cheesy gini sih” “Hahahahaha aku kangen kamu omelin deh Na” Semua perkataan Alvin sukses membuat muka Vina merah padam dan meskipun sedang di dalam kosannya sendiri rasanya Vina ingin menutupi mukanya karena terlampau malu. Vina dan Alvin menjadi lebih sering bertukar kabar. Mereka kembali dekat secara natural, menghabiskan banyak waktu berdua meski hanya via suara. Tentu saja jam-jam malam Vina akan diisi obrolan mereka berdua entah itu Alvin yang menceritakan harinya atau Vina sebaliknya, juga kembali membicarakan kenangan sewaktu di putih abu-abu, membicarakan kabar teman-teman mereka, juga topik ciri khas mereka berdua yaitu alam semesta dan seisinya, berita terbaru dunia hingga candaan tentang makhluk luar angkasa. Waktu mengubah banyak hal dan satu hal yang Vina sadari bahwa kini dia dan Alvin memiliki jam-jam kosong yang sama hingga bisa saling mengisi satu sama lain untuk berkomunikasi. Jika dulu Vina selalu menantikan hari berganti pagi agar segera bertemu Alvin di rutinitas sekolahnya maka kini Vina menumpuk cerita untuk dijadikan bahan obrolan dengan Alvin saat malam mulai tiba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD