Dosen laki-laki dengan rambut yang sudah mulai memutih itu menjelaskan sebuah materi di hadapan mahasiswanya. Kelas astronomi adalah salah satu mata kuliah geografi yang diikuti oleh Vina, mata kuliah favoritnya. Tak jarang sepanjang pemaparan materi Vina akan menyunggingkan senyum selain takjub dengan penjelasan dosen itu tapi juga karena ia menjadi teringat sesuatu.
Geografi adalah mata pelajaran yang dia sukai saat kelas satu SMA bahkan dia mengikuti olimpiade di bidang itu. Ketertarikannya pada hal-hal yang bersifat kebumian membuatnya merasa tertarik mempelajari materi-materi tersebut. Bahkan meski akhirnya saat kelas sebelas memilih peminatan di bidang MIPA, Vina tetap menjadi incaran guru geografi untuk mengikuti event-event meskipun pada mata pelajaran di peminatan MIPA Vina tak lagi mendapatkannya.
Selain kegemarannya itu tetapi ada cerita lain di balik pelajaran geografi. Sebut saja memang Vina si b***k cinta hingga saat berlangsungnya mata kuliah geografi itu dia teringat Alvin. Betapa laki-laki itu masih berpengaruh di hidup Vina. Mood gadis itu sedang dalam kondisi baik walaupun dia sendiri tahu bisa saja sekejap lagi berubah menjadi buruk karena ini masih hari kesekian dalam siklus mensnya. Vina tersenyum lebih sering saat pembahasan tata surya di planet mars, planet favorit Alvin.
Teringat bahwa Alvin lah yang selalu membantunya mempelajari materi geografi, dia juga yang akan memberi penjelasan panjang lebar dengan antusias jika sudah membahas tata surya. Saat itu terjadi Vina akan menatap kagum ke arah laki-laki itu. Rasanya pilihan Vina mengambil geografi karena mersa nyaman dengan materinya juga kenangan bahagianya bersama orang yang istimewa di hatinya juga.
Selepas tangisnya di hari saat Hanan menolongnya membuat Vina banyak berpikir. Dia bertekad ntuk berhenti sakit karena mengingat Alvin. Bukankah lebih baik tersenyum lega saat kenangan itu lewat menyapa? Vina sedang berusaha dan sepertinya hari itu sudah jauh lebih baik.
Bagaimanapun juga kenangannnya dengan Alvin hampir semuanya indah kecuali untuk akhir yang mana Vina pikir hanya dirinya saja yang butuh validasi untuk perasaannya. Semua perhatian yang diberikan Alvin, respon spontan Alvin yang kadang kala larangan terhadap sesuatu untuknya, atau memasang muka sebal jika Vina menceritakan laki-laki lain meskipun itu oppa korea idolanya. Semuanya indah dan Vina pernah merasa sebahagia itu jadi untuk apa sekarang bersedih?
Keluar dari kelas astronomi itu Vina merasa lega. Ternyata mengikuti satu mata kuliah bisa memberi pemahaman baru untuk Vina. Kakinya melangkah ringan dengan senandung yang ia lantunkan dalam hati. Semuanya masih terasa istimewa dan Vina akan berhenti sakit karenanya.
Toilet di samping gedung klubnya itu sedang ramai mahasiswi karena merupakan jam istirahat. Vina baru saja selesai dengan urusannya dan mencuci tangan di wastafel. Beberapa mahasiswi juga tampak sedang merapikan penampilan di kaca wastael itu. Gerakan tangan Vina terhenti karena disapa salah satunya.
“Kamu yang namanya Alvina?”
Sedikit kaget karena ada yang memanggil namanya Vina mendongak dan matanya bertemu dengan gadis yang baru saja bertanya itu lewat cermin. Memastikan memang benar dirinya lah yang dimaksud.
“Oh iya aku Alvina” jawab Vina kemudian membalikkan badan menghadap lebih baik ke si penanya.
“Kamu deket sama Hanan ya” tanya gadis yang lain.
Menghitung orang-orang yang mengarah padanya ada empat gadis yang mengajaknya berbicara.
“Hanan anggota klub kesehatan kan ya? kalau itu iya kita satu klub”
“Kenalin aku Renata, bisa bantuin aku buat deket sama Hanan ga?” ucap satu orang yang berdiri di hadapan Vina.
Memahami maksud pembicaraan itu hingga akhirnya Vina menjawab “Aduh kayaknya kalian salah orang deh, aku ga sedeket itu cuma sebatas satu klub aja” tatapan keempat gadis itu terasa tidak bersahabat begitu Vina selesai berbicara.
Aura toilet yang mereka tempati pun rasanya sudah tidak nyaman, lagi pula bahasan tentang Hanan rasanya juga mulai mengacaukan mood Vina yang sedang baik. Vina pun berniat meninggalkan gerombolan itu. “Kalau ga ada yang penting, aku permisi ya”
“Gausah kepedean Hanan itu emang easy going orangnya, jadi ga perlu ngrasa spescial sama perhatian dia” ucapan salah seorang dari gerombolan tadi cukup menyentil emosi Vina apalagi hormon mensnya yang masih meledak-ledak, dengan muka penuh ejekan Vina membalas perkataan mereka.
“Nah itu kalian juga tahu Hanan orangnya easy going, semoga kalian juga gausah ngrasa spesial”
“Genit banget jadi cewek semua cowok populer di kampus di tempel sana sini”
“WHAT?? HAhaha ga guna banget tahu ga ngomong sama kalian” rasanya Vina sudah tidak betah di sana lebih lama dia pun segera melangkah keluar meninggalkan mereka.
“Dasar sok kecantikan” BYUUUR guyuran air mengenai rambut juga baju Vina. Berbalik menatap orang yang mengguyurnya Vina tidak terima dan balik mengambil botol minumnya kemudian mengguyur balik pelaku yang mengguyurnya tadi. Keduanya tampak saling adu pandang dnegan nyalang.
“GILA YA!!!” umpat gadis itu tak terima.
“Kamu yang gila” balas Vina tak takut meskipun dia berhdapan dengan empat lawan “Kalau suka sama cowok tu ga gini caranya. Norak!!!” tambah vina lalu segera meniggalkan mereka yang masih tidak terima.
Vina menggerutu sebal rasa kesalnya begitu bertumpuk selain tindakan absurd mereka yang mengguyurnya juga perkataan mereka yang tidak mengenakkan hati. Di depan ruang klub kesehatan itu Vina duduk menepuk-nepuk baju juga rambutnya yang basah berantakan. Satu uluran sapu tangan membuat Vina mendongak memastikan. Ternyata dia Hanan dan karena Vina membutuhkan benda yang laki-laki itu sodorkan untuk mengelap air di tubuhnya maka Vina dengan senang hati menerima sapu tangan itu.
“Makasih kak, aku pinjem dulu ya”
“Berantem kenapa sih?”
“Kakak lihat tadi?” Vina balik bertanya juga masih sibuk mengeringkan dirinya.
“Lihat sih dari mereka bilang kamu cantik” ada sunggingan senyum geli pada Hanan.
“Cih apaan”
“Jadi karena apa berantemnya?”
“Tahu tu mereka salah orang” jawab Vina yang menutupi alasan sebenarnya, enak saja memberi tahu Hanan bahwa dialah penyebab pertengkarannya dengan cewek-cewek tidak jelas tadi bisa-bisa makin kepedean sekali laki-laki di sampingnya ini.
“Kamu udah baca chatku semalem Na?” gerakan tangan Vina yang masih mengeringkan rambutnya terhenti kemudian menoleh ke arah Hanan yang saat ini tengah menatapnya juga.
Hanan tampak serius membuat Vina jadi gugup dibuatnya “Chat apa ya kak? sorry ya kak abis ngabarin kakak kalau aku udah sampai kosan aku langsung mandi terus nyuci abis itu tepar soalnya perutku nyeri lagi. Maaf banget ya kak kalau gak fast respon”
Menduga bahwa chat yang dimaksud Hanan itu sangat penting Vina pun meminta maaf bila tak membalas pesan dari angkatan atas di klubnya ini. Vina memberikan senyuman dengan rasa bersalah karena Hanan tak kunjung melepaskan pandangan darinya begitu mendengar ucapan permintaan Vina.
“Kakak chat tentang apa emang? kalau bisa aku kerjain sekarang aku bisa kok kak”
Dering ponsel di tas Vina membuat Hanan kembali mengatupkan mulutnya yang baru memberikan penjelasan. “Bentar ya kak ada telepon” kata Vina sembari beranjak menjauh untuk mengangkat panggilan itu.
“Halo kak Dean”
…….
Mendegar nama Dean juga nada bahagia dari Vina saat berbincang dengan orang itu di seberang sambungan membuat Hanan segera mengambil ponselnya kemudian segera membuka aplikasi pesan singkat mengarah pada roomchat miliknya dengan Vina. Tidak pernah akan ada tanda terbaca untuk pesan yang Hanan kirim kemarin malam itu.
Vina sudah kembali dari aktivitas meneleponnya masih dengan senyum cerah yang kali ini menghias wajah penuh u*****n beberapa menit yang lalu. Dia baru saja mendapat kabar gembira bahwa Dean sudah mendapatkan jadwal sidang skripsinya.
Di lain sisi sudah tidak Vina temukan lagi keberadaan Hanan di depan ruang klub kesehatan itu. Sedikit menerka mungkin orang itu berada di dalam ruang itu atau justru sedang pergi entah kemana. Hal itu membuat Vina mengingat perkataan Hanan tadi sehingga ia segera mengecek hpnya hendak memastikan yang dimaksud laki-laki itu.
Begitu melihat ruang perpesanannya dengan laki-laki itu hanya dapat Vina dapati lima bubble chat yang dikirimkan Hanan setelah Vina mengabarkan keadaannya yang telah sampai di kosan. Namun kalimat yang mungkin dikirimkan itu tidak ada semua melainkan diganti dengan This message was deleted. Vina pun tidak memikirkan lebih lanjut toh jika penting tentu Hanan akan memberitahunya sendiri.