Bab 21 : Tiga Perjanjian

1215 Words
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (Q.S. An-Nisa: 21) *** Hari ini di hadapan seluruh saksi nikah juga anggota keluarga, Danial Akram—pria berusia sembilan belas tahun melafaldzan kalimat itu. Ia yang sudah kalah telak tak bisa mengelak. Miana Agya gadis berusia sama dengannya menjadi pilihannya. Akram berusaha menerima takdir ini. Karena mulai detik itu, setiap kedekatannya dengan Mia bernilai pahala. Semua hal yang ada pada gadis itu menjadi tanggungjawabnya. Ia juga berkewajiban memberikan nafkah lahir batin.  Akram setelah melepaskan pekerjaannya di Betamart, tak memikirkan banyak hal selain mengikuti arus kehidupan yang berjalan di sekitarnya. Maka ia putuskan untuk menjalani dengan sebaik-baiknya. Bibir Akram bergetar begitu para saksi mengucap kata “sah” disusul doa terbaik yang dipanjatkan penghulu sebagai petugas pencatat pernikahannya dengan Mia. Tak ketinggalan  tausiyah yang diselipkan. Akram tak pernah mengira bahwa tanpa didasari rasa cinta pun getaran itu ternyata tetap ada saat seorang pria berani mengambil perjanjian setia, mengikat dan utuh. “Ada tiga perjanjian yang amat kukuh dalam sejarah kehidupan manusia. Perjanjian yang ditemui dalam Al-Qur’an dan dinamai oleh Allah  sebagai “mitsaqan ghaliza”.  Salah satu dari tiga perjanjian itu adalah janji suci yang diikrarkan antara suami dan istri. Perjanjian ini setara dengan perjanjian Allah dengan Nabi serta perjanjian Allah dengan ummatNya. Janji suci yang terlisankan dalam sebuah kalimat ijab qobul.” Akram yang berada lebih dekat dengan penghulu serta mertuanya meremang bulu romanya. Betapa apa yang baru ia ikrarkan benar-benar tidak sembarangan. Perjanjian ini memiliki sebuah konsekuensi yang sangat tegas dengan setiap keterikatan juga hak dan kewajiban sebagai pasangan halal. “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. Q.S. An-Nisa ayat 21. Perjanjian tentang pernikahan.” “Yang kedua dalam Surah Al-Ahzab ayat 7 yang merupakan perjanjian Allah dengan para Nabi : Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri)  dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh. QS Al-Ahzab ayat 7.” “Yang ketiga tentang perjanjian Allah dengan UmmatNya : Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka : “Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud,” dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka : “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari sabtu,” dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang koko. (QS An-Nisa : 154).” “Sangat suci dan agung Mas Akram, Mbak Mia. Jangan sembarangan dalam menjalaninya. Tetap ikuti perintah Allah sebagaimana yang sudah disebutkan dalam ayatnya tadi. Besar harapan saya juga saya yakin semua bapak ibu sekalian yang ada di sini bahwa baik Mas Akram maupun Mbak Mia bisa menjaganya sampai akhir hayat, membentuk sebuah keluarga yang islami serta berorentasi pada akhirat. Amiin.” Akram meraup wajahnya kasar. Selain ia sendiri masih belum yakin dengan apa yang akan ia jalani nanti, pesan tersirat yang disampaikan oleh penghulu menyentaknya. Akram menoleh ke kebelakang di mana gadis bernama Miana Agya tengah menunduk sambil menggenggam tisyu. Ya, jelas saja momen sakral ini menggetarkan hati gadis itu juga. Akram pun beralih mencari sosok lain. Di sana tampak pasti ibunya menitikkan air mata. Make-up yang dikenakan tampak sedikit berantakan. Akram menyapukan pandangan. Apakah ini yang dinamakan pernikahan? Teramat mengharukan dan mengangungkan?                                 Akram kembali menatap meja di depannya. Tiba waktunya ia dan Mia harus menandatangi berkas yang disiapkan. Gadis itu pun beranjak dari posisinya dibantu oleh kakaknya, Delia. Sungguh ada yang aneh saat Mia berhasil duduk tepat di sebelahnya.                                 “Silakan ditandatangani, Mas Akram, Mbak Mia,” ujar penghulu. Akram dan Mia tanpa dipandu kompak mengangguk.                                 “Boleh salim nggak ini, Pak?” seloroh Delia. Ia paling bisa mencairkan suasana. Terlebih saat sejak tadi melihat ayahnya juga menyeka wajahya.                                 “Oh, iya sampai lupa saya. Monggo, Mas Akram.”                                 Akram yang baru meletakkan pena itu pun merasa kaku. Bagaiman caranya? Cukup menyodorkan punggung tangan? Ah, andai bukan Mia yang di sampingnya. Sudah pasti tidak akan seperti ini.                                 Mia menerima punggung tangan itu. Partama kalinya ia bersentuhan dengan yang non mahram. Jelas ada getaran yang sulit untuk ditenangkan. Ada yang bertalu di dalam sana sampai perasaan gugup itu menjalar pada tangannya yang bergetar. Harapannya, Akram—suaminya tak menyadarinya.                                 “Sekarang waktunya foto, ya.”  Lagi Delia menjadi pemandu untuk adiknya. Ia paham bahwa baik Akram maupun Mia sama-sama pendiam karena belum saling mengenal. Sebelum tahu siapa Mia, Delia memang merasa kurang nyaman. Terlebih saat ibunya juga mengatur jodoh untuk adiknya. Namun, begitu mengerti tentang hubungan sebenarnya yang terjalin antara Akram dan gadis bernama Nasha putus di tengah jalan karena suatu alasan, Delia beralih mendukung penuh Mia menjadi adik iparnya. “Bukunya dibawa, Kram, sama senyum dong. Pelit amat,” ujar Delia. Sontak mengundang gelak orang-orang. “Sabar Mbak Delia, belum waktunya,” timpal Pak Penghulu. “Iya, nanti kalau sudah berdua saja beda cerita ya, Pak.” Delia terkekeh. Akram melotot tajam. Ia tak senang acaranya dijadikan candaan. Sementara Mia hanya tersenyum dan cenderung tersipu. Akram melirik sekilas gadis di sampingnya itu. masih dengan balutan gaun serta jilbab syar’i hanya saja ada riasan yang berbeda di wajahnya. Segera Akram mengalihkan pandang. Tak mau ia terjebak dalam paras manis itu. Rangkaian prosesi akad nikah berakhir setelah sesi foto keluarga dilangsungkan. Di sini tidak ada semacam rangkaian adat karena Mia sendiri tidak menginginkannya. Sejatinya, Mia malah berharap pernikahannya berlangsung sederhana saja, di sebuah masjid dengan nuansa sepi. Namun, sang ayah berkata bahwa tetap akan diadakan walimah dan rangkaian acara standar pada umumnya. Tidak mewah meski mereka jelas mampu menggelarnya. “Selamat, Nak. Selamat,” ucap Yurika begitu kedua anaknya sampai di depannya. Akram yang pertama dipeluknya. “Terima kasih, Bu. Mohon doanya,” ujar Akram. Ia tak pandai berkata-kata. Hatinya tak terbaca seperti apa warnanya. “Pasti, Kram. Pasti. Semoga langgeng sampai akhir hayat. Semoga sakinah mawadah waraohmah. Dapat keturunan yang solih solihah. Ibu bangga sama kamu, Kram.” Yurika yang masih mengharu biru dengan suasana akad putranya hanya bisa mengucap doa umum itu seperti biasanya. Akram mengangguk. ia mengaminkan doa yang dipanjatkan sang ibu lalu beralih ke ayahnya dan juga mertuanya. Satu hal yang menurutnya aneh karena sekarang memiliki dua orang tua. “Terima kasih atas restunya, Pak. Mohon doanya buat kami,” ucap Akram seraya mencium punggung tangan Agit. Agit mengangguk. Ia menepuk lengan pria yang sudah mengambil alih putrinya. Ia paham bahwa mereka belum lama mengenal, tapi ia yakin Akram dan Mia bisa saling melengkapi satu sama lain. “Tolong jaga, Mia. Dia putri satu-satunya kami yang sangat kami sayangi. Dia yang paling berharga buat kami. Segalanya dan hidup kami ibaratnya. Tolong jangan sakiti dia, kalau misal dia melanggar kewajibannya, bilang baik-baik sama Bapak, jangan sampai buat dia menangis.” Akram mengangguk. Cukup berat permintaan itu. Namun, konsekuensi dari pernikahannya memang seperti ini. “Baik, Pak.” Mia yang mendengar dua lelaki hebat dalam hidupnya saling bertutur dan merangkul tak bisa berkata-kata. Air mata lebih dulu mewakili setiap aliran perasaan yang ia miliki saat ini. Di depannya sudah ada pria berusia sama dengannya yang harus ia hormati bahkan melebihi orangtuanya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD