33. SAMA-SAMA MENCARI

2416 Words
Mobil bus sekolah yang ditumpangi oleh Rakha, Ega, Qyan, Karin dan Zain terus melaju menelusuri beberapa sudut wilayah Tangerang Selatan. Dengan Qyan yang mengemudi, mereka melaju dengan kecepatan lambat sembari terus memperhatikan samping kanan dan kiri mereka, berusaha menemukan tanda-tanda manusia yang selamat yang mungkin saja ada di tempat yang mereka lewati. Setiap kali bus menghadapi hambatan seperti mobil-mobil yang menutupi jalan atau reruntuhan yang jatuh tepat di jalan yang akan mereka lewati, Ega langsung menggunakan kekuatan supernya untuk membuat bus dapat menembus objek-objek tersebut. Ia sudah beberapa kali menggunakan kekuatannya dan itu benar-benar mempermudah pergerakan mereka. Tidak hanya hambatan itu saja yang mereka hadapi, mereka juga beberapa kali bertemu dengan Zyn yang tengah berkeliling di beberapa tempat untuk mencari mangsa. Tapi dengan kekuatan super yang Karin miliki, bus yang mereka tumpangi dapat menjadi tidak terlihat oleh para Zyn, yang mana sudah beberapa kali berjarak dekat dengan mereka. Semuanya benar-benar berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah Rakha buat. Sementara itu, Rakha yang berfokus pada alat komunikasi dan pemancar sinyal radio di depannya sedari tadi terus mengirimkan banyak pesan keluar, berharap ada orang di luar sana yang menanggapi pesannya. Tapi sudah berjam-jam ia melakukan hal tersebut dan tidak ada satu pun yang merespons pesannya. "Bagaimana, apakah ada perkembangan?" tanya Ega. Rakha menggeleng dengan wajah yang terlihat kecewa. Pemuda itu mengira apa yang ia dan teman-temannya lakukan akan semudah apa yang ia pikirkan sebelumnya. Tapi nyatanya tidak. Semuanya terasa sulit, walau segala hambatan dapat mereka atasi. "Mereka pasti tidak memiliki alat komunikasi apalagi pemancar radio seperti kita, makanya mereka tidak dapat menerima pesanmu," kata Ega. "Dan mereka pasti tidak berani untuk keluar dari tempat persembunyian mereka dan itulah yang menyebabkan kita tidak menemukan siapa pun sepanjang rute yang kita lewati ini," tambahnya. "Kamu ada benarnya juga, Ga," kata Rakha. Mendengar perkataan Ega, Rakha tiba-tiba saja kepikiran sebuah ide baru untuk misi penyelamatannya ini. Karena mereka hanya berkeliling dengan rute jalan raya saja, maka ia berniat untuk turun dari bus dan lalu mencari ke tempat-tempat terpencil yang sangat sulit untuk dimasuki oleh kendaraan. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kita parkirkan bus ini dan lalu turun untuk berkeliling. Kita akan mencari ke tempat-tempat terpencil yang sekiranya adalah tempat yang aman untuk bersembunyi," ujar Rakha. Rakha kini menatap satu per satu temannya. Ia merasa sangat yakin dengan idenya ini. Namun, respons yang sedikit berbeda terlihat di wajah teman-temannya. "Kalau kita turun dan berkeliling, apakah akan aman?" tanya Qyan. "Benar. Bagaimana kalau tempat terpencil yang akan kita datangi malah sarang dari para monster pemakan daging, bukannya tempat sembunyi orang-orang yang selamat?" timpal Karin. Keduanya memikirkan skenario terburuk dari ide yang Rakha buat. Tapi untungnya Ega sedikit sependapat dengan Rakha, walau ia juga sepemikiran dengan Qyan dan juga Karin. "Aku setuju dengan ide Rakha. Pasti orang-orang yang selamat itu berada di tempat yang sangat sulit untuk dijangkau. Dan kita tidak akan tahu, apakah tempat-tempat terpencil dan sulit dijangkau itu adalah tempat persembunyian mereka atau sarang dari para monster kalau kita tidak memeriksanya sendiri," kata Ega. Semua mata kini memandangnya, kecuali Qyan yang mencuri-curi pandang melihat Ega karena saat ini ia sedang mengemudi. "Kita harus turun dari bus. Jika kita terus berkeliling seperti ini, maka ada kemungkinan kita tidak akan pernah bertemu dengan orang-orang yang selamat," ucap Ega dengan sorot matanya yang sangat meyakinkan. Berkat ucapan Ega, Qyan dan Karin pun jadi setuju dengan ide yang Rakha ucapkan sebelumnya. Rakha pun terlihat senang dan sangat berterima kasih pada Ega, karena berkat ucapannya, Qyan dan Karin jadi ikut yakin dengan idenya. "Terima kasih," kata Rakha pada Ega. "Sudah seharusnya aku membantumu," balas Ega. Kini, mereka mencari lokasi yang diindikasi sebagai tempat yang tepat untuk bersembunyi. Dan setelah Ega melihat peta yang sedari tadi ia pegang, ia akhirnya menunjuk ke satu tempat dan bus pun langsung melaju ke lokasi tersebut. *** Gelora Bung Karno... Lima mobil baja Barakuda sudah siap untuk melakukan perjalanan. Persenjataan yang lengkap pun tak lupa mereka bawa untuk melawan para Zyn yang bertebaran di luar sana. Tidak hanya itu, perlengkapan medis seperti obat-obatan dan alat bantu penutup luka juga sudah mereka bawa karena Zyn yang Adipati lihat berkemungkinan besar akan melukai orang-orang yang akan mereka selamatkan. "Semuanya sudah siap, Pak," ucap seorang perwira anggota kepolisian pada Jenderal Dipa. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang," balas Jenderal Dipa. Kemudian perwira anggota polisi itu kembali ke tempat di mana rekan-rekan sesama polisi, anggota TNI dan relawan lainnya berada. Ia memberitahukan apa yang Jenderal Dipa katakan pada mereka semua. Sementara itu, Adipati, Nando, Kartini dan bahkan Dokter Nick, kini tengah berjalan menghampiri Jenderal Dipa. Mereka akan ikut dalam misi pencarian yang penting ini. Jenderal Dipa yang melihat Dokter Nick akan ikut ke dalam timnya, sejak tadi memasang ekspresi wajah yang terlihat khawatir. Dia, Dokter Nick, sangat memaksa ingin ikut karena ingin melihat sendiri perkembangan para Zyn yang ada di luar sana. Ia tidak ingin mendengar perkembangan para monster itu hanya dari apa yang Jenderal Dipa dan rekan-rekannya katakan. Ia ingin melihatnya sendiri. "Percayalah, tidak akan terjadi apa-apa padaku," kata Dokter Nick. "Tapi aku takut kalau aku tidak bisa menolongmu jika seandainya terjadi apa-apa pada misi pencarian ini," balas Jenderal Dipa. "Ayolah Dipa, kamu tahu kan kalau aku juga pandai menggunakan senjata api? Jadi berhentilah merasa khawatir seperti itu." Dokter Nick mencoba menenangkan Jenderal Dipa. "Aku tahu, tapi tetap saja aku merasa khawatir." Namun Jenderal Dipa tetap pada perasaan khawatirnya. Dokter Nick pun mengembuskan napasnya berat. Ia lalu memegangi pundak sebelah kiri Jenderal Dipa menggunakan tangan kanannya sembari menatap lekat manik-manik matanya. "Percayalah, aku akan baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir," ucap Dokter Nick dengan nada bicara yang terdengar sangat meyakinkan. Dengan berat hati, Jenderal Dipa akhirnya mengizinkan sahabatnya itu untuk ikut. Bagaimanapun juga, Dokter Nick harus melihat dan mengamati sendiri perkembangan para Zyn yang kini sudah bermutasi jauh lebih kuat daripada sebelumnya. "Baiklah, kamu boleh ikut," kata Jenderal Dipa. Dengan senyum yang merekah, Dokter Nick pun berkata, "Terima kasih. Aku janji, aku tidak akan menyusahkanmu apalagi membuatmu khawatir." Jenderal Dipa mengangguk dan lalu mengusap pelan punggung tangan Dokter Nick yang kini masih menempel di pundaknya. Adipati yang melihat persahabatan antara Jenderal Dipa dan Dokter Nick yang begitu dekat, seketika teringat pada sosok Rakha. Ia sungguh sangat merindukan sahabat terbaiknya itu. "Tunggu aku ya, Kha, aku akan segera menjemputmu," batin Adipati. Begitu juga dengan Nando. Wajah sedihnya menggambarkan betapa rindunya ia pada sosok Ega, Alan, Sena dan juga Qyan, yang mana, sosok-sosok itu telah banyak meluangkan waktu bersamanya. "Semoga kalian baik-baik saja," batin Nando dengan penuh harap. Setelah obrolan antara Jenderal Dipa dan Dokter Nick berakhir, tim pencari pun berangkat. Jenderal Dipa, Dokter Nick, Kartini, Adipati dan Nando berada di satu mobil baja Barakuda yang sama. Mereka berada di barisan paling depan untuk memimpin jalan. "Aku akan menggunakan pemancar gelombang radio untuk mengirimkan pesan keluar. Kali saja ada yang merespons pesanku," kata Jenderal Dipa. "Aku juga akan menggunakan kemampuan telepatiku untuk mendeteksi setiap area yang kita lewati," timpal Adipati. "Semoga saja aku tidak cepat merasa lelah karena penggunaan kekuatan superku ini," tambahnya. Dengan kecepatan sedang, rombongan mobil baja Barakuda mulai menuju ke lokasi pertama, yaitu Adriana International School. Salah satu sekolah kalangan atas dengan bangunan megah dan fasilitas yang sangat lengkap tersedia di sana. Sekolah bertaraf internasional itu dapat menampung siswa dari tingkat TK sampai SMA. Karena apa yang Adipati lihat adalah sebuah bangunan sekolah taman kanak-kanak yang megah dan mewah, maka mereka menandai sekolah itu sebagai lokasi pertama mereka. Begitu juga dengan sekolah-sekolah lainnya yang memiliki ciri-ciri yang sama seperti Adriana International School. Mereka menandainya dan akan mereka datangi satu per satu. Selama perjalanan, Kartini yang duduk di sebelah Adipati, terus memandangi Adipati dan juga Nando secara bergantian. Ekspresi wajah penuh kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya saat ini. Adipati yang sedari tadi fokus melebarkan sinyal telepatinya yang mencakupi area yang cukup luas, kini menghentikan kegiatannya sejenak dan lalu menatap ke arah Kartini. Ia bisa dengan jelas menangkap apa yang sedang kakaknya itu pikirkan. "Kakak akan jadi seperti Jenderal Dipa yang mengkhawatirkan Dokter Nick, jika Kakak terus mengkhawatirkanku dan Nando seperti ini," ucap Adipati dan lalu melebarkan senyum tipisnya. Nando yang mendengar namanya disebut, kini menatap ke arah Adipati dan juga Kartini. Ia pun mulai menguping pembicaraan keduanya. "Maaf, tapi Kakak benar-benar takut terjadi sesuatu pada kalian berdua, apalagi kalau kalian sampai maju ke medan pertempuran melawan para Zyn," kata Kartini dengan ekspresi wajah yang masih sama. Gadis cantik itu benar-benar mengkhawatirkan keduanya, walau keduanya kini telah menjadi seorang Genesis dan memiliki kekuatan super yang terbilang hebat. Karena ucapan kakaknya itu, Adipati dengan lembut menggenggam tangan Kartini yang terasa sedikit dingin. Kedua manik-manik matanya tidak sedikit pun lepas dari memandangi manik-manik mata Kartini yang terlihat sangat indah. "Tenang saja, Kak. Aku dan Nando bisa menjaga diri kok. Kami tidak akan kenapa-napa. Lagi pula, kami kan punya kekuatan super, jadi pasti kami akan baik-baik saja jika harus bertarung melawan Zyn," ucap Adipati. "Tolong kalian jangan sampai terluka, karena Kakak tidak akan bisa melihat kalian menderita." Kartini memegang pipi Adipati dan Adipati pun mengangguk sebagai respons atas permintaan Kartini padanya. "Aku dan Nando akan berusaha untuk tidak terluka demi Kakak. Aku janji," ucap Adipati. Nando yang menguping percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja merasakan sesuatu di hatinya. Ia merasa hatinya menghangat dan sedikit senang. "Kak Kartini mengkhawatirkanku?" ucap Nando dalam hati. Tanpa sadar, pemuda berwajah tampan dan dingin itu tersenyum. Setelah kehilangan kedua orang tuanya, kini ia kembali mendapatkan sebuah perhatian dan cinta dari orang lain yang begitu mengkhawatirkannya. "Karena Kakak sudah peduli dan mengkhawatirkanku, maka aku akan melindungi Kakak dengan segenap jiwaku," ucap Nando masih di dalam hatinya. "Bahkan aku akan melindungi Kakak jauh lebih hebat daripada Adipati yang payah itu," tambahnya. Ia masih saja berambisi untuk berkompetisi melawan Adipati yang jelas-jelas adalah adik kandung Kartini. Itu semua ia lakukan atas dasar terima kasihnya pada Kartini karena telah memperhatikannya. Adipati yang sadar dengan perasaan yang kini sedang Nando rasakan, lantas menatapnya sekilas. Ia pun ikut merasa senang melihat Nando kembali merasa senang atas perhatian yang kakaknya itu berikan. "Syukurlah, akhirnya kamu bisa sedikit tersenyum bahagia, Nan," batin Adipati. Ia pun kembali menatap ke arah depan dan lalu duduk dengan tenang. Kartini yang duduk di sebelahnya pun, kini tidak lagi terlalu khawatir pada Adipati serta Nando. Ia yakin, adiknya itu pasti bisa memegang perkataannya. Setelah satu setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Adriana Internasional School. Selama perjalanan yang cukup lama itu, mereka mengalami beberapa kendala seperti kedatangan Zyn sampai jalanan yang tidak bisa dilewati karena rusak. Tapi untungnya, mereka bisa menangani semua masalah itu dan akhirnya sampai di lokasi yang mereka tuju. Bangunan Adriana Internasional School yang besar itu, kini terlihat rusak dan sangat terbengkalai. Banyak kaca-kacanya yang telah pecah dan beberapa bangunannya bahkan telah roboh. Namun ada satu hal ganjil yang terjadi di sana, yaitu banyaknya pepohonan rimbun yang tumbuh dan hampir menutupi seluruh area bangunan sekolah. Dan bahkan, pohon-pohon itu juga tumbuh dan menyebar di sekitaran area sekolah. Jenderal Dipa yang masih berada di dalam mobil baja Barakuda terus mencoba mengirimkan pesan keluar melalui gelombang radio. Ia berharap ada yang menjawab pesannya. Adipati pun juga sama, ia memfokuskan sinyal telepatinya ke arah bangunan besar yang ada di depan sana. Tapi karena bangunan itu terlalu besar dengan dinding-dindingnya yang sangat tebal, sinyal telepatinya jadi sedikit tertahan dan ia pun jadi sulit untuk mendeteksi keberadaan orang yang ada di dalamnya. "Apa kamu mendapatkan tanda-tanda kehidupan di dalam sana?" tanya Jenderal Dipa pada Adipati. Adipati menggeleng dan lalu berkata, "Aku kesulitan menggunakan kekuatan telepatiku. Bangunan itu terlalu luas dan dinding-dindingnya yang tebal benar-benar menghambat penyebaran sinyal telepatiku." Mendengar jawaban seperti itu dari Adipati, Jenderal Dipa pun memutuskan untuk turun dan melakukan pengecekan ke dalam bangunan sekolah Adriana Internasional School. Ia yakin, jika Adipati masuk ke dalam bangunan sekolah yang besar itu, ia pasti bisa lebih mudah mendeteksi kehidupan yang ada di dalam sana. Jenderal Dipa pun membagi tim mereka menjadi dua. Tim yang masuk dan tim yang menunggu di luar. Ia beserta Adipati dan beberapa orang lainnya akan masuk ke dalam sana, sedangkan Dokter Nick, Kartini, Nando dan sisanya akan menunggu di luar. "Tunggu, aku juga mau ikut masuk ke dalam sana!" protes Nando pada Jenderal Dipa. Ia tidak ingin hanya Adipati saja yang unjuk gigi dengan kekuatan supernya itu. Namun dengan tegas, Jenderal Dipa menolak keinginannya. "Kamu tetap di sini," kata Jenderal Dipa. "Harus ada Genesis yang menjaga orang-orang yang ada di sini dari serangan Zyn, dan itu adalah kamu," tambahnya. Jenderal Dipa kemudian menepuk pundak Nando sembari berkata, "Aku percayakan tugas ini padamu." Kemudian ia, Adipati dan rekan-rekannya yang lain mulai berjalan ke arah bangunan Adriana Internasional School. Sembari berjalan, Adipati mengirimkan sinyal telepati pada Nando. "Titip kakakku, Nan," katanya. Nando kemudian menatap ke arah Kartini yang kini tengah berdoa demi kelancaran misi yang sedang adiknya jalankan. Ia yang awalnya sangat ingin ikut masuk ke dalam sana, kini dengan rela bertugas di luar untuk menjaga semuanya. Rekan-rekan Jenderal Dipa yang sebelumnya berada di sekitar Nando, kini berpencar dan mengelilingi mobil-mobil baja Barakuda untuk mengawasi area sekeliling mereka. Nando pun yang dititipkan Kartini oleh Adipati, lantas meminta gadis cantik itu untuk masuk ke dalam mobil. "Tunggulah di dalam, Kak. Akan lebih aman jika Kakak berada di dalam," ucap Nando. Kartini pun menurut dan lalu melangkah masuk ke dalam mobil baja Barakuda. Kini, hanya ada Dokter Nick yang berdiri di samping Nando. Pria itu dengan fokus dan serius memandangi bangunan sekolah Adriana International School yang ada di depan sana. "Lebih baik Anda juga masuk ke dalam mobil, Dok," pinta Nando. Dokter Nick menggeleng dan berkata, "Tidak, aku akan tetap di sini. Aku ingin mengamati semua hal yang terjadi. Aku tidak ingin melewatkan satu pun hal yang penting." Ia berbicara sembari pandangannya tetap menatap ke arah depan. Nando yang mendengar perkataan Dokter Nick, lantas membiarkan dokter muda itu tetap berdiri di tempatnya. Ia tidak memaksa Dokter Nick untuk masuk ke dalam mobil karena menurutnya, membiarkan dokter muda itu berada di luar adalah sebuah pilihan yang tepat. *** Di area Kali Ciliwung terlihat banyak sekali kepompong abu-abu seukuran kantong mayat tengah berdenyut-denyut seperti ada sosok hidup di dalamnya. Kepompong yang berjumlah ratusan itu menutupi seluruh permukaan Kali Ciliwung, yang mana ke semua kepompong itu berbaur dengan sampah-sampah yang ada di sana. Kepompong-kepompong itu terus berdenyut dan selang beberapa menit, satu per satu dari kepompong-kepompong itu mulai robek dan dari dalamnya, keluarlah sosok Zyn berkepala hiu tanpa mata dan berbadan Pterodaktil, yang langsung berteriak dan menghasilkan gelombang suara ultrasonik yang dapat menghancurkan segalanya. Merekalah Zyn yang telah kembali bermutasi ke tahap selanjutnya dan kini, mereka telah memiliki kekuatan khusus di tubuh mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD