32. TELEPATI

2421 Words
"Di mana aku?" tanya Adipati. Ia kini berada di sebuah lorong yang terdapat banyak gambar-gambar imut dan penuh warna di sisi kanan dan kirinya. "Sepertinya ini lorong sekolah TK. Tapi, kenapa aku bisa ada di sini?" Adipati mengedarkan pandangannya dan kemudian ia mulai melangkahkan kakinya menyusuri lorong tersebut. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Ia tidak tahu sedang berada di mana dan kenapa ia bisa ada di sana. Terlebih lagi, ia tidak tahu apakah ia sedang bermimpi atau apa yang ia alami saat ini adalah sebuah kenyataan. Semuanya begitu membingungkan. Adipati terus berjalan sampai akhirnya ia tiba di ujung lorong. Kini, ia memasuki sebuah ruangan yang memiliki jendela kaca besar yang menghadap tepat ke arah luar bangunan. Adipati pun berdiri sejenak di depan jendela kaca itu dan tiba-tiba saja, sesuatu yang ada di luar sana langsung menarik perhatiannya. "Rakha?!" ucapnya kaget. Ia melihat sosok Rakha beserta beberapa teman sekelasnya sedang berjalan menuju ke tempat parkir yang terdapat beberapa bus sekolah di sana. Adipati pun merasa senang dan lalu berniat untuk menghampiri mereka. Namun saat ia memalingkan wajahnya dari jendela, sosok Zyn merah bertanduk kerbau langsung menerkamnya dan seketika itu juga ia terlonjak bangun dari tidurnya. Napas Adipati terengah-engah. Peluh-peluh keringat pun kini membasahi tubuhnya. Ia begitu kaget atas mimpi yang baru saja ia dapatkan tadi. "Apa-apaan ... kenapa aku bisa sampai mendapatkan mimpi seperti itu?" ucap Adipati. Ia pun mengusap kedua wajahnya dan lalu mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Ia berusaha tenang sembari menetralkan deru napasnya yang memburu. Setelah dirasa cukup tenang, barulah Adipati mengingat-ingat kembali mimpinya barusan. Ia merasa kalau mimpinya tadi benar-benar sangat nyata. Ia merasakan kalau sosok Rakha dan teman-temannya, serta lokasi yang ia datangi adalah sebuah hal yang nyata. Bahkan sosok Zyn yang menyerangnya pun sangat ia yakini benar-benar ada. "Benar juga, waktu aku memimpikan Nando di sebuah supermarket, ternyata benar kalau ia ada di sana dengan kedua matanya yang berwarna biru, persis seperti apa yang aku lihat di dalam mimpiku." Adipati mulai mengingat-ingat mimpinya dulu saat ia bertemu dengan Nando. Karena mimpi itulah ia akhirnya bisa bertemu dengan Nando yang berada cukup jauh dari tempatnya berada saat itu. Kini, ia sangat yakin kalau mimpi tentang teman-temannya tadi, beserta Zyn yang menyerangnya adalah sebuah petunjuk nyata yang memberitahukan tentang keberadaan mereka. Tanpa berpikir apa-apa lagi, Adipati bergegas untuk memberitahukannya pada Kartini. Adipati bangkit dari kasurnya dan lalu beranjak menghampiri kasur tempat Kartini berada. Ia membangunkan kakak perempuannya itu dengan lembut sampai akhirnya perempuan berparas cantik itu membuka kedua matanya. "Ada apa?" tanya Kartini sembari mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. "Bangun, Kak sudah pagi," ucap Adipati. "Ada yang mau aku ceritakan," tambahnya. Kartini pun meregangkan tubuhnya. Ia berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih setengah itu. Setelah nyawanya sepenuhnya sudah terkumpul, ia pun mendudukkan dirinya dan lalu mulai mendengarkan cerita Adipati. "Aku bermimpi bertemu dengan Rakha dan juga teman-temanku yang lain," kata Adipati memulai ceritanya. Ia kemudian melanjutkannya dengan menceritakan awal mulai ia sampai di sebuah tempat yang terlihat seperti lorong sekolah taman kanak-kanak yang megah, yang mana tidak ia ketahui di mana lokasi keberadaannya. Lalu ia mengatakan pada Kartini kalau setelah ia menyusuri lorong dan sampai di sebuah ruangan dengan jendela kaca besar yang menghadap keluar, ia tiba-tiba saja melihat sosok Rakha, Ega, Qyan, Karin dan Zain di luar bangunan sedang menuju parkiran bus. Mereka membawa beberapa peralatan seperti ingin bepergian. Mendengar nama kedua teman dekatnya disebut, Nando yang sudah bangun, lantas langsung nimbrung dalam percakapan yang sedang dilakukan oleh Adipati dan juga Kartini. "Ega? Qyan?" ucap Nando. Adipati dan Kartini langsung menatap ke arah Nando. Wajah pemuda itu terlihat antusias ketika nama kedua temannya disebut. "Apa ada kabar dari mereka?" tanya Nando. Adipati menggeleng dan lalu berkata, "Aku memimpikan mereka, tapi mimpi itu terlihat sangat nyata. Mimpi seperti saat aku bertemu denganmu." Mendengar Adipati berkata seperti itu, Nando bangkit dan lalu mendekat ke tempat di mana Adipati dan Kartini berada. Ia menarik kursi yang berada tidak jauh dari ranjang tempat Kartini tidur dan lalu mendudukinya. "Jika benar apa yang kamu mimpikan itu seperti apa yang kamu mimpikan saat bertemu denganku, bisa jadi itu adalah sebuah petunjuk kalau mereka benar-benar ada di sana," kata Nando. Ia yang waktu itu juga ikut memimpikan kedatangan Adipati dan bahkan mimpi itu benar-benar kejadian dengan hadirnya Adipati dan Kartini ke tempatnya, meyakini bahwa setiap mimpi yang Adipati dapatkan adalah sebuah petunjuk yang nyata. Kartini yang mendengar ucapan Nando pun setuju dengan apa yang rival adiknya itu katakan. "Apa kata Nando ada benarnya juga, Di. Itu berarti mereka masih hidup dan kini sedang berada di suatu tempat di luar sana," ucap Kartini. "Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Adipati. "Kita harus memberitahukan hal ini pada Jenderal Dipa dan juga Dokter Nick. Bagaimanapun juga kita harus segera menemukan mereka," kata Kartini. "Kalau begitu, ayo, kita beritahukan hal ini sekarang," tambah Nando yang terlihat tidak sabar. Ia ingin segera bertemu dengan kedua teman dekatnya itu. Namun saat Kartini dan Nando baru saja beranjak bangun dan berniat untuk pergi, Adipati tiba-tiba saja mengatakan sesuatu. "Tapi ... tidak hanya mereka yang aku lihat," kata Adipati. "Ada satu sosok Zyn yang aku temui di sana. Zyn yang pernah aku mimpikan sebelumnya. Zyn yang membantai satu tempat pengungsian hingga semuanya tewas. Zyn itu menerkamku di dalam mimpi hingga akhirnya aku terbangun." Seketika Kartini dan Nando terlihat khawatir. Mereka berpikir kalau Zyn itu pasti akan membahayakan nyawa Rakha, Ega, Qyan, Karin dan juga Zain. "Kita tidak punya waktu! Ayo cepat beritahu si jenderal dan dokter muda itu!" ucap Nando. Ketiganya pun dengan cepat pergi menuju tenda tempat Dokter Nick berada. Mereka harus segera memberitahukan hal ini agar mereka bisa segera melakukan pencarian untuk menyelamatkan teman-teman mereka. "Dokter Nick!" panggil Kartini. Ia langsung masuk begitu saja ke dalam tenda Dokter Nick dan lalu memanggil nama dokter muda itu dengan suara yang cukup keras. Dan karena tindakannya itu, dua orang yang berada di tempat itu langsung terlonjak kaget. "Ya ampun, Kartini, kamu mengagetkanku! Untung saja roti sarapanku ini tidak terlempar karena kaget!" kata Dokter Nick. Jenderal Dipa yang ternyata juga ada di sana, kini menatap kesal ke arah Kartini yang sedang berjalan ke arahnya. "Maaf karena telah mengagetkan. Tapi aku punya sebuah kabar yang genting." Kartini, Adipati dan Nando kini bergabung dengan Dokter Nick dan juga Jenderal Dipa. Kemudian tanpa berbasa-basi, gadis itu langsung menceritakan semua hal yang Adipati katakan pada keduanya. Ia juga menceritakan mengenai cara ia dan Adipati dapat bertemu dengan Nando hingga akhirnya mereka bisa berlindung di satu tempat yang sama. "Jadi, mimpi yang kamu dapatkan adalah sebuah petunjuk?" tanya Dokter Nick. "Aku tidak yakin, tapi karena sebelumnya mimpi yang aku dapatkan menggiringku menuju ke tempat di mana Nando berada, maka aku yakin kalau mimpiku yang sekarang pun juga adalah sebuah petunjuk mengenai keberadaan teman-temanku di luar sana," jawab Adipati. "Begitu juga dengan Zyn bertubuh merah dan bertanduk kerbau itu," tambah Adipati. Seketika Jenderal Dipa melebarkan kedua matanya. Ia sangat mengenali sosok Zyn yang Adipati katakan tadi. "Tunggu, kamu bilang Zyn bertubuh merah dengan tanduk kerbau?" tanya Jenderal Dipa memastikan. "Iya benar. Aku juga melihat makhluk itu di mimpiku," jawab Adipati dengan sangat yakin. "Ada apa, Dipa? Apa ada sesuatu?" tanya Dokter Nick. Jenderal Dipa mengangguk. Ia kemudian menceritakan mengenai apa yang terjadi dan apa yang ia temukan di SMPN 08 Tangerang Selatan. "Sosok Zyn merah bertanduk kerbaulah yang membantai habis semua pengungsi yang ada di sana dan lalu menyantap mereka hingga hanya menyisakan tulang belulang saja," kata Jenderal Dipa menutup cerita panjangnya. Adipati merasa tidak percaya dengan apa yang Jenderal Dipa ceritakan, karena apa yang pria tangguh itu ceritakan adalah apa yang pernah ia mimpikan sebelumnya. "Aku pernah memimpikan pembantaian itu sebelumnya," kata Adipati. "Bahkan aku melihat semua kejadiannya tepat di depanku," tambahnya. "Zyn itu adalah Zyn gila. Tidak ada yang bisa mengalahkannya." Semua mata pun kini menatap ke arahnya. Semuanya merasa sangat khawatir, khususnya Kartini dan Nando. Itu berarti orang-orang yang mereka kenal, kini berada dalam bahaya. Nyawa mereka terancam oleh sosok Zyn merah yang sangat sulit untuk dikalahkan. "Aku akan mempersiapkan timku. Kita akan segera memulai pencarian," kata Jenderal Dipa dan lalu beranjak pergi dari tempat itu. *** Di jejeran ruko-ruko kosong namun masih dalam kondisi bangunan yang cukup bagus, segumpal air berjalan memasuki satu demi satu ruko. Segumpal air itu seperti hidup. Ia mengelilingi setiap ruangan ruko yang dimasukinya, mencari sesuatu yang entah apa itu. Hingga akhirnya gumpalan air itu memasuki salah satu ruko yang ternyata adalah ruko roti dan tepat saat ia menemukan beberapa stoples berisi roti kering yang masih dalam keadaan baik, gumpalan air pun secara perlahan berubah menjadi sosok remaja laki-laki berpakaian lusuh. "Akhirnya aku menemukan makanan," kata remaja itu. "Aku harus segera mengabarkan Lio," tambahnya. Remaja itu kemudian menggunakan alat komunikasi yang memancarkan sinyal radio dua arah untuk menghubungi temannya yang bernama Lio, dan setelah ia selesai menghubungi temannya itu, ia mulai memeriksa satu per satu roti kering yang ada di dalam stoples untuk mengetahui mana roti kering yang masih layak untuk dimakan dan mana yang tidak. Selain karena ada sumber makanan, tempat ia berada saat ini terbilang aman dari teror para Zyn. Jadi ia dan temannya bisa menjadikan tempat tersebut sebagai tempat mereka menetap untuk sementara waktu. Tak berselang lama, pemuda bernama Lio pun datang. Dengan kacamata silindernya yang tebal dan baju yang sama lusuhnya, ia menghampiri pemuda yang memiliki kemampuan berubah menjadi benda cair. "Hebat, Bayu, aku kagum padamu," puji Lio. "Maaf aku tidak banyak membantu," tambahnya. Remaja yang dipanggil Bayu lantas menggelengkan kepalanya. Ia merasa tidak keberatan untuk menjalankan pekerjaannya itu. "Kekuatan superku memungkinkan aku untuk menjadi benda cair, jadi akan lebih aman kalau aku yang berkeliling ketimbang kamu," kata Bayu. "Tetap saja aku merasa tidak berguna. Aku hanya bisa membuat sarang tanaman pelindung, sedangkan kamu bisa melakukan banyak hal untuk kita berdua." "Tidak, Lio, kamu berguna. Kamu melindungi tempat berlindung kita dengan tanamanmu. Apalagi dengan otakmu yang cerdas, kamu selalu saja punya rencana agar kita bisa tetap bertahan hidup." Bayu menatap Lio dengan tatapan hangatnya. "Kita di sini saling melengkapi." Mendengar ucapan Bayu, perasaan Lio jadi sedikit membaik. Ia kini tidak lagi menghakimi dirinya sendiri tentang apa yang tidak bisa ia lakukan. "Ayo kita makan dulu," ajak Bayu. "Ini roti yang masih bagus dan enak, aku sudah memeriksanya tadi." Bayu memberikan beberapa potong roti kering dengan bau yang harum pada Lio. "Terima kasih," kata Lio dan lalu melebarkan senyumnya. Keduanya kini menyantap roti kering yang berhasil Bayu temukan. Mereka makan dengan sangat lahap tanda mereka sangat kelaparan. Bayu dan Lio adalah dua teman sekelas Adipati dan Rakha. Mereka adalah si Manja dan si Kutu Buku yang selalu ditindas dan dibuli oleh Nando cs. Keduanya berhasil bertahan hidup dan bahkan mereka sama-sama berhasil berevolusi menjadi seorang Genesis. Bayu memiliki kemampuan mengubah seluruh tubuhnya beserta pakaian dan benda yang menempel pada tubuhnya menjadi benda cair. Dengan kemampuannya itu ia bisa berkeliling mencari sumber makanan atau tempat menetap baru tanpa harus takut diserang oleh Zyn. Sudah banyak hal yang ia lakukan dengan kekuatan supernya itu dan itu sangat membantu kelangsungan hidup keduanya. Sedangkan Lio, ia memiliki kemampuan mengendalikan, menumbuhkan dan berbicara pada tanaman. Dengan kemampuannya itu ia melindungi tempat berlindung mereka menggunakan tanaman-tanaman liar sehingga Zyn tidak dapat masuk ke dalamnya. Ia juga menumbuhkan beberapa tanaman di sekitaran bangunan tempat mereka menetap agar ia bisa mendeteksi kedatangan seseorang, Zyn atau makhluk lain yang mendekat ke arahnya. Setelah lima belas menit berlalu satu stoples pun telah mereka habiskan. Keduanya terlihat kenyang, namun mereka yakin rasa kenyang yang mereka rasakan tidak akan bertahan lama. "Ini," kata Lio memberikan sebotol air mineral yang ia ambil dari tasnya. "Terima kasih." Bayu langsung meneguk air mineral itu dan setelahnya ia bertanya pada Lio mengenai stok air mineral yang mereka punya. "Ada berapa botol lagi, Yo?" tanya Bayu. Lio yang baru selesai minum pun menjawab, "Empat botol lagi." Itu berarti stok minum mereka juga sudah hampir habis. Mau tidak mau Bayu harus berkeliling lagi untuk menemukan tempat yang menyediakan stok air minum untuknya dan juga Lio. Sebelumnya, Bayu pernah mencoba menggunakan kekuatan supernya untuk mengisi botol-botol air mineral kosong menggunakan air yang berasal dari tubuhnya. Awalnya ia baik-baik saja dan airnya pun bisa diminum. Namun seiring berjalannya waktu, tubuh Bayu malah menyusut. Lio yang melihatnya pun mengambil kesimpulan kalau air yang Bayu keluarkan menyebabkan tubuh pria itu menyusut. Ibaratnya seperti botol air mineral yang airnya secara perlahan dituangkan ke dalam sebuah gelas. Lama kelamaan air yang ada di dalam botol itu akan habis, begitu juga dengan tubuh Bayu. Tapi untungnya pemuda itu dapat kembali ke ukuran tubuhnya yang semula berkat guyuran air hujan yang beberapa hari terakhir ini sering turun. Tubuhnya menyerap air hujan, yang mana menyebabkan volume air yang menghilang dari tubuhnya dapat kembali terisi penuh dan secara otomatis mengembalikan kondisi tubuhnya seperti semula. Walau kemampuan supernya terbilang aman untuk digunakan sebagai sumber cadangan air bagi mereka berdua, tapi Lio melarangnya karena ia takut terjadi apa-apa dengan Bayu. Karena ketakutan Lio itulah yang akhirnya membuat Bayu harus berkeliling untuk mencari sumber air agar mereka tidak kehausan di tengah-tengah keadaan mereka yang sekarang ini. Setelah beristirahat sebentar, Lio lantas mulai menggunakan kekuatan supernya untuk menyelimuti seluruh bagian luar ruko menggunakan akar-akar tanaman liar agar para Zyn tidak bisa masuk ke dalam. Setelah pekerjaannya selesai, barulah ia kembali bergabung bersama Bayu yang kini tengah duduk bersandar di dinding sembari memejamkan kedua matanya. Pemuda itu beberapa kali mengembuskan napasnya dengan berat. Lio yang menyadari sesuatu, lantas bertanya sesuatu pada Bayu. "Kenapa, Bay?" Dengan kedua matanya yang masih terpejam, Bayu pun menjawab, "Aku hanya berpikir ... sampai kapan kita akan begini? Apakah akan selamanya? Kalau ia, maka aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan." "Aku sudah mulai lelah, Yo." Suasana pun tiba-tiba menjadi hening. Lio yang mendapat jawaban seperti itu dari Bayu, kini jadi ikut kepikiran tentang bencana yang kini sedang mereka hadapi. Ia sama lelahnya dengan Bayu, ia juga ingin bencana ini cepat selesai agar hidupnya bisa kembali tenang seperti sebelumnya. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa berjuang dan bertahan hidup sembari berharap sebuah keajaiban datang dan membereskan semua bencana ini. "Aku juga mulai lelah, Bay," kata Lio. "Tapi kita harus bisa bertahan, karena aku yakin, bencana besar ini pasti akan berakhir suatu hari nanti." Bayu yang terpejam pun kini membuka kedua matanya. Ia menatap ke arah Lio yang duduk di depannya. "Kita akan terus bersama-sama, Bay. Kita akan terus bertahan dan berjuang sampai semuanya berakhir." Lio melebarkan senyumnya. Bayu yang mendengarkan ucapan Lio, kini kembali mendapatkan sedikit semangatnya. Ia yang sempat pesimis dengan apa yang akan terjadi di masa depan, kini telah kembali mendapatkan harapannya lagi. "Hem! Ayo kita berjuang dan bertahan bersama," kata Bayu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD