28. MEMBIASAKAN DIRI

2218 Words
Pagi pun tiba. Embun dan sedikit kabut kini menutupi Kota Jakarta setelah hujan yang terjadi secara terus menerus tadi malam. Nando yang sejak seharian tertidur, kini mulai membuka kedua matanya. Ia memandangi sekelilingnya yang mana hanya ada sosok Kartini yang sedang duduk di kursi yang tidak jauh dari tempatnya berada saat ini. Kartini yang secara bersamaan bangun dari tidurnya, mendapati Nando yang kini tengah menatapnya. "Kamu sudah bangun, Nan," ucap Kartini. Ia kemudian bangkit dan berjalan mendekati Nando. Ia lalu menuangkan air ke gelas yang sudah disediakan di meja yang ada di sebelah kasur dan lalu memberikannya kepada Nando. "Ini, minum dulu." Nando pun mengubah posisinya menjadi duduk dan lalu meminum segelas air yang diberikan oleh Kartini. Ketika Nando tengah minum, Kartini terus memandangi remaja yang seumuran dengan adiknya itu sembari tersenyum. "Dengan tampilan rambut putih, kamu terlihat tampan, Nan," kata Kartini. Nando yang sedang minum, seketika menghentikan kegiatan minumnya. Ia menatap Kartini dengan tatapan kebingungan. "Rambut putih?" tanya Nando. "Iya, rambutmu sekarang berwarna putih," jawab Kartini. Ia yang masih bingung dengan apa yang Kartini ucapkan, lantas meminta pada Kartini untuk mengambilkannya cermin. Kartini dengan cepat mengambilkan cermin yang ada di dekat meja kerja Dokter Nick dan lalu memberikannya pada Nando. Dengan perasaan yang masih tidak percaya, Nando memandangi dirinya dengan tampilan rambut berwarna putih. "Bagaimana bisa? Kenapa rambutku bisa jadi putih?" tanya Nando. Kartini menggeleng dan lalu berkata, "Saat kamu menggunakan kekuatan supermu, rambutmu tiba-tiba saja berubah menjadi putih." Nando yang mendengar jawaban Kartini, lantas dibuat terkejut sekaligus bingung. "Kekuatan super?" Nando menatap Kartini dengan tatapan tidak percaya. "Iya, kamu mempunyai kekuatan super sekarang." Karena penasaran, Nando pun mencoba kekuatan supernya. Dan betapa kagetnya ia ketika gagang cermin yang ia pegang tiba-tiba saja membeku karena hawa dingin yang ia hasilkan. Dan saking tidak percayanya, ia langsung melepaskan pegangannya pada gagang cermin yang menyebabkan cermin itu bergerak jatuh ke pinggir kasur. Untung saja Kartini dengan sigap menangkapnya sehingga cermin yang mungkin saja milik Dokter Nick itu, tidak pecah. "Bagaimana bisa aku mempunyai kekuatan super?" tanya Nando. "Itu semua karena Virus-69. Virus itu membuatmu jadi memiliki kekuatan super," jawab Kartini. "Virus-69 yang ada pada dirimu tidak memutasikan sel-sel tubuhmu, melainkan virus itu mengevolusikan sel-sel tubuhmu sehingga membuatmu berubah jadi spesies manusia baru yang memiliki kekuatan super," ujar Kartini. Nando masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Kini, ia membuka telapak tangan sebelah kanannya dan lalu dengan uap dingin yang ia kumpulkan, ia membentuk sebuah kepingan es yang sangat padat. "Jadi ... ini kekuatan superku. Benar-benar hebat," batin Nando. Kemudian ia kembali menatap ke arah Kartini dan lalu melontarkan sebuah pertanyaan lagi padanya. "Apakah Adipati juga mengalami seperti apa yang aku alami?" Kartini hanya mengangguk sebagai jawaban. "Lalu, ke mana dia sekarang?" "Dia sedang melatih kekuatannya di luar bersama dengan dokter yang dulu merawatnya ketika Virus-69 mulai menyebar." Mendengar jawaban Kartini, dengan segera Nando bangkit dari kasurnya dan bergegas untuk pergi menghampiri Adipati. Kartini yang melihat Nando pergi, lantas mengikutinya. Ia tidak ingin remaja yang menjadi tanggung jawabnya itu pergi ke tempat yang tidak ia ketahui. "Nando, tunggu!" ucap Kartini. Keduanya pun keluar dari tenda tempat praktik Dokter Nick. Kartini yang awalnya tertinggal di belakang, kini beralih menjadi orang yang memimpin jalan. "Kamu ingin ke tempat Adipati kan?" tanya Kartini. "Iya," jawab Nando. "Kalau begitu, ikuti aku." Dengan patuh, Nando mengikuti langkah santai Kartini. Ia yang awalnya terburu-buru karena ingin segera sampai ke tempat Adipati, kini harus berjalan dengan sabar. Setelah melewati beberapa tenda besar dan kemudian masuk ke dalam bangunan Stadion Gelora Bung Karno, akhirnya Kartini dan Nando sampai di tempat Adipati dan Dokter Nick berada. Betapa terkejutnya Nando ketika melihat beberapa benda tengah melayang di udara tanpa ada yang memeganginya. Dokter Nick yang melihat kedatangan Kartini dan Nando, lantas langsung menyapa keduanya. "Aw, Kartini, Nando, kalian berdua ke sini?" "Iya, Nando bilang dia rindu sama Adipati," ucap Kartini yang seketika mendapat tatapan tajam dari Nando. "Apa-apaan, kamu?!" ucap Nando ketus. Kartini hanya cekikikan di tempatnya, begitu juga dengan Dokter Nick dan Adipati yang sedang melangsungkan latihan. Kemudian, Kartini beralih fokusnya pada adiknya, Adipati. Ia mulai berjalan menghampiri Adipati yang saat ini masih menjalankan prosesi latihannya. "Wah, hebat. Kamu sudah bisa mengangkat benda-benda yang lumayan berat, Di," puji Kartini. Sambil tersenyum, Adipati pun berkata, "Iya, Kak. Aku sudah mulai terbiasa dengan kekuatanku." Nando yang ikut mendekat ke arah Adipati, menatap iri dengan rivalnya itu. Ia yang baru tahu kalau ia memiliki kekuatan super, merasa begitu tertinggal oleh Adipati. Karena tidak mau tertinggal, dengan nada bicara yang tidak santai, Nando meminta Dokter Nick untuk membuat metode pelatihan untuknya. "Hey, Dokter! Buatkan aku metode pelatihan sepertinya! Aku juga ingin menguasai kekuatan superku!" Dokter Nick yang mendapatkan permintaan tidak santai seperti itu, lantas segera memikirkan metode latihan apa yang harus ia buat untuk Nando. "A-ah ... i-iya. Nanti akan saya buatkan metode latihannya," ucap Dokter Nick. "Sekarang! Aku tidak mau nanti!" kata Nando dengan sedikit membentak. "O-oke, s-sekarang saya buatkan." Dokter Nick seketika menjadi kikuk karena sikap Nando yang seperti itu. Kartini dan Adipati yang melihat kelakuan Nando dan juga respons yang ditunjukkan oleh Dokter Nick, hanya bisa geleng-geleng kepala sembari melebarkan senyum mereka. "Nando-Nando," kata Adipati pelan. Setelah setengah jam berlalu dan Nando telah mendapatkan pelatihannya. Kini, remaja yang tidak ingin kalah dari rivalnya itu, menyombongkan kemampuan supernya yang mana menurutnya sudah lumayan ia kuasai. "Lihat, aku sudah bisa melakukan ini," ucap Nando dan lalu menembakkan sebuah pisau es yang menancap tepat di papan target yang Dokter Nick siapkan. Walaupun pisau itu tidak mengenai tepat di tengah target, tapi Nando sudah merasa begitu bangga dengan kekuatannya. "Aku yakin, kamu hanya bisa mengangkat benda-benda, kan? Itu berarti kamu lebih payah dariku." Nando menyombongkan kekuatannya pada Adipati. Mendengar Nando berbicara seperti itu, Adipati lantas menyeringai. Ia kemudian menggerakkan sebuah obeng menggunakan kekuatan pikirannya dan lalu melemparkannya ke papan target yang sebelumnya sudah ada pisau es milik Nando yang menancap di sana. Dan obeng yang Adipati lemparkan pun menancap tepat di tengah-tengah target. "Bagaimana? Apa kamu masih lebih hebat dariku?" ledek Adipati. Seketika Nando merasa jengkel dan karena ia tidak mau kalah, ia pun melepaskan kembali pisau esnya, namun kali ini tanpa perhitungan. Zleb! Pisau es itu melesat dan lalu menancap di tiang besi yang berjarak beberapa meter dari papan target berada. Tembakannya meleset. Adipati yang melihat hal tersebut, lantas tertawa kecil. "Berlatih lagi ya, baru setelah itu boleh sombong," kata Adipati sembari menepuk pundak Nando. "Sialan kau!" umpat Nando kesal sembari menghempaskan tangan Adipati dari pundaknya. Kartini yang melihat kedua remaja itu lagi-lagi bertengkar, hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari melebarkan senyumnya. Keduanya sungguh tidak bisa akur bila disatukan di tempat yang sama. "Apakah mereka memang selalu begitu?" tanya Dokter Nick. Dia yang baru kali itu bertemu dengan Nando dan melihat interaksinya bersama Adipati, merasakan hal yang sama dengan Kartini. "Iya, mereka berdua memang selalu seperti itu," jawab Kartini yang masih melebarkan senyumnya. Ketika kedua remaja itu masih berdebat, tiba-tiba saja suara tembakan yang cukup keras terdengar. Suaranya terdengar sangat dekat dan seketika membuat Kartini, Dokter Nick dan Nando terkejut. Mereka dengan refleks menutup telinga mereka, tapi tidak dengan Adipati. Ia dengan sigap menoleh ke arah samping dan lalu dengan kekuatan supernya, ia menahan sebuah anak bedil yang mengarah kepadanya. Karena apa yang ia lakukan itu, ia pun selamat dari serangan tembakan misterius yang berasal entah dari mana. "Bagus, refleksmu cepat," ucap seseorang. Seketika, Kartini, Dokter Nick dan Nando mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara, sedangkan Adipati yang sudah duluan melihat orang yang melepaskan tembakan, kini tengah menyunggingkan senyumnya. "Terima kasih, Jenderal Dipa," kata Adipati dan lalu melepaskan peluru yang ia tahan ke tanah. Melihat pelaku penembakannya adalah Jenderal Dipa, yang baru saja pulang dari berkeliling, Dokter Nick pun sontak langsung mengoceh. Ia merasa kesal dengan apa yang sahabatnya itu lakukan. "Kamu gila, hah?! Kalau sampai Adipati tidak bisa menahan pelurumu, bisa-bisa ia tewas!" omel Dokter Nick. Kartini yang sama kesalnya karena adik satu-satunya itu dijadikan target penembakan, lantas ikut mengomeli Jenderal Dipa. "Hei, Jangkung! Kalau adikku mati bagaimana?! Kamu benar-benar tidak punya pikiran, ya!" kata Kartini yang tak kalah ngegasnya dengan Dokter Nick. Namun, Jenderal Dipa yang diomeli itu, dengan santai memasukkan pistolnya ke dalam sarung dan kemudian, ia berjalan mendekati Adipati dengan wajah yang terlihat bangga. Ia mengabaikan Dokter Nick dan juga Kartini yang mengomelinya. "Berlatihlah dengan giat dan biasakan dirimu dengan kekuatan super yang kamu miliki. Jika kamu sudah terbiasa dengan kekuatanmu, maka aku akan mengajakmu untuk bergabung dengan timku. Kamu bisa menjadi kunci kemenangan umat manusia atas para Zyn yang biadab ini." Jenderal Dipa berucap sembari menatap manik-manik mata Adipati dengan begitu serius. Adipati yang mendapatkan ucapan serta tatapan seperti itu, hanya bisa mengangguk kikuk karena saking gugupnya. "Bagus, aku tunggu perkembanganmu." Jenderal Dipa kemudian berjalan menjauh dari tempat itu meninggalkan Adipati, Nando, Dokter Nick dan juga Kartini. Ia pergi kembali ke tenda tempatnya dan rekan-rekannya berada untuk melanjutkan pekerjaannya. Dokter Nick dan Kartini yang masih kesal dengan ulah Jenderal Dipa, terlihat gemas dan ingin menjambak rambut yang ada di kepala pria itu. "Aku ingin sekali menjambak rambutnya agar otaknya bisa berpikir lebih waras lagi!" ucap Dokter Nick ketus. "Ajak aku jika kamu jadi melakukannya!" timpal Kartini yang tak kalah ketus. Keduanya sama-sama takut jika terjadi apa-apa pada Adipati karena manusia super sepertinya saat ini hanya berjumlah dua orang. Jika Adipati sampai tewas, maka hanya menyisakan Nando sebagai manusia super yang ada di tempat itu, dan itu akan memperkecil kemungkinan mereka menang dari para Zyn. Sementara itu, Nando yang melihat Adipati mendapatkan pujian seperti tadi dari Jenderal Dipa, kini kembali terbakar cemburu dan rasa iri di dalam hatinya. Ia masih saja tidak mengerti, kenapa Adipati selalu bisa selangkah di depannya, padahal ia sendiri sudah sangat baik dalam melakukan suatu hal. "Lihat saja, Di. Aku pasti akan melampauimu!" batin Nando sembari menatap tajam ke arah Adipati. Dan betapa kagetnya ia ketika Adipati tiba-tiba saja merespons ucapan yang ia ucapkan di dalam hati. "Silakan, aku akan melihatnya," kata Adipati dan lalu menatap ke arah Nando sembari tersenyum. Adipati bisa mengetahui apa yang Nando ucapkan di dalam hatinya karena kekuatan telepati yang ia miliki. Dan karena ia membalas ucapan Nando, Nando pun semakin menatapnya dengan tatapan jengkel. Ia sungguh terbakar sekarang. *** Taman kanak-kanak... Sama seperti Adipati dan Nando yang melatih dan membiasakan diri dengan kekuatan super mereka, Rakha, Ega, Qyan dan Karin pun juga melakukan hal yang sama. Sejak pukul enam pagi hingga sekarang hampir menjelang siang, mereka terus berlatih hingga merasa sangat kelelahan. Ega yang memiliki kemampuan dapat menembus objek, sudah beberapa putaran, berlari mengelilingi gedung taman kanak-kanak yang sangat luas itu. Ia memasuki kelas, melewati aula dan berkeliling ruangan lainnya, untuk mempercepat adaptasi kekuatannya yang sedikit memerlukan waktu saat menembus objek. Rakha yang memimpin jalannya latihan, terus mengamati pengukur waktu yang ada di tangannya. Ia selalu saja melebarkan senyumnya ketika Ega telah selesai melakukan sesi latihannya. Ya, karena durasi waktu yang diperlukan Ega untuk berkeliling selalu berkurang dan terus berkurang, tanda Ega semakin lancar menggunakan kekuatan supernya. Perkembangan pun juga ditunjukkan oleh Qyan. Rakha yang membantu Qyan dalam mengendalikan emosi serta konsentrasinya, mendapati sebuah kemajuan yang cukup baik dari pemuda itu. Yang awalnya arah tembak Qyan begitu kacau dan bahkan mengarah begitu random, walau Qyan sudah berusaha untuk memfokuskan arah tembaknya. Kini, ia sudah bisa menembak secara garis lurus, walaupun masih sedikit menukik ataupun melipir saat akan mengenai target. Rakha begitu senang dengan kemajuan Qyan karena dalam timnya, serangan Qyanlah yang paling berbahaya dan berdampak cukup serius. Sangat cocok digunakan untuk bertarung melawan para Zyn. Tidak hanya dua pemuda itu saja, Karin yang satu-satunya wanita di kelompok itu juga memiliki kemajuan yang cukup pesat. Ia yang awalnya hanya bisa menghilangkan tubuhnya dalam kurun waktu yang sebentar, sekarang sudah bisa menghilang dengan durasi waktu yang sedikit lebih lama. Bahkan, Karin sudah hebat dalam memosisikan dirinya agar hawa keberadaannya benar-benar tidak dapat diketahui. Dengan kekuatan supernya ini, Karin bisa menjadi mata-mata yang sangat berguna bagi tim. Tidak hanya ketiganya, Rakha yang memimpin jalannya latihan serta membimbing ketiga teman-temannya, juga ikut melatih kekuatan supernya sendiri. Ia melatih kemampuan bela diri serta kemampuan menggunakan senjatanya agar saat bertarung nanti, kemungkinan dia akan menang jadi sangat besar. Rakha sengaja melatih dirinya sekaligus melatih semuanya dengan keras agar mereka bisa sekuat dan sehebat Zain, si Pangeran Tidur yang saat ini masih terlelap tidur di kasurnya. Ia terus terbayang-bayang betapa hebatnya Zain saat menggunakan kekuatan supernya untuk mengusir Zyn yang mengacau tadi malam. Ia yakin, jika mereka bisa sehebat Zain, pasti Zyn yang ada di luar sana bisa dengan mudah mereka taklukkan. "Bagus, semuanya berjalan dengan sangat lancar. Kemampuan kami untuk menguasai kekuatan super pun terbilang sangat cepat." Rakha bermonolog. "Jika terus seperti ini, keinginan kami untuk menyelamatkan orang-orang yang selamat di luar sana pun bisa dengan cepat terlaksana." Keoptimisan sangat terlihat di wajah Rakha saat ini. "Tunggu kami ya, Adipati, Kak Kartini dan semuanya. Tunggu kami sampai kami siap." Kemudian latihan pun dihentikan sejenak karena waktu sudah hampir memasuki jam makan siang. Mereka harus segera menyiapkan makan siang sembari mengistirahatkan kekuatan super mereka. Walaupun mereka berlatih dengan sangat keras, tapi mereka memiliki jadwal istirahat yang terbilang teratur. Mereka tidak terlalu memforsir kekuatan mereka karena mereka tahu kalau hal tersebut sangat tidak baik bagi diri mereka sendiri. "Jam dua kita lanjut lagi," ucap Rakha dan lalu diangguki oleh semuanya. Semuanya bubar dan lalu masuk ke dalam ruangan tempat mereka menetap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD