27. BANGUN

2382 Words
Gelora Bung Karno... Waktu makan malam pun tiba. Jenderal Dipa menenteng plastik berisi tiga box makanan menuju ke tenda medis tempat Dokter Nick dan Kartini berada. Ia sengaja membawa ketiga box makanan itu untuk dirinya dan juga kedua orang yang ada di sana. Malam itu hujan turun cukup lebat membuat suhu Kota Jakarta jadi sedikit lebih dingin. Itulah mengapa Jenderal Dipa juga membawa tiga buah kantung plastik teh hangat untuk menemani makan malam mereka. Ketika pria jangkung bertubuh tegap itu masuk ke dalam tenda, Dokter Nick dan Kartini yang tengah mengobrol di samping kasur tempat Adipati tertidur, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Jenderal Dipa. "Aw, Jenderal," sapa Dokter Nick dan lalu menatap ke bungkusan plastik yang sedang Jenderal Dipa tenteng. "Waktunya makan malam," kada Jenderal Dipa. Kemudian ketiganya berpindah ke meja makan yang ada di tempat itu. Dengan manis dan penuh perhatian, Jenderal Dipa mengambilkan box makan malam milik Kartini. Ia juga menuangkan teh hangat ke dalam gelas yang baru saja diambil oleh Dokter Nick. "Makanlah, kamu harus mengisi energimu," kata Jenderal Dipa pada Kartini. "Terima kasih," ucap Kartini sembari menyunggingkan senyumnya. Menurut gadis cantik itu, perlakuan Jenderal Dipa amatlah sangat manis. Dia benar-benar sosok pria idaman wanita. Di samping sikap manis yang Jenderal Dipa berikan kepada Kartini, ada sosok yang terlihat sangat cemburu, sedang menatap ke arah keduanya. "Ekhem! Box makanku!" ucap Dokter Nick ketus. Ia berucap seperti itu sembari memandang lurus ke arah depan. Ia ingin agar Jenderal Dipa juga mengambilkan box makan malam miliknya seperti yang Jenderal Dipa lakukan pada Kartini. Tapi sayang, semua tidak seperti apa yang ia harapkan. Jenderal Dipa dengan santai mengambil box makan malamnya dan lalu memberikan kantung plastik yang masih berisi satu box makan malam yang tersisa pada Dokter Nick. "Ambil sendiri," kata Jenderal Dipa. "Dan ini plastik tehnya. Tuang di gelasmu," tambahnya. Ia malah meminta Dokter Nick untuk melakukan semuanya sendiri, dan karena hal itulah seketika Dokter Nick menjadi murung. "Ooh, karena ada perempuan cantik, makanya sahabatmu ini jadi dilupakan? Oke-oke, aku paham!" ucap Dokter Nick sembari membuka box makan malamnya. "Kamu sungguh kekanak-kanakan," kata Jenderal Dipa dan lalu menyantap makan malamnya. "Biarkan saja!" balas Dokter Nick di tengah-tengah kegiatan makan malamnya yang baru saja ia mulai. Kartini yang melihat tingkah Jenderal Dipa dan Dokter Nick yang menurutnya lucu, lantas tertawa kecil sebelum akhirnya ikut menyantap makan malamnya. Kedua pria itu sudah bersahabat sangat lama sehingga kadang salah satunya merasa kehilangan atau cemburu jika salah satu dari mereka memberi perhatian lebih pada orang lain. Sungguh kekanak-kanakan. Makan malam ketiganya berjalan dengan sangat hikmat, tidak ada satu pun dari mereka yang mengobrol di tengah aktivitas makan mereka, menjadikan makan malam yang sangat hikmat itu terasa begitu tenang dan sunyi. Sampai akhirnya di tengah-tengah aktivitas makan malam yang masih berjalan itu, sesuatu pun terjadi. Benda-benda di sekitaran tempat mereka berada kini berguncang. Yang awalnya guncangannya kecil, kini berubah menjadi guncangan yang amat hebat. "Gempa?!" ucap Kartini. "Tidak! Ini bukan gempa!" sambar Jenderal Dipa. Pria itu kemudian menunjuk ke arah luar tenda yang mana air hujan yang turun dari langit, kini tengah melayang di udara seperti ada gaya anti gravitasi yang melarangnya untuk turun mencium tanah. Dokter Nick yang sadar dengan apa yang terjadi, dengan cepat menatap ke arah Adipati. Dan didapatilah remaja itu tengah mengerang di dalam tidurnya. "Adipati!" ucapnya. Dokter Nick bangkit dari kursinya dan lalu berjalan menghampiri kasur tempat Adipati berada. Disusul oleh Jenderal Dipa dan juga Kartini yang terlihat begitu khawatir. "Apa yang terjadi Dokter Nick?! Apa yang terjadi pada adikku?!" tanya Kartini yang kini sudah berada di sebelah kasur Adipati. "Kekuatan supernya aktif tanpa ia sadari," jawab Dokter Nick. "Kita harus segera membangunkannya!" tambahnya. Kartini pun dengan cepat mencoba membangunkan Adipati. Ia mengguncang-guncang tubuh adiknya itu dengan cukup keras sembari memanggil-manggil namanya. Tapi bukannya bangun, Adipati malah kembali menggunakan kekuatan supernya untuk menerbangkan dan mementalkan semua benda yang ada di ruangan itu. Paniklah Jenderal Dipa, Dokter Nick dan juga Kartini. "Awas!" ucap Dokter Nick sembari menundukkan kepala Jenderal Dipa. Untung saja Dokter Nick bergerak cepat, kalau tidak, kepala Jenderal Dipa sudah bocor terhantam oleh brankas. "Terima kasih," kata Jenderal Dipa pada Dokter Nick. "Sama-sama." Kemudian ketiganya membuat jarak dari Adipati. Mereka terus menjauh sembari menghindari semua benda-benda yang terpental ke sana dan kemari dengan begitu liarnya. "Adi! Bangun!" teriak Kartini yang kini berada dalam lindungan Jenderal Dipa. Tapi teriakannya itu tidak berefek apa-apa. Adipati terus mengerang dalam tidurnya dan benda-benda pun tetap terpental secara acak. Jenderal Dipa yang merasa kondisi di tempat itu sangat berbahaya, lantas memutuskan untuk membawa Dokter Nick dan Kartini keluar. Ia melindungi keduanya menggunakan tubuhnya dan lalu mulai menggiring keduanya untuk berjalan keluar. Tapi, tepat saat mereka baru saja berjalan beberapa langkah menuju pintu keluar, Adipati terlonjak bangun dari tidurnya, yang mana seketika menghentikan pergerakan benda-benda yang terpental di tempat itu dan juga mengembalikan kondisi air hujan ke keadaan normalnya. Kartini yang melihat kondisi sudah kembali aman, lantas dengan cepat berlari menghampiri Adipati. "Di, kamu baik-baik saja?" tanya Kartini khawatir. Dengan napas yang masih terengah-engah, Adipati pun menjawab, "Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya ... memimpikan Ayah dan juga Bunda." Mendengar jawaban itu, Kartini langsung menarik Adipati ke dalam pelukannya. Ia tahu, pasti sangat sulit bagi adiknya itu memimpikan kedua orang tua yang sangat mereka cintai, di saat keduanya kini telah tiada. Tak lama setelah itu, Dokter Nick langsung melakukan pemeriksaan terhadap Adipati. Ia merasa begitu senang karena melihat salah satu dari dua pasien supernya telah bangun dari tidurnya yang cukup lama. "Malam, Di," sapa Dokter Nick. *** Taman Kanak-Kanak... Rakha, Ega, Qyan dan Karin baru saja ingin memejamkan kedua mata mereka. Mereka merasa sangat kelelahan karena seharian tadi berlatih untuk menguasai kekuatan super mereka. Bagaimana dengan Zain? Remaja paling muda di kelompok itu hanya bangun untuk makan dan pergi ke toilet. Sisanya, ia habiskan untuk tidur. Ia tidak mengikuti latihan sama sekali. Rakha yang memimpin latihan merasa begitu puas dengan latihan pertama yang mereka jalankan. Semuanya berjalan dengan begitu lancar tanpa ada sedikit pun kendala. "Kerja yang bagus teman-teman, kalau kita terus berlatih seperti ini, kita akan bisa dengan cepat menguasai kekuatan super kita," kata Rakha. "Kamu sangat bersemangat sekali, Kha," sahut Karin yang ada di kasurnya. "Harus!" balas Rakha dengan semangat yang masih sama. "Dia sangat berambisi untuk menyelamatkan orang-orang, makanya semangatnya sampai seperti itu," timpal Qyan. Rakha pun hanya melebarkan senyumnya mendengar ucapan Qyan. Sementara itu, Ega yang tiduran di sebelah Qyan, kini mulai memikirkan tentang latihan mereka besok. Ia suka dan menikmati latihan ini, tapi di sisi lain, ia merasa perkembangan dalam mengendalikan kekuatan super ini cukup lama. Apalagi, tidak semua dari mereka memiliki keberanian untuk melawan para Zyn yang berkeliaran bebas di luar sana. Jadi ia berpikir, apakah saat mereka sudah menguasai kekuatan super mereka nanti, mereka bisa melawan para Zyn, atau malah, mereka tetap tidak bisa melakukan apa-apa karena rasa takut yang mereka rasakan. Di tengah-tengah pemikirannya itu, tiba-tiba saja Rakha yang masih terbangun berbicara sesuatu pada semuanya. "Percayalah padaku. Saat kita sudah menguasai kekuatan super kita dengan baik dan benar, para monster yang ada di luar sana tidak akan bisa membuat kita gentar--mungkin sedikit gentar, tapi kita tidak akan terlalu merasa takut saat bertemu dengan mereka," ujar Rakha. Ucapan Rakha seakan-akan menggambarkan kalau ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ega dan mungkin juga oleh yang lainnya. Ia yang pernah melawan langsung Zyn seorang diri, sangat meyakini apa yang diucapkannya tadi. "Jadi jangan pikirkan hal yang tidak-tidak, oke?" tutup Rakha. Pemuda itu kemudian memejamkan kedua matanya untuk beristirahat. Ia harus mengisi tenaganya karena besok ia harus kembali memimpin latihan. Ega yang sebelumnya memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti, kini membuang jauh-jauh semua pikirannya itu. Ia yang tiduran di sebelah kasur Rakha, namun berjarak beberapa senti, kini menatap Rakha yang telah terpejam. Ia merasa sangat bersyukur karena ada sosok Rakha yang menggantikan Nando sebagai pemimpin yang selalu ia ikuti. "Terima kasih, Kha. Karena kamu, aku dan yang lainnya jadi tidak kehilangan arah," batin Ega. "Dan untukmu Nando, aku harap kamu baik-baik saja di luar sana." Kemudian Ega pun ikut terpejam, menyusul Rakha, Qyan dan Karin yang sudah lebih dulu memejamkan kedua mata mereka. Malam itu tidak ada yang berjaga karena sudah beberapa hari mereka tinggal di sana, tidak ada satu pun Zyn yang mendatangi tempat mereka. Jadi mereka yakin kalau tempat itu sangat aman, bahkan jika mereka biarkan untuk tidak ada yang berjaga. Tapi sayangnya mereka salah. Malam itu, setelah semuanya tertidur dengan sangat pulas, sesosok Zyn berbentuk kera setinggi dua meter dengan otot-otot tubuhnya yang kekar, mulai berjalan memasuki wilayah taman kanak-kanak. Tidak ada satu pun dari mereka yang sadar akan kedatangannya karena saking lelahnya kondisi mereka saat ini. Zyn yang kelaparan itu kini mulai berjalan memasuki satu per satu ruangan yang ada di bangunan itu. Ia menjelajah dan mencari mangsa yang mungkin saja tengah bersembunyi di suatu tempat. Hingga akhirnya, makhluk itu mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tempat Rakha dan teman-temannya tidur. Ia langsung menggeram, air liurnya pun menetes saat mendapati kelima remaja itu tengah tertidur pulas tanpa ada satu pun dari mereka yang sadar akan keberadaannya. Dan tanpa berlama-lama, monster yang sudah sangat kelaparan itu langsung menghampiri Ega yang sejak awal menjadi incarannya. Ia menarik kaki Ega yang mana langsung membangunkannya. "Hei! Apa-apaan ini?!" ucap Ega kaget. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sesosok Zyn tengah ingin menggigit kakinya. "Sial! Monster!" pekik Ega. Dengan cepat, ia langsung menggunakan kekuatan supernya yang mana membuat tubuhnya jadi tidak bisa disentuh. Zyn yang mendapati mangsanya lepas pun, lantas mencoba untuk kembali meraihnya. Namun, tangan Zyn itu malah menembus tubuh Ega sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan mangsanya. Sementara itu, Rakha, Qyan dan Karin yang mendengar teriakan Ega, kini terbangun dan langsung menatap ke arah Ega. Dan betapa shock-nya mereka ketika melihat makhluk berbulu setinggi dua meter, tengah berada di depan mereka. "Semuanya, menjauh!" ucap Rakha. Semua orang yang mendengar perintah Rakha, lantas langsung bangkit dari kasur mereka dan lalu menjauh dari Zyn yang kini terlihat sangat marah. Makhluk itu pasti sangat kesal karena mangsa yang telah ia incar, tidak dapat ia sentuh menggunakan tangannya. "Gawat, kita kecolongan!" batin Rakha. Rakha yang merasa bersalah dan bahkan sangat menyesal karena telah mengambil keputusan untuk meniadakan penjagaan untuk malam ini, kini berusaha mencari ide untuk mengusir makhluk kelaparan yang ada di depan sana. "Kalau menggunakan kekuatan Qyan, tempat ini pasti akan hancur. Apakah kalau dengan kekuatan teleportasiku, aku bisa memindahkannya ke luar ya?" Rakha memutar otaknya untuk menemukan sebuah solusi. Namun, ketika belum ada satu pun solusi yang ia dapat, Zyn yang sudah kepalang lapar itu, kini mengganti targetnya. Ia mengincar Karin yang terlihat sangat lemah baginya. "Celaka!" ucap Karin. Gadis cantik berwajah blasteran itu sadar dan lalu segera menggunakan kekuatan supernya untuk menghilang. Zyn yang bersiap untuk menyerang, lantas menghentikan niatannya itu karena tiba-tiba saja sosok Karin lenyap tanpa meninggalkan jejak. Ia pun kembali marah dan lalu mengganti targetnya. Kini ia menatap ke arah Rakha. "Cih! Dia malah menargetkanku!" batin Rakha. Mau tidak mau, Rakha akhirnya mencoba untuk memindahkan makhluk itu dengan kekuatan teleportasinya. Ia harus bisa menyentuh tubuh makhluk itu agar ia bisa memindahkannya ke luar ruangan. Tapi, ia harus memiliki perhitungan yang tepat karena kalau sampai ia telat sedikit saja, ia pasti akan terkena serangan Zyn yang bertubuh kekar itu. "Ayo kemari! Tangkap aku!" pancing Rakha. Zyn pun dengan cepat bergerak menghampiri Rakha. Ia tidak ingin sampai kehilangan mangsanya lagi. Di tempatnya pun, Rakha tengah bersiap untuk menangani Zyn yang kini siap untuk menerjangnya. Namun, di saat Zyn sudah berjarak sangat dekat dengan Rakha, tiba-tiba saja sambaran listrik melesat dan lalu mengenainya. Rakha, Ega, Qyan dan Karin pun dengan cepat mengalihkan pandangan mereka ke arah tempat datangnya sambaran listrik. Dan betapa terkejutnya mereka ketika mendapati sosok Zain yang telah bangun dari tidurnya, dengan kondisi tubuh yang teraliri oleh listrik. "Z-Zain?" ucap Rakha kaget. "Pergi dan jangan sakiti teman-temanku!" ucap Zain lantang. Ia kemudian kembali menembakkan sambaran listrik ke arah Zyn. Serangannya bahkan sampai mementalkan makhluk yang tengah kelaparan itu hingga menghantam dinding. Teman-temannya yang melihat betapa kuatnya Zain, menatap Zain dengan tatapan tidak percaya. Mereka tidak menyangka kalau anak itu memiliki kekuatan super yang sekuat itu. "Dia tidak hanya bisa menguasai semua mata pelajaran tanpa memperhatikan penjelasan guru, tapi ia juga bisa menguasai kekuatan supernya dengan begitu baik tanpa harus menjalani latihan seperti kami. Zain, kamu benar-benar anak yang sangat hebat." Rakha bermonolog. Ia begitu mengagumi kelebihan yang dimiliki Zain. Karena serangan kuat yang Zain berikan, Zyn yang terluka sangat parah pun kabur meninggalkan tempat itu. Makhluk itu kelihatan sangat ketakutan sampai-sampai ia berlari menjebol dinding demi bisa segera pergi dari sana. Legalah perasaan mereka sekarang. "Kamu hebat, Zain," puji Karin. "Iya, kamu benar-benar sangat kuat. Aku jadi iri denganmu," timpal Rakha. Mendapatkan pujian seperti itu, Zain pun hanya mengangguk sembari menyunggingkan senyumnya. Kemudian ia kembali ke atas kasurnya dan hanya butuh waktu beberapa detik saja, ia pun telah kembali tidur. Rakha, Ega, Qyan dan Karin kembali menatap Zain dengan tatapan tidak percaya. "Aku tidak bisa mengerti lagi dengan anak itu," kata Qyan. "Jangankan kamu, aku yang lebih pintar darimu saja tidak mengerti tentangnya," timpal Karin. Seketika Qyan menatap sinis ke arah Karin. Gadis cantik itu selalu saja memancing keributan dengannya. Kemudian mereka bergegas untuk kembali tidur. Kepala mereka terasa sedikit pusing karena gangguan yang mereka alami tadi. "Aku akan berjaga," ucap Qyan tiba-tiba. "Kalian tidurlah," tambahnya. "Biar aku temani," kata Rakha dan lalu berniat mengikuti Qyan. "Tidak usah, aku bisa sendiri. Kamu istirahatlah karena kamu harus memimpin latihan besok," tolak Qyan dan lalu pergi keluar tempat itu. Rakha yang melihat betapa tegasnya Qyan menolak bantuannya, lantas menurut dan lalu kembali ke kasurnya. "Tenang saja, Qyan bisa berjaga sendiri. Lagi pula kita akan bergantian seperti biasa," kata Ega. "Aku akan tidur sebentar dan lalu menggantikannya. Jadi kamu tidak perlu khawatir," tambahnya. Rakha pun mengangguk dan lalu berniat untuk memejamkan kedua matanya. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memandangi Zain. Ia masih memikirkan apa yang anak itu lakukan pada Zyn tadi. "Monster pun takut padanya. Itu berarti, ada kemungkinan bagi manusia super seperti kita untuk menundukkan mereka." Senyum merekah di kedua sudut bibirnya. Rakha sangat yakin, era monster yang sedang terjadi saat ini, pasti bisa diakhiri jika manusia super sepertinya bisa berkumpul dan lalu membantai mereka semua. "Aku sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan manusia-manusia super lainnya," ucap Rakha pelan dan lalu kembali memejamkan kedua matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD