Kringggggggg.... Kringggggggg.... Kringggggggg...
"Iya,iya. Gue bangun." Terdengar suara khas orang baru bangun tidur dari balik selimut bergambar Doraemon itu.
"Whoaaemmmm" Ana membuka selimutnya lalu menguap besar.
Kemudian ia berdoa dan merapikan tempat tidurnya.
Sambil bersenandung ia membuka jendela dan menghirup udara pagi dengan bahagia.
"Selamat pagi dunia,"
Tampaknya dia begitu bahagia pagi ini.Padahal masih jam 04:00. Ana duduk di tempat belajarnya lalu membuka buku Bahasa Indonesia. Ia memasang musik menggunakan earphone dan mulai belajar.
Setelah jam 05:30 Ana mandi dan berpakaian rapi. Apa gerangan hari ini sehingga Ana begitu aneh? Entahlah. Mungkin dia kedatangan tamu atau bahkan sedang jatuh cinta. Ya ampun,dasar gadis yang sulit ditebak.
"Tumben cepat banget siapannya? Lagi piket?" Dinda yang merasa ada hal berbeda dari Ana menanyakan langsung saat putrinya itu sudah turun dari tangga dan menuju ke meja makan.
"Iya mah,soalnya tadi malam Nana mimpinya indah banget." katanya setelah sampai di meja makan.
Saat Ana sedang menyantap sarapannya,sebuah ninja hijau mengklekson dari depan.
Tin...Tin.,.Tin
"Annnaa!" Panggil seseorang yang suaranya tak asing lagi bagi mereka.
"Kayaknya itu Bram deh,ma!" Seru Ana penasaran.
Ia pun keluar dan menemui seseorang dengan senyuman gilanya. Yah,pastinya Bram.
"Ayuk, kita bareng yuk!"Ajak Bram riang.
Dinda pun keluar. Bram menyapanya sopan dan turun lalu berada didepan gerbang.
"Loh,nak Bram rupanya? Masuk nak" ajak Dinda sambil membuka gerbang.
"Gak usah Tante. Cuma mau ngajak Ana aja kok,biar bareng." Sahut Bram sambil menunduk sedikit.
Ana yang sedari tadi terlihat diam, merasa aneh. Tanpa berpikir panjang,ia keluar lalu menyalam Dinda.
" Yaudah ma,kita pergi dulu ya," katanya sambil mengecup pipi mamanya.
Bram pun menyalam Dinda lalu menyalakan ninjanya.
"Dadah ma," Kata Ana sambil melambai, sedangkan Bram me ngklekson sambil tersenyum.
Mereka pun pergi, meninggalkan seukir senyuman di wajah Dinda, senyum bahagia yang tulus saat melihat putri manjanya mulai dewasa.
Akhirnya sampailah disekolah. Tak ada perbincangan diantara mereka selama perjalanan. Saat sampai di kelas, Ozi yang berstatus sebagai ketua kelas terbijaksana tampak sibuk dengan alat kebersihan di tangannya.
"Mau kemana zi?" Tanya Ana seraya meletakkan tasnya di kursi.
"Kita PIKET KANTOR!" Jawab Ozi dengan penekanan di kata piket kantor.
"Emang kalau PIKET KANTOR,apa yang terjadi?" Tanya Bram polos.
Sontak semua yang ada di kelas itu hening dan mengarahkan pandangannya ke arah Bram. Bahkan cicak yang lagi bermasalah rumah tangga saja berhenti sambil keheranan.
Krikk... kriik... krikk
"Hedehhhhh... Nih orang cakep tapi kepolosan yah?"
Koko akhirnya memecahkan keheningan sambil menatap Bram.
"Itu artinya,ibu Farida bakalan jadi Shireen Sungkar sedangkan ibu Inem bakalan jadi Song Hakyo" Lanjut Koko lagi.
Bram hanya tersenyum sambil mengambil sebuah sapu dari tangan Ozi.
" Ooooohh,gue kira kita bakalan jagain meja piket trus menghukum yang terlambat,bebas keluar masuk,dan gak belajar." Ujarnya begitu polos yang membuat seisi kelas menertawainya. Termasuk Ana..
"Yaudah,ayo kita sama-sama kerja dan kerja sama-sama. Ciptakan sekolah yang asri dan bersih. Semangat!" ibarat bapak Sutomo sewaktu pidato,demikianlah Ozi membangkitkan semangat teman sekelasnya.
"Ayoooooo!!" Jawab mereka semua dengan semangat.
Mereka mengerjakannya dengan gembira,tertawa,saling menolong dan tidak ada yang mau menang sendiri.
Mata Bram tak pernah lepas dari seseorang yang sedang menyapu halaman dibawah pohon mahoni. Sesekali ia meliriknya dan mencoba mendekatinya.
"Need a help lady?" Rayu Bram kepada gadis itu.
Yang ditanya malah fokus menyapu sambil menunduk.
" Enggak usah,gue bisa sendiri kok." Jawabnya sambil menunduk untuk mengambil sebuah daun yang sulit disapunya.
"Sini biar gue bantuin juga," Kata Bram sambil mengambil daun itu juga.
Tap... Tangan mereka berdua saling bersentuhan. Secepat kilat gadis itu menepisnya lalu berdiri sambil malu.
"Mmmm,yaudah,Lo aja deh yang ngambil daunnya." Katanya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kenapa Na? Muka Lo pucat banget?Mau gue beliin minum?" Tanya Bram membuat gadis itu mati kutu.
"Enggak kok,cuma..Gue kesana dulu ya"
Ana salah tingkah dan membelakangi Bram berencana untuk pergi. Tiba-tiba Koko,manusia paling abstrak seipa dua melemparkan cacing besar ke arah gadis itu.
"Awaasss Ana,ada ular piton!!" Teriak Koko sehingga gadis itu kaget lalu ia berteriak hebat dan melompat kearah belakang.
Ia menutup mata. Dengan tangan yang dingin dan kaki gemetaran,ia pun mencoba membuka matanya.
"Untung gue tangkep.kalo gak, mungkin Lo udah jatuh ke parit sekolah."
Ternyata Ana sedang berada di pangkuan Bram! Ia melihat secara detail wajah Bram,bahkan sadar kalau Bram itu tampan.
"Ciiiieeeee.. makan-makan lah!" Seru semua siswa yang kebersihan maupun yang lewat dari tempat itu.
Seketika angin bertiup lalu menerbangkan daun mahoni dari atas,menambah kesan romantis pada adegan itu. Tunggu!Sudah berapa lama mereka bertatapan? Apa mata mereka tidak lelah?
Ana tersadar dari lamunannya.
"Maaf! Gue tadi ketakutan. Refleks,yah itu refleks."
Ia turun lalu mendorong Bram dari depannya. Membuat cowok bermata elang itu tersenyum jahil.
"Gak papa,gue senang kok. By the way tangan Lo lembut juga ya,selembut sutra." Bram menggombali Ana.
Kini wajah Ana semakin merah merona.
"Muka Lo kenapa lagi? Kalau Lo Diam kayak gitu. Lo itu makin manis deh,ditambah kacamata Lo. Lo itu ibaratnya Barbie yang di tivi-tivi itu loh," Gombal Bram.
Ana mati kutu.
Bel pun berbunyi. Semua siswa berjalan ke lapangan. Tampak ibu Farida sudah berteriak-teriak dari podium menyuruh baris. Kelas sebelas IPA dua pun ikut berbaris karna mereka sudah selesai piket kantor.
"Seluruhnya siap gerak!
Lancang depan gerak!
Luruskan barisannya itu, tengok samping kanan kirinya. Yang memakai topi warna merah itu,lepas! Jangan ada suara! Perempuan yang gak ikat rambut itu diikat cepat rambutnya! Jangan sampe saya jambak-jambak kau disitu"
Selaku guru BK bertanggung jawab ,beliau selalu membariskan sebelum Paskibra, tak lupa menegur setiap orang bahkan dari podium dengan suara kuat menggunakan mick.
"Kok payah kali lurus bagian sini. Eh kau perempuan yang pake kacamata,coba bikin dulu tanganmu!" ibu Farida menunjuk seorang gadis yang berbaris paling depan.
Ia sedang melamun,sampai tidak mendengar sedikitpun suara ibu Farida yang berteriak hebat.
"Ana?Tengok dulu barisannya!" Katanya lagi.
Tetap saja,gadis itu melamun dengan tatapan kosong. Ya ampun,sadarlah Ana. Atau ibu Farida akan memanggilmu ke depan sana! Ayo sadar!
Bram menepuk pundak Ana lembut,
"Princess,lurusin tangan Lo,sebelum oppung Toba memberimu tinjuannya,"
Seketika itu juga Ana sadar dan langsung meluruskan barisannya. Ia malu setengah mati. Entah apa yang membuatnya melamun seperti itu.
"Aduh,mati gue. Dasar otak saraf.." pekiknya pelan.
"Jangan mati dulu dong,gue belum juga ngurus surat nikah kita,elo mau gue jadi Jodi?" Bisik Bram santai.
Gue lagi bingung setengah mati tau gak?Gimana mungkin Bram bisa sok dekat gitu yah sama gue,heran gue.
Kegiatan appel pun dimulai. Kali ini pidato bahasa daerah dari kelas dua belas. Setelah itu barisan pun bubar dan proses belajar dimulai.
Hari ini Bu Rena masuk! Kelas terlihat bersih kinclong. Kelas belum saja sempat ribut,ia sudah berdiri didepan pintu lalu masuk dengan diam. Menimbulkan kesan horor.
"Hari ini kita belajar mengenai VOC. Buka bukunya halaman 78." Katanya sambil membenarkan kacamatanya.
Ia melihat setiap inci diruangan. Ternyata kelas bersih. Semua siswa menahan nafasnya. Setelah ibu Rena duduk, barulah mereka bernafas lega.
"Kemaren ada tugas bukan?Keluarkan di atas meja. Yang tidak siap maju kedepan," semua kembali menelan ludah nya ketakutan.
" Maju!"katanya lagi sambil memukul meja.
Beberapa siswa maju,dengan wajah pasrah dan ada juga yang biasa saja,seperti tidak terjadi apa-apa. Dialah Koko.
"Lo udah siap?" Tanya Koko pelan kepada Bram.
"Belum,kan gue murid baru. Mana tau gue sama tugas gituan." Jawabnya santai.
Ibu Rena mengelilingi kelas sambil memeriksa. Tibalah di meja Ana.
" Bagus,saya suka kerja kamu" Pujinya kepada Ana.
"Makasih Bu" Ana menunduk pelan sambil tersenyum.
Ibu Rena beralih ke bangku Bram.
" Tugas kamu mana?" Bentaknya yang membuat seisi kelas hening. Benar-benar menyeramkan.
"Saya murid baru ibu,baru datang kemaren." Jawabnya sambil tersenyum manis. Membuat gadis dikelasnya berteriak histeris.
"Diam!"bentak Bu Rena sambil memukul meja lagi.
" Kali ini kamu saya maafkan,tapi buat lain kali,jangan harap!" Katanya sambil berlalu ke meja yang lain.
Bram hanya tersenyum lagi,
"iya ibu,jangan khawatir lah sama saya"
Ana menatapnya tak percaya.
Nih cowok sifatnya gimana sih? Kok aneh gitu,jangan jangan autis lagi,ah masa keren-keren autis!
"Kenapa Lo?lihat gue kayak gitu?Entar Lo suka lagi. Gak papa kok,gue ikutan suka,"
Lagi-lagi Bram membuat Ana ingin sekali membantingkan kepalanya ke meja.
"Ihhhh, enggak kok. Lo lucu ja,kayak ada gilak-gilaknya.." Jawab Ana pelan.
"Beneren? Yaudah. Awas ya,Lo sempat suka sama gue. Soalnya gue itu banyak yang suka,nanti Lo cemburu lagi," Rayunya untuk yang kesekian kalinya.
"Suara siapa itu?" Bu Rena membanting buku tugas siswa yang ada ditangannya.
"Sssttttt.."
Ana mengarahkan pandangannya kedepan. Anehnya,Bram tidak bergerak sedikitpun. Maksudnya,Bram menatap wajah Ana lama. Membuat Ana merasa risih dan salah tingkah.
Ana melirik ke samping,dan benar,kalau Bram masih melihatnya.
"Apaan sih?Mata Lo itu ya,kalau gak berhenti bakalan gue colok tau," Bisik Ana kejam.
"Kalau gue sukanya sama mata Lo kenapa?Lo bisa larang?" Balas Bram santai.
Ana lupa menjaga sikapnya,ia lalu memijak sepatu Bram kuat.
"Awhhh"pekik Bram pelan.
"Kalau mijak jangan sepatu,hati gue aja sekalian." bisiknya sambil kesakitan.
"Bodo amat," Balas Ana santai.
Pelajaran dimulai! Yang tidak menyelesaikan tugas dihukum menghormat bendera sambil mengatakan berkali-kali,
"kami berjanji,tidak akan malas dan tidak menyelesaikan tugas lagi."
Sedangkan yang dikelas menghapal penyebab runtuhnya VOC. Sama saja!
***