Rasanya waktu seakan berjalan lambat. Bahkan aku bisa mendengar suara detak jantungku sendiri.
Ketika orang itu menarik pelatuknya.
Ketika aku melepas paksa salah satu tautan tangan bodyguard mereka.
Ketika aku dengan keras menubruk punggung Yonghwa.
Yonghwa!
DORR!
KYAAAA!
Ketika jantungku rasanya berhenti berdetak.
Apa yang kulakukan.
Harusnya saat ini aku sudah bersiap-siap masuk ke dalam pesawat.
Ibu . .
Maaf, sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku.
***
Yonghwa segera menopang tubuh Risa yang perlahan mulai ambruk sehingga menindih setengah tubuhnya. Pria itu terdiam terpaku mencerna apa yang telah terjadi. Dalam pelukannya kini ada tubuh seorang gadis yang tidak bergerak sedikitpun.
Gadis yang baru beberapa hari ini dikenalnya. Gadis yang juga menjadi penggemarnya. Gadis yang menyelamatkannya, saat ini.
"YONGHWA, GWAENCHANA?"
"HYUNG!"
"SEMUANYA, SIAP SIAGA!"
"MINGGIR!"
Keadaan mulai terlihat kacau. Penjagaan semakin diperketat. Bora tidak diperbolehkan mendekat. Dan Yonghwa masih dalam posisinya duduk mendekap gadis itu yang menghadap kearahnya. Menyembunyikan wajahnya namun Yonghwa masih bisa mengenalinya.
"Sa, Ri-sa-yah . ." pria itu tidak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar.
Baru saja Yonghwa ingin mencoba memeriksa tubuh Risa yang masih terdiam, tiba-tiba Yonghwa merasakan beberapa tangan menyeretnya. Membuatnya terkejut. Mereka memaksanya melepas dan menjauh dari tubuh Risa.
"TU-TUNGGU. APA YANG KALIAN LAKUKAN. LEPASKAN AKU! AKU HARUS MELIHATNYA!"
Atas perintah Sejin semua member STIGMA digiring masuk menuju ruang khusus untuk keselamatan mereka semua. Yonghwa masih bisa melihat tubuh Risa yang di bawa salah satu bodyguardnya.
Matanya bisa menangkap rambut Risa yang terurai tersingkap menampilkan wajah pucatnya dengan mata yang terpejam. Sebelum Yonghwa menghilang dibalik belokan.
***
Di depan ruang Khusus,
Tidak hanya Yonghwa, semua member STIGMA terlihat syok dengan apa yang terjadi.
"Sejin hyung, bagaimana dengannya?" Baekhyeon mulai membuka suaranya. Dalam STIGMA, Dongminlah leadernya.
Tapi semua orang juga tau Baekhyeon adalah member tertua. Dongmin juga hanya pemuda biasa yang tidak tau harus melakukan apa disaat situasi seperti ini. Dan Baekhyeon sangat memahami perannya.
"Baekhyeon bawa Yonghwa dan yang lainnya masuk. Aku akan membantu mereka mengurus gadis itu sebentar."
"Ya, hyung." Baekhyeon segera menuruti Sejin membawa mereka masuk kedalam. Tak ada percakapan di dalam. Semua sibuk dalam pikiran masing-masing termasuk Yonghwa.
"Yonghwa-ya, kau baik-baik saja?" Dayon menyadari tubuh Yonghwa yang masih bergetar. Ia mencemaskannya.
"Hyung! Tanganmu berdarah!" seru Ye Jun. Seketika semua member menoleh kearah tangan Yonghwa.
"Ya, Yonghwa! Kau terluka?" Dongmin mendekati Yonghwa memeriksa keadaannya. Yonghwa yang sedari tadi diam mengangkat telapak tangannya yang dilumuri darah. Pria itu meringis. Matanya mulai meneteskan air mata.
"Hyung, ini bukan darahku. Ini milik gadis itu. Hiks bagaimana ini, hyung." Yonghwa segera merosot jongkok kebawah. Ditutupnya wajah dengan punggung kedua tangannya sambil menangis.
"Harusnya aku yang terluka hiks."
"Yonghwa." Dongmin memeluknya. Berusaha menenangkannya.
"Tenanglah, Yonghwa-ya. Ini bukan kesalahanmu. Gadis itu akan baik-baik saja. Sejin hyung pasti mengurusnya dengan baik. Fokuslah dengan tour kita untuk saat ini. Banyak fans yang sudah lama menanti kita. Ini bukan hanya sekedar kita ataupun gadis itu. Ini untuk STIGMA dan Bora. Kau mengerti." Beberapa member ikut menguatkan Yonghwa.
Juna ikut memperhatikan mereka. Wajahnya terlihat begitu datar dan dingin seperti biasanya. Namun siapa tau hatinya sibuk memikirkan keadaan gadis itu.
Sejak pertemuan mereka, Min Juna memang tidak begitu peduli dengan keberadaannya. Karena menurutnya gadis itu hanya fansnya yang lain yang datang dan pergi sekedar menyapanya.
Pria itu cukup memberinya fan service seperti biasa hingga gadis itu pergi. Ia tidak menyangka gadis itu akan melakukan sejauh ini.
Dasar gadis bodoh.
***
Tiga bulan kemudian,
Bandara Incheon
Terlihat banyak sekali Bora yang menunggu kepulangan STIGMA, idola mereka yang baru saja menyelesaikan tour worldnya. Hingga ketujuh namja mulai menampakkan dirinya.
Mereka benar-benar disambut hangat oleh warga Korea. Tour mereka terbilang sukses besar meskipun diawal sempat terjadi insiden yang mencengangkan.
Penjagaan benar-benar diperketat demi lancarnya acara.
Penggemar mereka berteriak heboh bahkan masih terdengar meskipun member sudah masuk kedalam mobil dan melaju pergi.
Di dalam mobil akhirnya member bisa bernapas lega.
Masing-masing merilekskan tubuhnya. Pergerakan mereka tidak luput dari pandangan Sejin.
"Kalian sudah bekerja keras. Beristirahatlah. Aku akan mengantar kalian pulang?"
"Tidak hyung. Aku ingin melihatnya. Gadis itu."
Sejin melirik dari kaca didepan. Terlihat raut wajah Yonghwa yang serius, tidak seperti biasanya. Juga ekspresi member lainnya yang tidak kalah seriusnya.
Haaahhh. . .
Sejin menghembuskan napasnya. Mengalah. Ia menyuruh sopir menuju kantor. Tempat gadis itu tinggal.
***
Ting!
Petikan gitar terdengar di dalam ruangan. Ruangan yang cukup luas untuk berlatih musik. Ada beberapa alat musik yang memang sudah disediakan disana. Gitar, piano, bahkan drum.
Dan barusan Risa mencoba salah satunya. Baru saja dirinya selesai memainkan satu lagu dengan gitarnya. Diletakkannya benda kecil persegi panjang yang sudah membantu merekam suaranya beberapa bulan ini keatas meja.
Haahh . . .
Risa menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. Kepalanya ikut kebelakang, mendongak. Pikirannya flashback ke belakang. Dimana tubuhnya yang telah berbaring tak sadarkan diri berhari-hari di rumah sakit setelah operasi yang dilakukannya.
.
Flashback on
Silau.
Itu yang Risa rasakan ketika akhirnya membuka matanya perlahan. Risa mulai mencerna apa yang terjadi sembari melihat sekeliling.
Apa ini kamar rumah sakit? Nyaman. Mungkin ini yang namanya kamar VIP.
NYUUTT!
Tiba tiba rasa sakit menjalar dari arah punggung ketika Risa mencoba membangunkan diri.
Cklek !
"Kau sudah bangun."
"Hajoon oppa?" Hajoon, salah satu manager STIGMA berjalan mendekati Risa kemudian duduk disebelahnya. Tangannya meraih ponsel disakunya dan mulai mengetik sesuatu. Lalu menyodorkannya padaku.
"Em, bagaimana kabarmu. Kau tau, kau membuat kami semua khawatir. Terutama Yonghwa." Ya kami berkomunikasi lewat google translate.
"Im ok. Terima kasih. Bagaimana dengan STIGMA?"
"Mereka baik-baik saja. Berkatmu juga." Hajoon memegang pundaknya dengan wajah yang berubah serius.
"Risa-yah, terima kasih telah menyelamatkan mereka. Sungguh, terima kasih." Hajoon terdengar begitu tulus mengucapkannya. Sejujurnya Risa sendiri tidak tau bagaimana dirinya bisa melakukannya. Ini semua hanya refleks saja. Apakah Dirinya memang orang yang memiliki hati sebaik itu?
"Ehem!"
Lee Hyun Bin pdnim, CEO BM Entertainment dan seorang wanita dibelakangnya masuk. Hajoon merubah posisinya berdiri mempersilahkan pdnim mendekati Risa.
Jantung Risa berdetak kencang gugup. Pdnim terlihat murah senyum. Namun percayalah, berada sedekat ini membuatmu bisa merasakan bahwa pdnim memang layak berada diposisinya. Berwibawa.
"Namamu Risa?"
"Ya."
"Bagaimana kabarmu?"
"Saya baik-baik saja. Terima kasih pdnim."
"Kalau begitu bisakah kita berbicara dengan serius. Terima kasih sudah menyelamatkan artisku. Aku akan memberikan biaya yang setimpal untukmu."
"Ya?" Seorang wanita memberikan sebuah cek berisi nominal yang Risa tidak tau jumlahnya kepadanya.
"Aku harap dengan ini urusan kita selesai. Dan kau bisa kembali kenegaramu." Kini Risa mengerti maksudnya. Pdnim hanya tidak ingin memperpanjang masalah ini. Namun rasanya ada sesuatu yang salah seakan mencegah Risa untuk berhenti di titik ini. Pdnim akan berbalik keluar ketika Risa memanggilnya.
"Pdnim."
"Ijinkan saya bekerja diperusahaan anda." Oke. Sudah dikatakan. Dirinya tidak bisa mundur lagi. Terima kasih kepada pikiran konyol yang datang secara tiba-tiba. Pdnim meneliti Risa.
"Kau tau perusahaanku tidak menerima staff wanita apalagi yang masih single." tentu saja Risa tau. Dan mungkin Risa juga bisa menebak alasannya. Pdnim lalu berjalan keluar dan hampir menyentuh pintu.
"I am muslim!" langkahnya terhenti. Risa berharap akan mendapat keringanan jika ada dinding pemisah diantara dirinya dan artis mereka sehingga Pdnim yakin tidak akan ada hubungan perasaan diantara mereka.
"Kau tetap seorang Bora."
Buru-buru Risa mengetik sesuatu di google translate dan menunjukkannya kepada beliau, "Aku . . Memang penggemar mereka. Tapi percayalah aku tau batasanku menjadi seorang Bora. Aku akan menjaga karir mereka. Aku tidak akan "mendekati" mereka. Kau tau kita berbeda keyakinan."
"Aku berjanji tidak akan merepotkanmu. Aku membutuhkan ini. Kumohon." Ya. Hanya itu yang Risa butuhkan. Uang. Dan keluarganya akan bebas dari Mafia itu.
Terlihat raut wajah pdnim yang menatapnya lekat. Kumohon. Hanya ini yang bisa kupikirkan.
"Kau bisa menulis?"
"Eh? Bisa." Tentu saja Risa bisa menulis.
"Biar kuulangi. Kau bisa menulis lagu? Buatkan aku satu lagu. Setelah itu akan kupertimbangkan permintaanmu."
"APA! Maaf Pdnim, aku bahkan tidak bisa memainkan alat musik."
"Kalau begitu kuberi waktu 7 minggu. Buatkan aku 1 lagu dan lagu itu yang akan menjawabmu."
Flashback off
.
.
Baru saja Risa memejamkan mata lalu terdengar suara pintu dibuka.
Cklek !
Risa menoleh dan melihat seorang pria berdiri di depan pintu. Gadis itu akan berdiri ketika pria itu melangkah cepat kearahnya dan memeluknya erat.
"O-Oppa? Kau baik-baik saja?" pria itu tidak menggubrisnya. Dan semakin erat memeluknya tidak menyadari telah menekan luka tembak Risa hingga membuatnya kesakitan.
"Akh Yonghwa oppa. Sakit!" Dan Yonghwa tersadar akan sikapnya.
"Oh maaf, Risa-yah. Kau tidak apa-apa?" Yonghwa segera melepas pelukannya dan memeriksa keadaan Risa.
"Aku tidak apa-apa. Kenapa memelukku?"
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit? Kenapa kau lakukan itu! Aish sungguh. Kau membuatku gila selama melakukan tour itu!" Dan Risa hanya bisa berkedip ria mendengar rap cepat ala Yonghwa.
Pasalnya gadis itu masih baru belajar hangul untuk memudahkannya berbicara. Dia baru bisa mencernanya pelan-pelan.
"Yonghwa-yah, bicaralah pelan-pelan. Kau membuatnya bingung." Dayon dan yang lain berhasil menyusul Yonghwa yang berlari meninggalkan mereka tadi.
"Tolong, jangan melakukan itu lagi. Aku tidak tau harus bagaimana jika sesuatu terjadi padamu saat itu. Mengerti!" Yonghwa menatap lekat Risa yang balas menatapnya. Kedua tangannya meremas sisi pundak Risa meminta perhatiannya.
"Oppa, aku baik-baik saja." Risa tersenyum. Berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.
"Risa-yah, lalu kenapa kau masih disini? Kau tidak pulang ke negaramu?" Jung Wook mendekatinya bersama member lain yang juga memerhatikan Risa. Terlihat jelas raut penasaran mereka. Risa tersenyum geli.
"Oppa, aku diterima disini."
"Kau menjadi staff disini?" Juna akhirnya bersuara dengan raut tidak percayanya.
"Aku diterima menjadi salah satu penulis lagu disini." senyum Risa semakin mengembang.
"APA?!!"
Dan kali ini mereka tidak bisa menutupi keterkejutannya.