Chapter 52 - Menuju Pulau

1677 Words
Tn. Lion sudah menerangkan seluruhnya. Ia berencana akan memperlihatkan Mr. Pella dan Rebel yang lain keberadaan pulau tempat sekolah akan didirikan. Ia menyuruh beruang bertubuh manusia untuk menyiapkan keberangkatan mereka. Cat dan Mr. Pella pun turun dari ruangan tersebut. Saat melihat tangga, mereka menggelengkan kepala dan menggetarkan bibir mereka. Sulit rasanya untuk membayangkan bahwa mereka harus menuruni seribu tangga itu. Mereka sampai di lantai paling bawah rumah tersebut tanpa diikuti oleh Tn. Lion. Cat memberitahu mereka bahwa mereka akan melihat sebuah pulau tempat sekolah gifted didirikan. Tak ada komentar hingga beruang bertubuh manusia menyuruh mereka keluar. Di luar ia sudah menyiapkan sebuah mobil yang akan membawa mereka ke dermaga. Dari lokasi Tn. Lion cukup jauh. Jadi mereka pertama-tama akan berkendara hingga sampai ke dermaga. Dari dermaga, mereka akan berlayar dua setengah jam menggunakan kapal untuk sampai di pulau tersebut. Saat mereka berada di luar dan akan masuk ke dalam mobil toyota kijang kotak 1980-an, Cat mendapatkan sebuah telepon. Telepon tersebut berasal dari Braam yang mensponsori pembuatan sekolah itu. Ia menanyakan tentang lokasi dan perkembangan sekolah yang akan mereka bangun. “Apakah kalian sudah tahu tempatnya? Aku ingin sekolah ini terpisah dari yang lain. Sebuah tempat yang jauh dan memiliki ciri khas yang berbeda.” Kata Braam melalui telepon. “Kami sedang meninjau tempatnya tuan Braam.” Jawab Cat. “Ke mana kalian akan pergi?”  “Ada sebuah pulau yang indah di dekat hutan Taiga. Dari hutan ini kami akan berlayar menggunakan kapal sekitar dua setengah jam.” Jawab Cat.  “Apa nama pulaunya?” Tanya Braam. “Namanya pulau Segitiga Bermuda!”  “Apakah pulau itu benar-benar ada?” Tanya Braam. Ia merasa bahwa pulau itu hanya terdapat di dongeng-dongeng anak kecil. “Ya, itu ada. Kami akan tunjukkan kepada anda nanti.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.  “Baiklah, aku akan menunggu kabar dari kalian!” Ucap Braam dan telepon dimatikan. Name mendekat kepada Cat sambil memperbaiki syal yang dipakainya. Ia merasa daerah tersebut sangat dingin. “Darimana kau dapat alat tersebut? Aku tidak tahu kau punya alat yang bisa berbicara dari jarak jauh!” Kata Name. “Ouch.. aku lupa memberitahu kalian. Ini adalah kiriman dari tuan Braam. Ia memberikan ini untuk bisa berkomunikasi dengannya. Aku juga belum tahu bagaimana caranya aku menghubunginya!” Ucap Cat lalu pergi meninggalkan Name. Ia masuk ke dalam mobil. Mereka bersempit-sempitan di dalam mobil tersebut.  Mr. Pella berkata sebelum Tn. Lion datang. Ia berbicara kepada beruang bertubuh manusia yang duduk di bangku supir. “Mengapa tidak memakai mobil van itu saja?” Beruang tersebut berkata, “Mobil kalian tidak akan bisa melalui jalan yang akan kita lalui ini!”  Mr. Pella kaget. Ia mendengar goblin tersebut berbicara kepadanya. “Sepertinya kita sudah kompak!” Ucapnya sambil tersenyum kepadanya. Tn. Lion pun datang dan mereka memulai perjalanan. Tn. Lion dan Mr. Pella duduk di depan di samping supir. Mereka harus berbagi karena sembilan orang sudah berada di belakang. Tidak ada lagi ruang sedikitpun disana.  Sesekali suara bising terdengar dari belakang karena beberapa rebel saling memperebutkan ruangan lebih untuk tubuh mereka. Terlalu sempit untuk dapat duduk tenang di dalam mobil kijang tersebut.  Perjalanan mulai semakin sulit saat jalan yang dilalui mulai tidak rata. Mereka tahu bahwa ini akan terjadi. Sangat sulit mempertahankan keseimbangan saat mobil bergerak ke kanan dan kiri dan tak beraturan. Mereka juga harus tercampak ke atas karena lubang-lubang yang besar. Mereka tidak bisa duduk dengan tenang. Tubuh mereka mulai sakit setelah keluar dari mobil satu jam kemudian.  Mereka keluar dan bunyi burung camar terdengar. Mereka sudah di dermaga untuk menaiki kapal penyeberangan. Sebelum naik, Tn. Lion berbicara kepada salah satu awak kapal. “Apakah nanti ada badai?”  “Sepertinya tidak tuan!” Jawab awak kapal itu.  Mr. Pella mendengar percakapan mereka. Ia melihat Tn. Lion yang sudah selesai berbicara dan melihat ke arahnya. Ia menatap Mr. Pella dan mengatakan alasan pertanyaannya kepada sang awak.  “Untuk dapat ke pulau itu, terkadang ada badai yang besar yang membuat kapal akan karam. Salah satu tips agar sampai ke sana dengan selamat adalah jangan pergi saat badai akan datang. Atau tidak, kita bisa pergi ke tempat lain!” Ucap Tn. Lion. Lalu ia pergi menaiki kapal tersebut diikuti oleh Mr. Pella dan yang lainnya.  Yang mereka lakukan di atas kapal seperti biasa. Mereka melihat pemandangan laut yang biru dan Matahari yang bersinar terang. Burung-burung yang berbaris rapi saat terbang. Awan yang berlomba-lomba dengan kecepatan kapal dan perasaan mual karena ombak kapal.  “Aku berharap kita bisa segera sampai!” Kata Name yang terduduk di bangku karena kepalanya terasa pusing. Jeli menertawakannya. “Kau sangat lemah. Cocok dengan janggut putih mu dan juga kulitmu yang keriput!” Kata Jeli. “Terima kasih karena telah menertawakanku!” Kata Name sambil memegang syalnya. Ia tampak kesakitan. “Look!” Kata Staig dengan kuat. Ia tampak sangat senang. Dari suaranya yang besar ia ingin memastikan bahwa mereka semua mendengar suara teriakannya. Brake yang sedang berbaring menikmati panas terik Matahari, langsung berdiri ingin melihat seperti apa pulau yang akan ditunjukkan oleh Tn. Lion kepada mereka.  Semua pasir putih mulai terlihat. Beberapa menit lagi mereka akan menginjakkan kaki di pasir pantai putih itu.  Terlihat sebuah gunung yang tinggi di tengah-tengah pulau dan hutan hijau yang sangat lebat. Kapal kemudian berhenti tetapi tidak sampai ke tepi pantai. Tepi pantai pulau terlalu rendah, jadi kapal hanya bisa berhenti sedikit jauh dari pantai dan mereka harus menaiki kapal kecil yang akan membawa mereka ke tepi pantai.  Tn. Lion berkata kepada Mr. Pella, Name, Staig, Spong, Brake dan Cat. Mereka satu kapal. “Untung saja tidak ada badai!” Kata Tn. Lion. Staig langsung berkomentar. “Kita belum tahu! Kita bisa pastikan setelah sampai di dermaga dengan selamat!” Katanya dengan senyuman lebar ingin menambah kecemasan Tn. Lion. “Dari tadi kau selalu mengatakan tentang badai. Aku merasa kau sangat takut akan hal itu!” Ucap Mr. Pella.  Cat juga berkomentar, “Badai tidak akan mempan melawan kuatnya ketakutanmu itu!” Mendengar ucapan itu sebenarnya membuat Tn. Lion sedikit terhina. Ia tersenyum mencoba membuat situasi kembali normal. Ia memperlihatkan sisi acuh tak acuhnya. “Baiklah, aku berharap itu terjadi!” Katanya dan melihat kapal sudah berada di pinggir pantai.  Mereka keluar dari kapal dan menunggu yang lainnya sampai. Tn. Lion menerangkan bahwa mereka harus berjalan kaki menyusuri hutan. Di tengah-tengah hutan tersebut akan ada kastil yang masih bagus berdiri. Ia memberikan ide bahwa mereka bisa mendesain ulang kastil dan menjadikannya sekolah seperti rencana awal. Mereka semua sudah berkumpul dan perjalanan masuk ke hutan dimulai. Hutan tersebut dipenuhi lumpur. Beberapa kubangan lumpur terdapat sangat besar. Mereka kadang harus mengitari kubangan dengan memutari pohon-pohon yang rapat.  Sudah satu jam perjalanan dan akhirnya dapatlah titik pertama kastil. Pertama sekali melihat, mereka disuguhkan oleh pemandangan patung sepasang manusia bertubuh gurita di depan kastil. Tn. Lion kagum dengan patung tersebut, padahal dialah yang menyegel goblin itu di sana. Ia sudah lama tidak melihat goblin yang disegelnya itu. Ketika melihatnya kembali, ia terkagum betapa indahnya ciptaan goblinnya.  Ia melihat Mr. Pella. “Inilah kastil yang kukatakan! Aku akan bawa kalian ke ruangan ritual untuk memanggil Slayer. Ayo!” Katanya mengayunkan tangannya. Mereka masuk ke dalam kastil yang penuh debu dan dipenuhi dengan lumut hijau. Pintu kastil tersebut tidak terkunci. Mereka hanya membutuhkan tenaga yang kuat untuk mendorong pintu yang sangat macet. Mereka masuk dan Tn. Lion membawa mereka menyusuri lorong-lorong panjang hingga terdapat pintu dengan hiasan patung sepasang titanoboa melingkari pintu tersebut.  Wow.. Mereka sangat terkagum-kagum dengan patung besar tersebut. “Itu adalah goblin legend ke dua!” Kata Tn. Lion sambil masuk ke dalam ruangan.  Mr. Pella berbicara dan berhenti sebentar. Ia memberikan perintah bahwa selain Cat, dirinya dan juga Tn. Lion, tidak ada yang boleh masuk ke dalam. Mereka diwajibkan untuk menunggu di luar ruangan. “Kalian di sini saja, kami tidak akan lama!” Ucap Mr. Pella.  Rebel-rebel itu dan juga beruang bertubuh manusia melakukan perintah dari Mr. Pella. Mereka tidak masuk ke dalam ruangan tersebut. Tn. Lion bertanya, “Mengapa tidak mempersilahkan mereka masuk, Tuan?” “Aku merahasiakan hal ini. Mereka bisa jadi tidak akan suka jika aku berhubungan dengan Slayer. Aku hanya mencegah hal tersebut.” Ucap Mr. Pella menjelaskan. Tn. Lion mendengarkan dan tidak mempermasalahkannya. Ia hanya mengangguk dan tidak menganggap alasan tersebut penting untuk dipikirkan. Mereka bertiga terus berjalan di kegelapan. Mereka masuk ke lorong demi lorong. Hingga ke tempat yang sangat gelap. Mereka tidak bisa melihat apapun di sana. Tn. Lion mengambil mancis dan menghidupkan obor yang tampak sudah tua. Obor tersebut sangat terang dan membantu mereka mencari jalan yang tepat. Sampailah mereka di sebuah ruangan bulat dengan altar berbentuk piramida di tengah-tengah ruangan tersebut. “Inilah ruangan tersebut. Jika kita kesana, itu adalah ruangan tempat darah anak domba disembelih. Darah itu akan jatuh dari atas altar tersebut!” Tunjuk nya ke pyramid altar dimana manusia yang menjadi tumbal akan ditidurkan disana.  “Diatas situ Mungkit akan diletakkan. Sebuah pisau di sebelah altar berfungsi untung memotong kepala tumbal. Darah anak domba dan tumbal manusia akan bercampur, dan api akan memakan habis tumbal. Sebuah cairan akan keluar dari patung altar tersebut, itulah cairan yang membuat awet muda.” Ucap Tn. Lion sambil berkeliling mengajarkan mereka dengan cepat.  “Untuk proses melakukan ritual dan tata caranya, Tuan bisa membacanya di buku panduan yang saya berikan tadi!” Ucap Tn. Lion.  “Ingatlah, pemimpin ritual hanya boleh satu orang saja!” Kata Tn. Lion memperingatkan mereka. Sudah waktunya untuk kembali. Semua hal penting tentang ritual tersebut sudah diberitahunya. Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Mereka keluar dan melihat goblin dan juga rebel-rebel itu, membaringkan tubuh mereka di lantai karena tak sanggup terlalu lama berdiri. Tn. Lion berkata, “Aku akan tunjukkan kalian danau Moon. Danau itu dekat dari sekolah ini. Saat malam, bayangan bulan akan terefleksi ke permukaan air danau. Ini kejadian yang langka!” Ajak Tn. Lion. Mereka bersemangat. Tetapi, karena bulan belum nampak, apa yang dibicarakan Tn. Lion lebih kepada kebohongan atau legenda.  Mereka pun keluar dari hutan setelah melihat danau. Mereka pulang dengan bantuan Beruang bertubuh manusia. Ia sangat telaten saat mengurus kepergian tuannya dan juga rebel-rebel itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD