Chapter 53 - Mision Imposible

1688 Words
Setelah Mr. Pella dan rebel-rebelnya pulang. Tn. Lion begitu gelisah. Ia merasa telah mengkhianati kaumnya. Ia adalah pemimpin golongan tua. Ia telah memberitahu Mr. Pella bahwa ia harus memasukkan jiwa golongan tua ke dalam toples agar ia dapat membuka portal dunia waktu. Jika Mr. Pella melakukannya, pasti kaumnya akan diburu dan dibantai. Ia tidak bisa melakukan banyak hal karena mengingat ini semua adalah takdir. “Ini takdir.. Ini takdir…” Ucap Tn. Lion yang mondar-mandir di meja kerjanya di rumah. Sudah beberapa hari berlalu, ia masih mengalami kecemasan. Dalam tiga kali dua puluh empat jam, ia selalu mencoba mengingat perkataannya kepada Mr. Pella. Ia tidak mau mengatakan kepada kaumnya bahwa mereka harus dalam mode siaga karena Mr. Pella akan mengejar mereka. Ini pasti akan mengagetkan mereka. Mr. Pella mau tidak mau akan mencari golongan tua dan memburu mereka untuk dijadikan toples jiwa. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Lagian pula, ia harus melakukan apa kata takdir. Ia mengingat bahwa dalam ramalan tersebut akan lahir seorang anak campuran dari dunia waktu dan manusia. Ia ingat cerita Mr. Pella bahwa ia jatuh ke Bumi bersama putri Flos. Ia harus mencari dimana keberadaan putri Flos.  Tn. Lion membutuhkan bantuan untuk melaksanakan misinya. Ia perlu seseorang yang membuat putri Flos datang kepadanya.  Ia pun berencana untuk memberikan tugas ini kepada Tn. Smith. Dia merupakan salah satu anggota dari golongan tua yang dipercaya. Ia tinggal di tengah kota. Ia tinggal bersama istrinya yang sedang hamil tua. Istrinya bukanlah sesama Rebel, melainkan manusia murni. Tn. Lion memanggil Beruang bertubuh manusia. Ia memberikan sehelai kain pakaian Tn. Smith. Ia ingin agar beruangan bertubuh manusia itu mencium bau Tn. Smith dan mencari keberadaannya. Ia memberikannya tugas untuk membawa Tn. Smith ke ruangannya.  Dengan cepat, pada malam itu juga, Beruang bertubuh manusia membawa mobil milik Tn. Lion dan pergi ke kota. Ia akan mendatangi tempat kebanyakan golongan tua tinggal. Golongan tua memilih pemukiman di tengah kota karena beberapa dari mereka memiliki istri manusia dan juga anak. Jadi mereka berbaur dengan manusia pada umumnya dan bertingkah seperti manusia. Memang susah membedakan mana yang manusia dan mana yang seorang Rebel. Beruang bertubuh manusia mengandalkan penciumannya untuk mencari Tn. Smith. Ia mengikuti penciumannya tanpa salah jalan sedikitpun. Ia bertindak seolah-olah sudah pernah kesana sebelumnya. Padahal tidak. Ia hanya melacaknya dengan penciuman yang dimilikinya. Dalam beberapa jam berkendara, sampailah ia pada pagi hari di depan rumah Tn. Smith. Ia mengetuk pintu rumah Tn. Smith di sudut gang kecil dari jalan besar. Tubuhnya yang menyeramkan pasti membuat istri Tn. Smith takut. Beruang bertubuh manusia tidak tahu bahwa Tn. Smith memiliki anak yang masih dalam kandungan. Ia langsung mengetuk pintu rumah Tn. Smith tanpa mempertimbangkan apapun. Ia tidak mempertimbangkan bahwa dirinya bisa saja menakuti wanita hamil tersebut. Tn. Smith membuka pintu. “Goblin!” Kata Tn. Smith dengan mulut menganga. Pikirannya langsung kepada istrinya. Otaknya selama sedetik berhenti. Ia cepat-cepat menarik Goblin tersebut keluar dan membawanya ke bawah pohon di depan rumah. Ia sengaja membuat tubuh goblin terhalangi oleh batang pohon sehingga tidak terlihat. “Hormat tuan!” “Apa yang kau lakukan disini!” Kata Tn. Smith yang tidak tahu harus bagaimana bertindak. Ia sangat kesal sekaligus tidak bisa menyalahkan tindakan beruang tersebut karena datang ke rumahnya begitu saja. “Maaf!” Ia memegang kepalanya. “Aku terbawa emosi.” Kata Tn. Smith dengan menatap mata Beruang tersebut. Ia tidak ingin mempermasalahkan tindakan Beruang itu. “Apakah ada masalah?” Beruang bertubuh manusia tersebut menjawab, “Tn. Lion ingin bertemu dengan Anda! Ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakannya.” Tn. Smith masuk ke dalam rumah dan memberitahu istrinya bahwa ia akan pergi. Terdengar sekilas suara istrinya yang komplain mengapa ia pergi terburu-buru di pagi hari. Tn. Smith Mengambil alih pengemudi dan ia membawa mobil tersebut.Di dalam keheningan, mereka melakukan perjalanan menuju hutan Taiga. Tak ada sepatah kata pun keluar kecuali saat mereka akan mengisi bensin. Tn. Smith berpikir bahwa, apa yang bisa dibicarakan dengan para Goblin? Sesampainya di sana, hari sudah gelap. Mereka masuk ke dalam rumah dan Tn. Smith masuk ke ruangan Tn. Lion. “Mengapa tuan belum juga kembali?” Tanya Tn. Smith. Sepertinya ia tidak penasaran mengapa ia dipanggil. Ia lebih penasaran mengapa Tn. Lion tidak datang ke markas golongan tua lagi. Ia sudah lama tinggal di hutan Taiga tersebut.  “Aku..” Ia menggosok-gosok tangannya berkali-kali. Ia kemudian menatap Tn. Smith mencoba untuk serius dan menjawabnya setulus hati. “Aku membuat kesalahan!” Kata Tn. Lion langsung. Ia sangat percaya kepada Tn. Smith. Ia bisa berkata apapun padanya.  “Ada apa tuan?” “Mr. Pella!” Kata Tn. Lion tidak melanjutkan. Ia berhenti menarik nafas. “Aku tahu Mr. Pella. Dia disini, adiknya raja dunia waktu, Raja Tunc.” Kata Tn. Smith yang masih berdiri di depan meja. Ia belum duduk di depan Tn. Lion. “Benarkah?” Kata Tn. Lion ia tampak terkejut. Ia ingin cerita lengkap darinya. Ia menyuruhnya untuk duduk di depannya. Ia mendongakkan kepalanya ingin mengetahui cerita dari Tn. Smith. “Aku tahu dia dicampakkan ke Bumi. Aku mengetahuinya karena ia berada di salon Mayda. Kami berkenalan disana!” Jelas Tn. Smith terlihat apakah ada yang kurang dari ceritanya. “Dia tahu kau golongan tua?” Tanya Tn. Lion dengan wajah memerah. Ia merasa sangat bersalah. Tn. Smith menggelengkan kepalanya. “Tidak! Dia tidak tahu!” Jawabnya polos. Tn. Lion mengelus dadanya. “Syukurlah!” “Mengapa?” Tanyanya balik. “Kau bisa celaka jika dia tahu siapa dirimu.” Kata Tn. Lion. Ia mencoba menarik napas. Sejak Mr. Pella pergi jantungnya selalu berdetak kencang dan hati nuraninya menghukumnya karena telah menjual kaumnya. “Mengapa begitu?” Kata Tn. Smith tidak sabaran.  “Tubuhku bertindak sendiri. Ramalan itu akan terjadi. Putri Flos sekarang berada di Bumi. Ia terjatuh karena Mr. Pella. Ini adalah ramalan itu. Ini adalah waktunya. Coba pikir, siapa yang paling cocok melahirkan keturunan campuran?” Kata Tn. Lion yang kini lebih bersemangat. Ia berdiri dan mengekspresikan dirinya seperti binatang buas. Dilihat dari ucapannya, juga menunjukkan bahwa ia ingin berdalih atas semua yang dia lakukan. Tn. Smith mengerutkan jidat. Ia tidak menyangka akan menyaksikan pimpinan golongannya bisa berbicara dengan sangat aneh. “Maksud anda, Putri Flos akan menikah dengan manusia dan akan memiliki anak?” Tn. Lion mengarahkan matanya ke Tn. Smith. Senyumannya menciut dan matanya seperti akan memangsanya.  “Benar, kau mengerti yang ku maksud!”  “Apa hubungannya dengan adik raja?” Tanya Tn. Smith. Ia pun menceritakan apa yang dilakukannya. Ia membantu Mr. Pella untuk bisa hidup lebih lama dan memberitahu cara untuk bisa masuk ke dunia waktu. Ia juga akan mengejar golongan tua yang akan dijadikan toples jiwa. Ia meminta Tn. Smith untuk memperingatkan golongannya, karena ia tidak ingin ketahuan bahwa dirinya adalah ketua golongan tua. “Ini sangat tidak benar.” Kata Tn. Smith. “Aku akan memberikanmu jabatanku. Kau yang akan melanjutkan untuk memimpin golongan tua.” Kata Tn. Lion. Ia melihat tangannya, mencopot cincin golongan tua di jari telunjuknya dan memberikannya ke arah Tn. Smith. Cincin tersebut memiliki ukiran-ukiran di lingkarannya dan mata cincin yang besar yang dihiasi oleh batu Safir berwarna biru. Tn. Smith melihat ke arah meja saat Tn. Lion mendorong cincin tersebut mendekat. Ia tentu menolak. Ia mendorong kembali cincin tersebut mendekati Tn. Lion. Ia tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Ia tidak mungkin tiba-tiba mau menjadi pemimpin golongan tua. Mereka juga belum bertanya pada tetua-tetua lain. Seharusnya Tn. Lion membicarakannya kepada tetua yang berhikmat saat mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang sebelum yang membuat kesan pribadi seperti ini. “Terimalah!” Ia menatap Tn. Smith. “Atau kau butuh waktu lagi?” Tanya Tn. Lion lagi berusaha menyakinkan.  Tn. Smith menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu jawabannya.  Tn. Lion mengambil cincin itu lagi. Ia akan mencari cara lain agar Tn. Smith mau menerima tawarannya menjadi pemimpin golongan tua. Ia pun memberikan tugas tersebut kepada Tn. Smith karena ia tidak akan membicarakan hal itu lagi. “Aku ingin kau mencari di mana keberadaan Putri Flos terlempar. Aku juga ingin memastikan apakah dia bersama seorang Mungkit pria atau tidak. Jika ia bersama Mungkit, berarti dialah yang akan menjadi suaminya, dan ramalan itu benar-benar menjadi kenyataan. Aku tidak bisa melakukan apapun. Itu adalah jalan takdir.” Kata Tn. Lion.  Tn. Smith mendengar saja. Ia juga sekaligus terkejut. Ia tidak tahu harus melakukan apapun. Di kepalanya seperti sedang terjadi gencatan senjata. Tak ada kedamaian dan tak bisa berpikir normal. Ia menatap kosong Tn. Lion. “Apakah kau bisa melakukannya?” Tanya Tn. Lion, karena ia melihatnya hanya diam saja tak menjawab. “Aku takut,” ucapnya pelan dengan nada kekecewaan, matanya melihat ke bawah dan berkaca-kaca. “Aku takut,” ia melihat ke depan ke wajah Tn. Lion, “Mendapati Putri Flos tidak bersama manusia, dan itu membuktikan bahwa ramalan itu salah. Jika ramalan itu salah, Tuan sudah salah mengatakan informasi kepada Mr. Pella dan kehidupan golongan tua terancam!” Ucap Tn. Smith dengan pikiran negatifnya. Tn. Lion kembali mengingat kesalahannya karena membantu Mr. Pella. “Tidak!” Kata Tn. Lion. Ia tidak ingin pikiran negatif Smith mempengaruhinya. “Tenanglah, ramalan itu pasti terjadi. Kau tidak perlu sangsikan!” Kata Tn. Lion lagi kepada Smith. Ia mencoba menyakinkan temannya itu. “Ia jatuh melalui portal manusia. Portal yang sama saat wanita awal anak raja penjelajah alam semesta, makhluk pertama yang menemukan kehidupan di galaxy Bimasakti ini!” Ucap Tn. Lion lagi kepada Tn. Smith memberikan penjelasan tentang petunjuk yang mereka ketahui. Setelah mengatakan hal itu, Tn. Lion memberikan sebuah kartu nama untuk diberikan kepada pria yang bersama Flos. Kartu nama tersebut berisi alamat yang bisa dikunjungi oleh mereka. Karena ia tahu bahwa kedua insan itu pasti akan menikah. Dengan kartu nama itu, ia yakin bahwa tempat yang akan didatanginya adalah tempat yang pasti ada. Ia juga bisa mengingatnya dengan lebih mudah dan tidak akan melupakannya. Tn. Smith memasukkan kertas kecil petak tersebut di dalam koper kecil miliknya dan bersiap-siap pergi. Ia tidak memiliki pilihan lain. Tn. Smith mengambil tas kopernya dan meminta izin untuk membawa mobil Tn. Lion saat melakukan misi ini. Dalam hati kecilnya, ia juga penasaran apakah ramalan tersebut memang benar, dan mengapa mereka harus hidup sesuai dengan ramalan tersebut.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD