Chapter 85 - Suara-suara

1272 Words
Ohn pergi duluan karena ingin menanyakan tugas yang diberikan oleh Mr. Spong di kelasnya. Karena menjenguk Wish, mereka berdua harus melewatkan pelajaran dari Mr. Spong. Ia tidak ingin mendapat masalah karena tidak tahu apa yang diajarkan Mr. Spong hari ini. Jadi ia berpamitan kepada mereka berdua. Chery yang masih berada di ruangan Wish mengatakan kepadanya, “Apakah kau bisa ikut berkumpul di aula nanti malam?” “Aku rasa aku sudah lebih baik!”  “Baguslah! Aku ingin bersiap-siap dan kau juga bisa kembali ke asrama mu!” Kata Chery lagi sambil mengambil tas tangannya dari meja di dalam ruangan itu. “Wanita itu sangat lama berdandannya!” Ia mengatakannya sambil keluar dari ruangan dan melambaikan tangan. Ia melambaikan tangan tanpa berbalik, hanya memperlihatkan pundak telapak tangannya kepada Wish. “Cher!” Panggil Wish. Kepala Chery berbalik melihat Wish. “Jangan berdandan terlalu cantik! Okay!”  Chery tersenyum dan langsung pergi tanpa mengiyakannya. Ia sepertinya tidak bisa menjanjikan hal tersebut. Tak berapa lama, pelayan datang ke ruangan itu. Ia memberikan Wish beberapa obat dan ia memperbolehkan Wish untuk kembali ke asrama dan bersiap-siap mengikuti pertemuan yang dilaksanakan kepala sekolah di Aula. Pelayan tersebut mengatakan bahwa Wish wajib datang ke pertemuan itu begitu pula dengan seluruh murid yang lain. Wish pun keluar dari rumah sakit pukul enam sore. Ia berjalan menuju asrama dan akan bersiap-siap setelah sampai disana. Saat berjalan menuju asrama, Wish mendengar suara teriakan seseorang. Ia tidak bisa mengabaikan hal tersebut karena memang sangat jelas terdengar. Ketika melihat ke sekelilingnya, ia tidak melihat ada orang yang meminta pertolongan. Suara tersebut menghilang dari pendengarannya. Ia kemudian berjalan dan mendengar suara teriakan lagi. Ia memastikan bahwa tidak ada orang di sekelilingnya dan kembali berjalan. Ia melakukan hal tersebut hingga tiga kali. Ia tidak menemukan seseorang yang berteriak membutuhkan pertolongan.  Wish menghiraukan suara-suara itu, meski ia tampak terganggu dengan hal tersebut. Ia tetap melanjutkan perjalanannya menuju asrama. *** Wish bersiap-siap untuk datang menuju acara yang sudah disiapkan oleh kepala sekolah. Ia memakai jas hitam dengan dasi kupu-kupu merah sebagai pemanis penampilannya. Ia memakai sedikit parfum di tangan dan belakang telinganya. Mengolesi pelembab di tangannya dan memakai sedikit minyak rambut membuat rambutnya tampak klimis.  Ardy menunggunya di ruang tunggu asrama. Ardy memakai jas berwarna biru muda dengan dasi warna warni. Ia memakai sepatu hitam dengan garis putih di tapaknya dan dengan belahan rambut jatuh ala oppa oppa Korea. Dengan senyuman ia menyambut Wish.  “Kau tampak sangat menawan!” Kata Ardy dan mereka pun pergi.  Saat akan melewati ruangan kepala sekolah, mereka melihat sosok makhluk yang mengerikan. Makhluk tersebut pendek dan berlendir dengan tangan yang panjang hingga ke kakinya. Awalnya mereka pikir itu adalah binatang liar. Tetapi, ternyata tidak. Ia berdiri di depan mereka.  “Apakah kau melihat apa yang kulihat?” Tanya Ardy pelan.  “Aku juga melihatnya!” Kata Wish ketakutan sambil mundur dan menarik baju lengan Ardy agar mundur bersamanya. “Apakah kita sedang mencari batu permata waktu?” Kata Ardy seperti seseorang yang sedang merintih kesakitan. Keringatnya bercucuran. Mereka melihat ke belakang, tetapi tidak ada orang yang lewat juga. Makhluk tersebut langsung berbicara. “Tidak ada yang lewat dari sini! Kalian mengambil jalan yang salah!”  Mendengar makhluk tersebut berbicara, Wish dan Ardy berteriak keras dan lari terbirit-b***t. Mereka berlari dan mengambil jalan berputar yang biasa diambil oleh murid-murid yang lain. Mereka lega karena sekarang mereka berjalan bersama murid-murid lain. “Apakah tadi itu hantu?” Tanya Wish yang ngos-ngosan karena berlari. Baju mereka menjadi basah. “Apakah itu bentuk Slayer yang di katakan Daya?” Tanya Ardy. “Daya?” Ucap Wish. Ia melupakannya. “Bukankah Daya ditangkap kepala sekolah?” Tanya Wish kepada Ardy. Mendengar itu, ia terkejut. Ia tidak tahu hal tersebut. “Mungkin dia berada di ruangan lab kita! Kami belum mengeceknya di sana. Karena sangat syok mengetahui kau menghilang, kami jadi melupakannya!” “Benarkah? Seingatku dia ditangkap oleh kepala sekolah!” Ucap Wish dengan yakin. Ia menceritakan apa yang terjadi sewaktu ia mengamati mereka dari dunia waktu. Ardy mengerutkan jidat.  “Mungkin itu hanya dunia khayalanmu saja! Tidak ada yang seperti itu!” Kata Ardy menyakinkan Wish. Wish tidak tahu cara menyakinkannya. Ia tidak membantah Ardy dan berusaha menjelaskannya lagi. Setidaknya ia sudah memberitahu kebenaran dari yang dirasakannya.  “Jika kau memang dari dunia itu, bagaimana caramu kembali ke sini?” Tanya Ardy dengan serius. “Aku sudah memberitahumu. Aku menekan tombol yang ada di kota langit. Kota langit adalah kota yang mengontrol tentang waktu yang terjadi di Bumi dan membuatku kembali ke Bumi. Tapi, aku tidak tahu, mengapa pagi ini aku berada di sekolah!” Jelas Wish dengan sedikit kuat hingga beberapa orang di sekelilingnya yang berjalan merasa risih.  “Sstt.. Pelankan suaramu!”  “Oh iya!” Ia melihat ke arah teman-temannya yang lain. “Lagian aku sudah mengatakannya kepadamu tadi!” Kata Wish kesal.  “Baiklah… Baiklah…” Ucap Ardy sambil menghirup udara panjang ke paru-parunya. “Apa yang dikatakan kepala sekolah pada kalian tadi?”  “Tidak ada! Hanya pertemuan singkat agar kami tidak mengatakan apapun tentang apa yang kami lihat di rekaman video tersebut!”  Wish tertawa. “Untunglah kalian membuat janji dengan kepala sekolah setelah membicarakan hal tersebut kepada kami!”  “Kau benar! Aku juga berpikir hal yang sama tadi!” Mereka pun sampai di aula. Murid-murid berpakaian sangat rapi. Beberapa memakai topeng dan berdandan seperti pesta topeng ala-ala Eropa. Chery langsung memanggil Wish. Ia menghampirinya beserta Ohn dan Panom. Chery memakai baju berwarna kuning dengan gaun yang kembang hingga ke lutut dengan hiasan bunga di kepalanya dan juga sarung tangan kuning. Ohn memakai baju tangan panjang yang digulung tiga perempat di lengannya. Ia memakai dasi kupu-kupu bergaris dan memakai suspender. Karena ia tinggi, ia memakai celana dengan pinggang yang tinggi dan bermodel garis-garis.  “Kalian tampak sangat anggun!” Kata Ardy kepada Chery dan Ohn. Kemudian ia melirik Panom yang masih berjalan di belakang Ohn. Panom memakai jas hitam dengan lis kuning di kerahnya dan bunga di kantong jasnya. Pakaiannya tampak formal dengan rambut klimis disisir ke belakang. Ardy yang melihat kesamaan antara Panom dan Chery tidak membahasnya. “Kau terlihat ganteng!” Kata Ardy setelah Panom mendekat. “Kalian juga!” Katanya kepada Ardy dan Wish dengan senyuman lebar. Mereka pun mencari tempat duduk. Saat duduk Ohn bertanya kepada mereka semua. “Kalian membawa pasangan?” “Maksudmu berencana untuk berdansa?” Ohn mengangguk. “Yups!” “Ney… Ney... !” Kata Ardy dengan jari telunjuknya. “Aku kepingin!” Kata Chery dengan sikap manisnya. Ia memainkan bulu matanya dan mencondongkan bibirnya dengan seksi. “Kau bersikap berlebihan! Kau bisa cari mulai sekarang sebelum acara dimulai dan membuat janji!” Kata Ohn dengan marah.  Wajah Panom langsung berubah. Matanya terbelalak seperti sedang menahan napas. Ia tidak bisa membayangkan seseorang berdansa dan menyentuh pinggang dan tangan Chery. “Sepertinya tidak!” Kata Chery sambil menghela napas.  Panom langsung terdengar seperti seseorang yang melepaskan udara yang ditahannya dari tubuh selama beberapa detik. Mendengar itu, mereka semua melihat ke arah Panom.  Senyuman palsu Panom pun terpasang. “Aku tidak akan melakukannya!” Katanya untuk mengalihkan mereka semua. “Jika tidak menikmati pesta, ini akan sangat membosankan!” Ucap Wish sambil berpangku tangan melihat teman-temannya yang asik berbicara di sekelilingnya. Karena tidak ada topik lagi, Ardy pun menceritakan kejadian yang dialami mereka saat akan datang ke aula. Ia menceritakan sosok makhluk jadi-jadian yang berhenti di depan mereka dan ia berbicara bahasa manusia. Sambil mendengar cerita Ardy yang seram, mereka kadang-kadang mengeluarkan suara teriakan kecil karena takutnya.  “Caramu menceritakannya sangat berlebihan!” Kata Wish kepada Ardy.  Mendengar itu, mereka menggelengkan kepala dan memaklumi cara Ardy menjelaskan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD