Chapter 84 - Robot yang Menghilang

1365 Words
Ardy dan Panom masuk ke dalam ruangan kosong tersebut tempat penelitian team khusus dilakukan. Ruangan tersebut diberikan oleh kepala sekolah untuk menyelesaikan penelitian yang tidak boleh diketahui oleh siapapun kecuali team yang dipilihnya. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Saat masuk ke dalam, mereka hanya melihat ruangan kosong dan beberapa mesin yang berserakan beserta tiang-tiang penyanggah. Tetapi, mereka tidak melihat ada robot yang dibuat oleh mereka.  “Apakah benda yang mereka buat juga menghilang?” Tanya Ardy seraya berjalan lebih jauh melihat alat-alat yang berserakan. Ia langsung mengaitkannya kepada patung-patung yang Ia melihat ada sebuah kamera yang jatuh di lantai. Ia mengambilnya lalu memutar video di dalamnya. Kamera tersebut merekam aktivitas percobaan mereka. Ia memanggil Panom ingin menunjukkan apa yang ada di dalam video tersebut. “Lihat ini!” Teriaknya.  Panom mendekat dengan cepat. Mereka sama-sama melihat video yang tertinggal di dalamnya. Dalam rekaman tersebut terlihat percakapan beberapa orang yang mengatakan bahwa robot tersebut siap beroperasi dan mereka akan memberitahukannya kepada kepala sekolah. Belum sempat memberitahukan hal itu, robot-robot yang mereka buat bergerak sendiri seolah-olah ada yang mengendalikan. Terdengar suara Will yang menanyakan apakah ada yang mengaktifkan robot tersebut. Tetapi, semua mengaku tidak ada yang melakukannya. Kamera itu pun terjatuh karena mereka semua sangat ketakutan dan langsung lari. Kamera itu pun merekam kejadian yang terjadi selanjutnya dari dasar lantai. Meski mereka hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi, Ardy dan Panom tahu bahwa robot-robot itu bergerak selagi semua team keluar dari ruangan. Mereka bisa melihat kaki dari robot tersebut bergerak menuju ke tengah bagian ruangan. Setelahnya, bagaikan magic, robot tersebut menghilang seketika. Mereka tidak bisa memastikan berapa banyak robot-robot yang ada di ruangan tersebut. Dari suara yang ditimbulkan dan besarnya ruangan pastilah robot yang ada di situ sangatlah banyak. “Wow!” Kata Panom sambil menutup mulutnya dengan tangan setelah selesai menonton rekaman tersebut. Ia tidak bisa berkata apa-apa karena takjubnya melihat kejadian tersebut. Tidak pernah terbayangkan bahwa manusia bisa membuat robot yang bergerak sendiri apalagi bisa menghilang. “Bagaimana mungkin robot sebesar itu bisa bergerak dan menghilang? Apakah di dalam robot tersebut ada semacam alat untuk melintasi waktu?” Lanjut Panom menggunakan pemikirannya membuat spekulasi. “Bagaimana mungkin robot tersebut bisa bergerak sendiri?” Kata Ardy menatap Panom. Tiba-tiba, suara senggakan terdengar kepada mereka berdua. “Hei! Keluar dari sini! Apa yang kalian lakukan?” Kata seorang pelayan membentak mereka dengan Mr. Pella berada di belakang mereka. Seraya berjalan terbirit-b***t, Mr. Pella menatap mereka yang berjalan di depannya. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Pelayan kemudian menghentikan mereka dengan berhenti di depan mereka lalu merebut kamera tersebut dan memecahkannya ke lantai hingga hancur. Mereka tidak habis pikir bahwa pelayan-pelayan sekolah bisa berbuat kejam juga.  Mereka pun berjalan dengan cepat menjauhi ruangan tersebut. Saat sudah merasa aman, jantung mereka belum juga berdetak dengan normal. Tangan mereka bertumpu pada lutut memberikan istirahat sejenak kepada tubuh. Suara pengumuman terdengar di seluruh wilayah sekolah.  “Kepada semua murid, kepala sekolah ingin membicarakan kejadian yang terjadi belakangan ini. Semua diharapkan berkumpul di aula jam delapan malam nanti. Di akhir acara diadakan pesta dansa bagi mereka yang ingin melakukannya. Acara ini diadakan sebagai hiburan untuk kalian. Tidak ada yang boleh melewatkannya, dan semua harus hadir. Terima kasih!” Dengan suara yang masih ngos-ngosan, Ardy berbicara kepada Panom. “Bukankah itu jam delapan malam? Pasti ada Slayer yang mengintai!”  “Apa mereka ingin membantai seluruh murid sehingga membebaskan kita dari keluar dari kamar?”  “Itu sangat menakutkan! Kau membuat jantungku copot seketika!”  “Itu hanya pikiran jahatku!” Kata Panom sambil meluruskan badannya. Ardy pun melakukan hal yang sama. Mereka sudah merasa cukup untuk beristirahat.  Mereka berjalan menuju ruangan Wish dirawat dengan wajah yang kebingungan. “Aneh bukan? Kepala sekolah tidak memarahi kita! Biasanya ia akan mengatakan kata-k********r atau memberikan hukuman. Tapi, tadi tidak seperti itu!” Ucap Panom memulai. Ardy mengiyakan apa yang diucapkan Panom. “Ada yang salah dengan semua ini!” Kata Ardy mencoba mencari tahu apa itu. Mereka pun pergi ke ruangan Wish dan melihat Chery dan Ohn sedang bertengkar. “Apa yang kalian lakukan? Suara kalian sudah sampai kedepan rumah sakit!” Ucap Ardy sambil menyiapkan makanan untuk Wish. Mendengar repetan Ardy, mereka berdua menjadi diam. “Wish sedang sakit! Kalian bisa-bisa membuatnya stroke!” Kata Ardy lagi sambil memberikan makanan tersebut kepada Wish. “Ini!” “Itu terlalu berlebihan!” Kata Chery sambil memencet jari-jarinya. “Kalian tidak mendengar keributan tadi?” Tanya Ardy. Saat menanyakan hal tersebut, ia mencari dimana Panom berada. Ternyata ia duduk di sofa di dalam ruangan itu. Cukup jauh dari mereka.  “Apa yang terjadi? Seperti suara ledakan. Tapi, kami tidak keluar karena pelayan sudah memberitahu sebelumnya bahwa akan ada suara ledakan dan kami tidak diperbolehkan keluar.” Jelas Ohn kepada Ardy. Chery mengangguk membenarkan ucapan Ohn. Wish berbicara dengan spaghetti di mulutnya. “Memangnya dari mana suara ledakan itu? Apa berasal dari bom yang meledak?” “Itu adalah suara dari gerak robot yang dibuat oleh team khusus kepala sekolah. Ternyata mereka membuat robot raksasa dan cukup banyak di dekat kantin. Robot-robot itu tiba-tiba saja bergerak padahal tidak ada yang menghidupkan mesinnya!” Kata Ardy. “Aku tidak tahu bahwa ada ruangan mereka di sana!” Kata Chery. “Bagaimana mungkin bisa robot-robot tersebut bergerak tiba-tiba?” Tanya Ohn kebingungan. Terlalu banyak ucapan yang harus didengarkan oleh Ardy. Seharusnya Panom membantunya saat ini. Tetapi, karena tak ingin terlibat percakapan dengan Chery, ia memutuskan untuk menghindar. “Sepertinya pintu itu tidak dipakai sebelumnya. Jadi ruangan mereka itu di bawah tanah dan pantatnya sampai ujung kanti. Karena mereka ketakutan dan ingin keluar dengan cepat, mereka membuka pintu tersebut dan keluar berbondong-bondong dari sana! Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri!” Jelas Ardy dengan penuh keyakinan. “Apa yang terjadi dengan robot-robot buatan mereka?” Tanya Ohn. “Robot-robot besar yang mereka buat berjalan sendiri dan menghilang seketika! Kami lihat itu dari rekaman kamera yang jatuh di lantai. Tapi, sayangnya pelayan dan Mr. Pella datang lalu menghancurkan kameranya. Sayang sekali! Padahal itu bukti bahwa robot tersebut bergerak sendiri dan menghilang. Penelitian mereka memang ‘Amazing’!” Kata Ardy yang tak henti-hentinya memberikan pujian. “Apakah itu hal yang baik atau buruk?” Tanya Ohn yang melihat gaya bicara Ardy yang kadang mendukung dan kadang mencurigakan. Chery hanya menjawab dengan menaikkan pundak tanda tidak mau tahu tentang hal itu. “Ini pasti masalah besar!” Kata Ohn tanpa alasan sedikitpun. Matanya kemudian berpaling kepada pelayan yang datang menjemput Panom dan Ardy. Pelayan itu masuk ke ruangan Wish dan membuat Ohn diam. Wish harus menghentikan makannya karena melihat Panom dan Ardy dibawa keluar ruangan menjumpai kepala sekolah. Chery dan Ohn tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah dan tidak menanyakan apa yang diinginkan kepala sekolah dari mereka berdua. “Semoga mereka tidak apa-apa!” Kata Wish lalu melanjutkan makannya. Sesampainya di kantor kepala sekolah, mereka melihat kepala sekolah duduk di ruang perpustakaan. Ia mengangkat kakinya dengan feminim sambil duduk dan membaca buku kesukaannya, Genome: The Autobiography of a Species In 23 Chapters - Matt Ridley. Ia menyuruh mereka berdua duduk.  “Jangan takut!” Ucapnya karena melihat Ardy dan Panom berkeringat. Ia menutup buku yang dibacanya lalu duduk dengan tegak melihat ke arah mereka.  “Saya hanya ingin kalian berdua bekerja sama.” Kata Mr. Pella dengan lembut. Ia memegang dagunya dan menggesek-geseknya sebentar. Panom dan Ardy menunggu apa lagi ucapan yang ingin dikatakan oleh Mr. Pella.  “Kalian sudah melihat video tadi bukan?” Mereka berdua serentak mengangguk. “Apa yang kalian lihat?”  “Kami hanya melihat sekilas kaki robot yang bergerak lalu menghilang dengan cepat.” Jelas Ardy. “Bagus… Aku akan ampuni kalian atas hal itu, tapi ada satu syarat lagi! Jangan beritahukan kebenaran itu kepada siapapun. Jika ada yang tahu tentang hal itu, maka saya yang akan mencari kalian berdua dan memasung kalian hingga kalian tua!” Kata Mr. Pella dengan kejam. “Baiklah, itu saja! Kalian mengerti?”  “Mengerti Pak!” Kata mereka serentak.  “Lihat mata saya sewaktu kalian berbicara!” Kata Mr. Pella pelan. “Ya pak, mengerti!” Ulang mereka secara bersamaan meski tidak sinkron satu sama lain. “Silahkan pergi!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD