Chapter 54 - Pencarian Putri Flos

1696 Words
Tn Smith pun pergi dari ruangan Tn. Lion. Ia memikirkan ucapan Tn. Lion yang berkata, “Ia jatuh melalui portal manusia. Portal yang sama saat wanita awal anak raja penjelajah alam semesta, makhluk pertama yang menemukan kehidupan di galaxy Bimasakti ini!” Tn. Smith tahu cerita tentang awal terbentuknya Bumi. Ia tahu bahwa wanita pertama yang menemukan kehidupan di galaxy bima sakti, ia merupakan salah satu penjelajah dunia waktu, merahasiakan kepada ayahnya bahwa ia menemukan dunia yang masih hidup. Ia memiliki anak dari manusia yang lahir di bumi. Ia membawanya ke dunia waktu agar manusia tersebut membantunya mengatur Bumi agar layak di huni. Ketika semua itu terjadi, mereka memiliki dua anak dengan maksud agar kedua anak itulah yang akan meneruskan untuk mengatur hukum alam di Bumi. Termasuk mengatur, musim, binatang, melindungi dari benturan benda-benda langit dan yang lain-lain agar manusia bisa terus ada. Tetapi sang ayah kembali dan melihat anaknya memiliki dua anak dari manusia. Sang ayah pun membunuh kedua putranya dan manusia tersebut. Sang anak tidak terima. Ia menggunakan kekuatannya untuk memberikan sebuah kutukan bahwa yang akan menjadi raja penghuni dunia waktu nantinya adalah keturunan campuran dari manusia dan penghuni dunia waktu.  Tn. Smith mulai memprediksi dimana kira-kira putri Flos terjatuh. Ia mulai melakukan pencarian dan membawa mobil Tn. Lion. Ia keluar dari hutan Taiga dan berhenti di beberapa desa. Ia merasa daerah terjatuhnya putri Flos tak begitu jauh dari hutan Taiga itu.  *** Sementara Tn. Smith mencari putri Flos, ia pergi ke laboratoriumnya untuk mengambil buah pohon patron yang tersisa satu buah lagi. Ia mengajak Beruang bertubuh manusia untuk menemaninya. Ia berencana untuk menetaskan buah busuk tersebut menjadi goblin. Ia merasa membutuhkan pelayan selain Beruang bertubuh manusia. Untuk buah busuk yang ini, ia tidak akan mencampurkan DNA manusia atau hewan ke dalamnya sehingga membuat goblin tersebut lebih kuat dan berubah bentuk. Ia hanya menginginkan goblin kecil penuh liur untuk menemaninya. Ia merasa Beruang bertubuh manusia sudah cukup untuk menjadi pelindungnya. Ia duduk di sebelah mikroskop yang besar dan melihat layar komputernya yang memonitor perkembangan buah pohon Patron. Ia merasa buah busuk dari pohon Patron itu sudah bisa di tetaskan. Ia memasukkannya ke dalam inkubator agar buah pohon tersebut menetaskan goblin.  Laboratorium inilah alasan mengapa ia beberapa tahun ini tinggal di gunung Jeringgat di hutan Taiga. Ia ingin menetaskan beberapa goblin untuk dirinya dan sekaligus menyelidiki ramalan yang akan terjadi. Ia merasa waktunya tinggal sedikit untuk hidup di Bumi. Ia tidak lagi pergi ke salon-salon para Dog’s untuk memperpanjang hidupnya. Ia merasa akan segera hilang dengan tenang. Beruang bertubuh manusia tersebut melihat alat-alat yang dipegang oleh Tn. Lion dengan serius. Ia hanya melihatnya dengan kebingungan tanpa tahu apa yang sedang dikerjakan oleh tuannya tersebut. Yang dibutuhkannya hanyalah perintah dan melindungi tuannya. Ia tidak bisa melakukan semaunya tanpa perintah tuannya. Yang bisa dilakukannya hanyalah menatap dan mengekspresikannya di wajah tanpa kata-kata. Tn. Lion memberikan sinar dan melihat suhu yang ada di dalam inkubator. Ia memastikan suhu disana sekitar empat puluh hingga lima puluh derajat celcius. Sebenarnya buah dari pohon Patron ini bisa menetas sendiri dengan memerintahkan buah tersebut pecah sendiri oleh pemiliknya. Tetapi, buah pohon Patron busuk ini bukanlah milik Tn. Lion. Karena itu ia harus memiliki mesin yang bisa membantunya sebagai pemilik dari buah pohon tersebut.  Tak berapa lama, terlihat buah pohon itu mulai terbuka. Sedikit demi sedikit mulai nampak isinya. Sesuatu yang kental berwarna merah keluar, seperti darah, hingga seluruhnya terbelah dua. Kepalanya mulai muncul, berbentuk bulan. Lalu mengembang dan dua buah tanduk seperti kambing menyembul ke atas dengan garis-garis biru tua. Tubuhnya berbulu berwarna biru cerah. Tangannya bergaris biru tua hingga ke pundak. Makhluk tersebut berdiri dan terlihat panjang tangannya hingga sampai ke kaki. Ia memiliki cakar berwarna pink dan kaki yang kurus berwarna pink juga. Ia tersenyum kepada Tn. Lion. Terlihat senyumannya dipenuhi dengan gigi bertaring panjang, dan mata berwarna kuning biru.  Melihat goblin yang pertama kali keluar dari dalam buah sangatlah menyenangkan. Perasaan takjub karena bulu dan bentuknya yang indah tak bisa dihentikan. Tak ada yang bisa memprediksi seperti apa bentuk dari Goblin yang akan keluar begitupun Tn. Lion. Karena itu, ia sangat penasaran bagaimana bentuk dari buah pohon Patron terakhir miliknya itu. Tn. Lion dan goblin tersebut saling berjalan dan melihat satu sama lain. Ia mengangkatnya dari inkubator dan beberapa kali menghindari air ludah yang keluar dari mulut Goblin. Ia berkata kepada Tn. Lion, “Tuan!” dengan suara imut. Senyuman lebar di pipi goblin membuat wajahnya ikut melebar. “Wajahmu lucu sekali, seperti stiker emoticon. Aku akan memanggilmu, Emot!” Kata Tn. Lion sambil menyentuh pipinya dengan lembut. Yang membuatnya jijik hanyalah air liurnya yang sangat banyak dan berjatuhan di lantai. Tn. Lion kemudian mendirikannya di lantai, dan goblin tersebut melihat beruang bertubuh manusia yang berjalan ingin melihat sesama jenisnya. Tetapi, goblin tersebut tampak takut. Ia bersembunyi di kaki Tn. Lion. Ia mengintip beberapa kali melihat beruang bertubuh manusia, dan akan berlari ketika beruang tersebut semakin dekat dengannya.  “Hei..hei.. dia ini temanmu!” Kata Tn. Lion yang berharap mereka bisa lebih akrab. Tetapi, tetap saja goblin baru itu masih takut dengan beruang yang dimodif tersebut. Emot merasa dia dan goblin tersebut berbeda. “Mengapa kau takut dengan kaummu sendiri?” Tanya Tn. Lion sendiri tanpa mengharapkan jawaban. Ia tertawa sambil mengatakannya.  Tn. Lion merasa lega, ternyata buah pohon Patron tersebut masih bisa dijadikan goblin. Ia tampak senang dan akan memberikan tugas kepada goblin tersebut. *** Tn. Smith berjalan menyusuri kegelapan. Ia belum menemukan keberadaan putri Flos. Ia merasa bahwa bisa jadi putri Flos akan terjatuh di sekitar desa Bunyi. Ia melihat-lihat lingkungan panti tempat kakek panti berada. Ia tidak masuk ke dalam, tetapi hanya memperhatikan dari luar. Ia tidak merasakan bahwa putri Flos akan berada di sana. Ia sempat berpura-pura kehilangan sesuatu dan mendapat masalah saat di kantor polisi agar bisa masuk dan berharap mendapatkan petunjuk.  Ia datang ke kantor polisi setelah ia selesai dari panti.  “Apakah ada anggota keluargamu yang hilang?” Tanya pak Polisi dengan lembut kepada Tn. Smith. “Ya pak, seorang perempuan cantik berpakaian putih.” Kata Tn. Smith. Padahal ia hanya menyebutkan dengan asal dan merasa bahwa putri Flos pasti orang yang cantik. “Kau ayahnya?” Tanya polisi itu lagi.  “Tidak pak, hanya saudaranya saja!” Kata Tn. Smith dengan mengangguk-anggukkan kepala. Ia tahu itu adalah teknik untuk menyatakan kesopanan dan menyakinkan lawan bicara bahwa apa yang dikatakannya benar. Dalam hati polisi tersebut berkata, ‘Apa yang dimaksud pria tua ini adalah wanita yang dibawa Prof. Rei saat pelaporan kemarin?’ Ia membuka berkas-berkas beberapa hari yang lalu tetapi tidak ada yang bisa menunjukkan bahwa orang yang dicari pria itu adalah Flos yang datang bersama Prof. Rei beberapa hari lalu.  Kemudian ia teringat kepada seorang rekannya yang mempunyai foto Flos. Temannya itu sengaja mencoba kamera milik keluarganya yang diambilnya diam-diam. Saat Prof. Rei dan Flos datang ke kantor polisi, ia memfoto Flos tanpa sepengetahuannya lalu lalu mencetak gambarnya. Ia mencari di lacinya temannya itu, dua meja dari tempat duduknya. Dan ketemu. “Apakah ini?” Tunjuk polisi ke sebuah foto yang diambil dari laci temannya.  Tn. Smith pun mengangguk. “Itu dia! Dimana dia tinggal?” Tanya Tn. Smith lagi. Ia menunggu keterangan dari polisi itu. Perasaannya mulai yakin bahwa ini memang diatur oleh ramalan. “Beberapa hari yang lalu seorang profesor mendatangi kami dan membawa wanita cantik sekali. Ia mengatakan bahwa ia menemukan seorang wanita yang hilang ingatan. Wanita itu untuk sementara tinggal di rumah profesor tersebut tak jauh dari sini.” Jelas Polisi itu. Ia sangat ingat peristiwa itu karena kecantikan Flos. “Maksud bapak, dia tinggal dengan seorang laki-laki?” Tanya Tn. Smith dengan mata yang membolang. Jidatnya berkerut dan mulutnya lebar. Ia tidak percaya. “Ya, dia tinggal dengan teman pria nya!” Angguk polisi. ‘Benar yang dikatakan oleh Tn. Lion. Ia tinggal dengan manusia! Mungkin dialah pria yang akan menikah dengan Flos dan mendapat keturunan campuran itu.’ Kata Tn. Smith dalam hati.  Polisi itu melihat Tn. Smith bengong. Ia menyadarkannya dan berkata setelah mendapatkan alamat jelas tempat tinggal Prof. Rei. Di dalam hati terkecilnya, ia juga ingin melihat kecantikan Flos. Ini adalah kesempatan yang baik baginya.  Dengan nada keras yang berkali-kali ia berkata kepada Tn. Smith. “Apakah kami akan mengantar Anda? Saya bisa antarkan!” Kata polisi tersebut dengan ujung kalimat yang melembut. “Terima kasih, tidak usah! Saya ada mobil sendiri, lebih enak. Saya bisa cari alamatnya sendiri!” Kata Tn. Smith yang tidak ingin ketahuan bahwa Flos bukanlah saudaranya. “Baiklah, aku akan berikan alamatnya.” Polisi itu membuat denah dan menerangkannya kepada Tn. Smith.  “Terima kasih!”  Ia pun pergi dan menaiki mobil Tn. Lion. Ia mengikuti arah jalan yang benar-benar sepi sesuai dengan nama desa tersebut.  Ia sampai di desa sunyi, di sebuah gubuk kecil di pinggir jalan. Rumah tersebut cukup jauh ke dalam karena halamannya yang luas. Untuk bisa masuk ke dalam, ada banyak kubangan lumpur yang harus dilewatinya. Jadi ia memarkirkan mobil sedikit lebih jauh dan masuk ke halaman rumah Prof. Rei dengan berjalan kaki. Jejak kakinya pun terbentuk di tanah yang lembek.  Saat di depan pintu, belum lagi mengetuknya, ia melihat sebuah cincin tergeletak disana. Ia merasakan sebuah hawa yang kuat yang membuatnya mencari ke segala arah. Ia jongkok dan meletakkan tas kopernya di sebelahnya. Cukup lama ia jongkok di depan pintu tersebut karena belum yakin bahwa itu cincin yang dipakai seorang permaisuri. Dengan sedikit keyakinan ia merasa bahwa pemilik cincin yang indah itu adalah milik putri Flos. Ia lega karena mendapatkan alamat Putri Flos tinggal.  Pintu terbuka, belum lagi Tn. Lion mengetuknya. Ia melihat Prof. Rei berdiri di depannya menghalangi cahaya keluar dari ruangan. Ia tidak bisa melihat wajah Prof. Rei karena tubuhnya membelakangi cahaya. Ia berdiri dan mengambil tasnya, lalu langsung masuk ke dalam rumah. Ia menuju kamar dan melihat putri Flos. Ia kemudian memberikan cincin milik Flos yang terjatuh di teras rumah Prof. Rei.  ‘Ternyata benar!’ Katanya dalam hati mencoba tidak bereaksi berlebihan. Ia tahu manusia akan menganggap sepele saat seseorang menunjukkan keramahan. Ia berfokus pada Prof. Rei yang melihatnya kebingungan dan berbicara sebentar dengannya. Ia kemudian memberikan kartu nama Tn. Lion dan pergi. ‘Pekerjaanku selesai!’ Katanya keluar dari rumah tersebut dan pergi dengan cepat. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD