Chapter 55 - Laporan dari Tn. Smith

1106 Words
Tn. Lion tertawa kecil melihat goblin yang baru saja lahir itu. Dia sangat takut dengan beruang bertubuh manusia dan terus menjauh saat beruang bertubuh manusia mendekatinya. Di dalam pikirannya, ia hanya tidak menyangka, makhluk itu bisa ketakutan padahal mereka sejenis. Emot, nama yang diberikannya untuk goblin tersebut, pasti takut karena tubuh beruang bertubuh manusia itu besar dan tinggi sedangkan dirinya begitu imut dan kecil.  Ia menangkap Emot yang dari tadi berlari kesana kemari karena beruang bertubuh manusia selalu mendekatinya dan mencoba menyentuhnya. Lalu ia menyuruhnya untuk berjalan sambil menggenggam tangannya menuju ruang kerjanya. Ia tidak ingin mereka merusak barang-barang yang ada di ruang lab tersebut. Tn. Lion sedang menunggu Tn. Smith. Ia ingin mendengar bagaimana perkembangan misinya. Apakah ia bertemu dengan Flos atau tidak? Apakah ia tinggal bersama orang tua atau tidak? *** Tn. Smith sampai di Gunung Jeringgat saat pagi hari. Ia tampak kelelahan tetapi menahannya sebelum bercerita tentang apa yang terjadi semalam. Ia sudah seharian tidak tidur. Lingkaran matanya hitam, dan banyak muncul keriput-keriput di bagian pipinya.  Ia langsung datang ke ruang kerja Tn. Lion. Ia sudah bangun dengan segelas s**u di mejanya. Ada sosis yang digoreng dengan tomat dan daun seledri sebagai makanan beratnya. Ia tampak menikmati makanan itu meski sudah melihat Tn. Smith masuk ke ruangannya.  Tn. Smith berjalan pelan ke tempat duduk di depan meja kerja Tn. Lion. Ia kaget melihat ada dua goblin di belakangnya.  Tn. Lion memulai percakapan dengan menyapanya dan menanyakan kabarnya. Ia tersenyum ramah dan menjawab pertanyaan Tn. Smith tentang Emot, goblin yang baru saja lahir.  “Aku baru saja menetaskannya. Aku perlu pelayan baru!” Jelas Tn. Lion sambil memperhatikan wajah Tn. Smith yang sangat kacau. “Kau sudah melakukan treatment di tempat salon-salon para Dog’s, tapi tetap saja kantung mata mu hitam dan keriput mu bermunculan!” Komplain Tn. Lion. Ia tidak melakukan treatment tersebut karena keputusan pribadi. Meski ia akan mati lebih cepat, ia tidak akan menyesal dan menghargai itu. “Beginilah jika memiliki kulit manusia. Jika aku kurang tidur, kulit ini akan berkerut. Ini akan baik-baik saja saat aku menjaga pola makan dan pola tidurku nanti!” Ucap Tn. Smith tanpa ada ekspresi yang tegas di wajahnya. Mungkin karena kerutan aneh itu membuat ekspresinya tidak keluar normal. “Memang, tapi semua treatment mu menjadi tampak sia-sia!” Kata Tn. Lion sambil mengambil sosis dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulut. Ia sangat menikmati makanannya. “Aku merasa makanan yang dijaga bisa membuat umurku bertambah, meski tidak sebanyak melakukan treatment dari para Dog’s!” “Ia tuan, aku sebenarnya tidak begitu terobsesi dengan treatment memperpanjang umur. Tapi, aku punya anak dan istri. Aku ingin melihat mereka lahir.” Kata Tn. Smith. Beruang bertubuh manusia tanpa sadar memberikannya segelas s**u dan sandwich. Ia mengucapkan terima kasih atas kemurahan hatinya dan memakannya dengan lahap. “Aku mengerti. Ini salah satu hal yang tidak ingin kulakukan. Aku tidak ingin menikah dengan Mungkit karena akan merusak sistem dari tubuh kita yang sebenarnya.” Kata Tn. Lion, kemudian ia membuat wajah iba hati. “Tapi, bukan berarti aku menyalahkanmu karena menikahi Mungkit!” Ucapnya lagi. Tn. Smith tersenyum. Ia mengerti maksud dari ucapan Tn. Lion. Ia juga berpikir yang sama awalnya sebelum ia bertemu dengan wanita yang bisa meluluhkan hatinya. “Aku mengerti.. aku mengerti… Aku yang salah karena terlalu banyak bergaul dengan mereka sehingga membuka hatiku lebih banyak mengenal wanita Bumi.” Kata Tn. Smith. “Aku ingin menceritakan apa yang kulalui semalam!” Kata Tn. Smith membuka pembicaraan. Tn. Lion langsung menghentikannya berbicara. “Bisakah kita menceritakannya di ruang tamu saja?”  “Baiklah!” Kata Tn. Smith. Mereka ingin menikmati sarapan mereka dengan tentram. Mereka tidak ingin membahas hal-hal yang serius saat menikmati makanan manusia. Mereka bercerita tentang hal-hal yang humoris dan tertawa terbahak-bahak. Saat sudah selesai makan, mereka menuju ruang tamu. Mereka duduk di kursi ruang tengah. Kursi tersebut sangat besar dan luas. Busanya juga lembut dan yang pasti lapisan kulitnya berwarna gold halus. Mereka duduk saling berhadapan. Tn. Lion duduk sambil menyilangkan kakinya. Ia juga melipat tangannya mempersiapkan diri mendengar ucapan dari Tn. Smith. “Aku sudah bertemu dengan Flos. Ia memang bersama dengan seorang pria. Itu sangat mengagetkanku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa ramalan itu benar adanya.” Kata Tn. Smith dan matanya mengarah ke kaki kursi sambil mencoba mengingat apa lagi yang perlu diceritakan. “Berarti ada laki-laki yang menolongnya?” Tanya Tn. Lion menandaskan. Tn. Smith mengangguk. Ia juga yakin bahwa pria itu mencintai Flos. Ia bisa menilai itu dari sorotan matanya yang penuh cinta. Ia bisa merasakannya dengan jelas karena ia sudah merasakannya.  “Aku sudah memberikan kartu nama, dan tinggal menunggu ia datang ke sini!” Kata Tn. Smith. Tn. Lion tersenyum. Ia tampak sangat senang sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ia sepertinya sedang menghayalkan sesuatu.  “Tapi, mengapa kita tidak langsung membawa mereka saja ke sini?” Tanya Tn. Smith. Memang itu akan lebih efektif dibandingkan menunggu seperti ini.  “Tidak, justru itu akan melanggar takdir. Jika memang ramalan itu benar-benar bekerja, mau tidak mau langkah kakinya akan ke sini. Kita tidak perlu takutkan itu.” Kata Tn. Lion memberikan penjelasan.  “Lalu apa langkah kita selanjutnya?” Tanya Tn. Smith.  “Kita perlu menunggu. Aku juga ingin kamu mengawasi Mr. Pella. Kita harus tahu langkahnya untuk bisa melindungi golongan kita.” Kata Tn. Lion. “Itu sangat berat. Aku seperti sedang tenggelam di laut luas. Hanya tinggal menunggu matinya saja!” Kata Tn. Smith yang tidak mau meninggalkan istrinya sebelum melahirkan dan ingin tetap membesarkan anaknya. “Tidak, tidak akan. Kau pasti bisa mengambil hatinya. Kita perlu mencari cara agar kau bisa selalu mengawasinya. Tapi, jangan ada yang tahu tentang ini, baik seluruh golongan tua!” Kata Tn. Lion.  “Baiklah tuan!” “Aku akan menyuruh goblin yang baru saja lahir untuk mengawasi Flos dan Profesor itu. Sehingga mereka tidak akan sulit untuk menuju ke mari. Karena alamat tempat ini memang sulit untuk dijangkau. Aku akan memastikannya melewati jalur yang cepat dan aman dan yang pasti lebih singkat!” Katanya sambil mengangguk-angguk. “Kau bisa menikahkan mereka?” Tanya Tn. Smith. “Bisa. Itu sepertinya memang tugasku. Hanya aku yang sadar ramalan ini dan hanya aku yang tahu cara membuatnya menjadi kenyataan. Aku bisa menikahkan mereka dengan perjanjian darah dengan menyatukan darah Flos dan manusia itu.” Jelas Tn. Lion. Tn. Smith tampak cemas. “Apakah ini akan melawan alam? Sesuatu pasti terjadi saat itu. Aku hanya ingin kita tetap aman!” Kata Tn. Smith. Masih dengan kecemasan tidak bisa bersama berkumpul dengan keluarganya. Tn. Lion tampak santai saja. Ia tersenyum dan berkata dalam hati, ‘Sesuatu harus dikorbankan untuk mendapatkan upah!’ 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD