Chapter 28 - Rumah Tn. Lion

1116 Words
Mobil berjalan di hutan yang pekat. Di balik gerbang tersebut masih terdapat hutan yang lebat yang dikuasai oleh pohon-pohon pinus. Berbeda dari hutan sebelumnya yang mereka lewati, pohon-pohon yang berada di daerah gerbang lebih tertata rapi. Beberapa lampu terdapat di jalan, sehingga tidak tampak menyeramkan dibanding jalan masuk yang mereka lalui tadi.  Sesekali Prof. Rei menikmati perjalanan tersebut karena suasana halaman rumah tersebut membuatnya nyaman. Tak ada ketakutan yang ditimbulkan. Malah, ia hanya ingin keluar dan menikmati pemandangan. Ia meneruskan perjalanan dan mengurungkan niatnya. Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal tersebut. Sudah mulai terlihat sebuah rumah besar mirip istana di depan mereka. Di latar belakang dari rumah besar itu terlihat jelas bintang-bintang yang berkelap-kelip. Di atap rumah tersebut terdapat benda runcing di atasnya. Dua buah patung diletakkan di depan pintu masuk. Satu menghadap air mancur dan satu lagi berada di samping kiri pintu masuk. Prof. Rei tampak takjub dengan rumah yang Tn. Lion.  “Inikah rumah Tn. Lion yang kau sebutkan tadi?” Tanya Prof. Rei kepada Emot. “Ya!” Angguknya.  Sebuah patung besar dan topiary dibentuk seperti sekat-sekat kecil berbentuk labirin di depan rumah tersebut. Saat memasuki wilayah rumah, susunan batu dibentuk di jalan di depan halaman rumah. Mobil pun berhenti di depan pintu masuk rumah. Prof. Rei melihat rumah tersebut dari pintu kaca mobil kiri. Ia kemudian melihat Emot dan menyiratkan, setelah ini, apa lagi? “Ayo, keluar!” Kata Emot. “Apakah mobil ini dibiarkan berhenti disini?” Tanya Prof. Rei.  “Biarkan saja, Tn. Lion pasti akan komplain ketika benda bergerak itu tidak seharusnya berada di sini.” Kata Emot membuat Prof. Rei mengerutkan jidat. Jawaban Emot sangat mengecewakannya. Prof. Rei pun keluar dari mobil, dan saat ingin mengangkat Flos, ia sudah tidak lagi melihat Emot. Ia tidak tahu kemana ia pergi. Pintu di depan mereka tidak terbuka.  ‘Darimana dia masuk?’ Tanya Prof. Rei yang kewalahan menaiki beberapa tangga kecil sebelum berdiri di pintu masuk. Ia menggendong Flos di tangannya. Saat sudah sampai di depan pintu, pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. “Hebat!” Ucapnya.  Ia memasuki ruang tengah rumah tersebut. Apa yang dilihatnya di luar ternyata berbeda. Ruangan tersebut tampak sangat luas. Semakin detail dilihat Prof. Rei, bahwa ruangan tersebut dicat dengan cat yang membuat ruangan tersebut sangat luas. Semua itu terbentuk membentuk ilusi ruangan.  Pernak-pernik di ruangan tersebut berwarna perak dan emas. Mulai dari hiasan dinding, pajangan, kursi dan juga marmer pasti ber-lis emas dan perak. Ia sudah tidak kuat mengangkat Flos. Ia meletakkannya di salah satu kursi panjang di ruang tamu. Ia melihat ke tangga yang sangat luar dengan karpet merah di tengahnya. Tangga tersebut sangat luas dan dihiasi oleh emas yang dikombinasikan oleh batu-batu berwarna hitam. Beberapa permata di tempatkan sebagai hiasan mata bunga yang ditempatkan di dinding-dinding menuju lantai atas. Emot tiba-tiba muncul dari salah satu ruangan dengan bunga di tangannya. Cahaya di dalam ruangan tersebut sangat terang, ia bisa melihat dengan jelas rupa dari Emot. Jika dilihat-lihat kembali, makhluk tersebut tidaklah terlalu menyeramkan. Ia berjalan menuju Prof. Rei. Ia menatap seraya berjalan dan berkata, “Tn. Lion berada di lantai atas.”  Ia menyuruhnya untuk membawa Flos ke lantai atas. Prof. Rei langsung merasa bahwa itu adalah masalah. Tidaklah mudah menggendong Flos naik ke atas menaiki tangga.  “Tidak bisakah Tn. Lion yang mendatangi kami?” Tanya Prof. Rei.  “Tidak,” menggelengkan kepalanya, “Dia sudah berkata begitu dan tidak bisa diganggu gugat.” Ucap Emot. Ia menunjuk ke tangga lantai atas. Tidak ada lagi yang namanya tawar menawar. Prof. Rei tak ada pilihan lain. Ia mengangkat putri Flos dan menaiki tangga. Tanpa pikir panjang, ia mulai menaiki lantai pertama. Ia sudah bisa membayangkan bahwa dirinya pasti akan sangat kelelahan. Ia mencoba bertahan dan terus naik. Ia tersadar bahwa ia tidak melihat Emot mengikutinya. Ia bertanya-tanya dimana dia berada.  Ia terus naik, hingga kakinya terasa akan copot. Ia tidak sanggup lagi karena tangga tersebut tidak habis-habis. Ia berjalan sepuluh menit lagi dan akhirnya mendudukkan Flos di tangga. Ia tidak sanggup untuk menggendongnya lagi. Ia mengelap keringatnya berkali-kali.  Setelah ia sudah tidak merasa lelah, ia melanjutkan menaiki tangga lagi. Ia hanya berharap tangga tersebut berakhir pada suatu pintu ruangan tempat Tn. Lion.  Sebuah pintu merah terlihat. Prof. Rei merasa senang. Akhirnya ia sampai di ruangan Tn. Lion. Ia mengumpulkan tenaga nya agar bisa sampai di depan ruangan tersebut. Saat di depan pintu, Prof. Rei berkata, “Bagaimana bisa tangga yang kami naiki itu sangat banyak dan panjang?” Padahal jika dilihat dari luar, rumah tersebut tidak setinggi tangga yang dinaikinya. Ia mendudukkan Flos dan menyandarkannya di dinding. Ia ingin meregangkan pundaknya.  Ia mengetuk pintu tersebut. Ia berteriak beberapa kali tetapi pintu tersebut tidak terbuka juga. Ia heran dan merasa mengapa semua yang dilakukannya tidak berjalan dengan baik? Ia melihat jamnya dan menunjuk pukul lima subuh. Tulang-tulangnya sudah merasa sangat rapuh. Suara langkah kaki terdengar. Kepalanya bergerak ke kanan. Ia melihat Emot dan seorang pria berjalan bersamanya. Mungkin pria di sebelahnya itu adalah Tn. Lion. Saat mereka berjalan mendekat, matanya terasa kabur. Kepalanya sakit dan kakinya tidak bisa menahan berat tubuhnya. Tepat di bawah kaki Emot dan pria yang berada di sebelahnya, Prof. Rei terjatuh dan pingsan. Emot melihat wajah pria yang tinggi di sebelahnya. Ia berbicara kepada Emot. “Bawa dia ke dalam bersama dengan wanita tersebut ya cuk!” Ucapnya.  Pria tersebut adalah Tn. Lion. Ia memiliki bulu mata yang lentik dengan pipi yang merah. Ia memakai eyeshadow berwarna terang dan eyeliner hitam dengan garis mata yang tebal. Ia memakai jas hingga ke lutut berwarna ungu, dengan aksesoris bunga di bahu kanannya. Rambutnya diwarnai pirang dengan janggut yang berwarna sama. Ia memakai sepatu tinggi berwarna hitam. Ia berdiri dan berpose layaknya bak model. Ia memberikan perintah kepada Emot untuk mengurus Prof. Rei dan Flos. Ia menarik tangan kanan Prof. Rei dan menyeretnya ke dalam. Ia mengangkat Prof. Rei di sofa dan memberikan sebuah bantal di kepalanya. Ia melakukan hal yang sama untuk putri Flos. Ia diletakkan di kursi yang berbeda dengan Prof. Rei.  Tn. Lion duduk di meja kerjanya dan menatap kedua pribadi tersebut. Emot yang sudah selesai mengerjakan perintah Tn. Lion pun berdiri di sebelahnya. Pintu terbuka dan manusia berkepala beruang masuk ke dalam ruangan tersebut. Makhluk itulah yang membuka pintu gerbang bagi mobil Prof. Rei. Makhluk tersebut di takuti oleh Emot, karena tubuhnya yang tinggi dan merupakan kombinasi dari manusia dan goblin. Ia mundur selangkah dan berlindung di belakang Tn. Lion.  “Inikah orangnya?” Tanya makhluk beruang tersebut kepada Tn. Lion.  “Ya, mereka,” tunjukkan dengan tangan yang gemulai. Ia kemudian tertawa dan merasa lucu sendiri. Ia tertawa sambil menutup mulutnya. “Kerjakan, mereka yang ada di dalam ramalan tersebut!” Lanjutnya berbicara kepada makhluk tersebut. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD