Chapter 27 - Perjalanan Menemui Tn. Lion

1162 Words
Prof. Rei berfikir yang sama. Ia tidak ingin Flos semakin parah. Ia pun berdiri dan mencoba mempercayai makhluk tersebut. Meski ia sedikit takut, sedikit bingung, dan penuh dengan kecurigaan, ia mencoba tidak menghiraukan hal tersebut. Dia naik ke dalam mobil dan melihat makhluk tersebut duduk dengan rapi tepat di belakangnya. “Kita lurus ke depan ke jalan arah gunung di desa sunyi ini!” Perintah Emot. Prof. Rei mengerti maksud dari makhluk tersebut. Ia menghidupkan mobil dan berjalan mengikuti arahannya. Tangan Prof. Rei terlihat gemetar saat memutar stir. Sesekali ia melihat kaca spionnya untuk memastikan bagaimana sebenarnya bentuk dari makhluk tersebut. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan makhluk itu di belakang. Jalan yang gelap dan sunyi menambah ketakutan Prof. Rei. Ia berusaha selama perjalanan untuk berpikir positif.  Makhluk tersebut melihat keluar kaca. Ia tampak senang berada di dalam mobil. Ia seperti anak kecil yang sedang dibawa jalan-jalan oleh orang tuanya menggunakan mobil. Ia melihat rumah-rumah, pepohonan, dan lampu yang terletak berjauhan. Ia menyadari bahwa Prof. Rei melihatnya. Ia melihat ke kaca spion juga, dan mata mereka sempat saling bertatapan.  “Mengapa kau melihatku seperti itu?” Tanya makhluk itu. Matanya sangat besar melihat Prof. Rei ketakutannya bertambah lagi. Bibir Prof. Rei bergetar tapi tidak mengeluarkan suara.  “Agar kau lebih akrab denganku, sebaiknya kita berkenalan!” Kata Makhluk tersebut. Suaranya terdengar parau. Ia berbicara dengan pelan, tetapi, cukup jelas terdengar. Prof. Rei melirik sebentar dari kaca spion. Ia berpikir, bagaimana bisa makhluk yang bukan manusia bisa berbicara. Apakah ia alien yang datang ke Bumi atau manusia kerdil yang melakukan operasi plastik demi obsesi.  “Kau bisa memanggilku Emot. Kami adalah monster dari dunia waktu!” Kata Monster tersebut. “Bisakah kamu berbicara? Satu kata pun boleh!” Katanya lagi yang menginginkan sebuah reaksi dari Prof. Rei. Ia menunggu dengan menyilangkan tangan. Jari telunjuknya bergoyang-goyang berirama ketukan lagu. Ia bingung dengan reaksi Prof. Rei. “Aku hanya masih belum mengerti saja!” Kata Prof. Rei.  “Tenang saja, takdir mu adalah menikahi putri dari Dunia Waktu.” Kata Emot. Ia melihat ke kiri mobil ke kursi Flos.  “Darimana kau tahu aku akan pergi menemui Tn. Lion?” Tanya Prof. Rei. Ia mencoba berbicara dengan santai kepada makhluk tersebut.  “Hmm,” Ia tampak berpikir. Tangannya masih menyilang. Ia tampak sulit untuk menjawabnya.  “Itu sepertinya terjadi begitu saja.” Jawabnya dengan kepala bergerak-gerak ke kanan dan kiri. “Kami hanyalah suruan! Jadi tidak bisa memilih apa yang harus kami lakukan!” “Apakah kau alien?” Tanya Prof. Rei.  Bukannya menjawab pertanyaan itu, Emot membuat mobil tersebut berhenti tiba-tiba. Ia berkata, “Jangan lurus! Spanduk yang tadi itu adalah tanda jalan masuk ke hutan. Kita melalui jalan tersebut!” Ucap Emot. Mereka melihat ke belakang. Jalur yang seharusnya mereka masuki sudah terlewati. Mobil pun bergerak mundur.  Saat hendak memasuki jalur tersebut, Prof. Rei tampak ragu-ragu. “Apakah aman melalui jalur ini?” Kata Prof. Rei yang melihat jalan tersebut hanya cukup untuk satu mobil dan tidak ada lampu di sekitar jalan.  “Tenang saja, kau akan sampai dengan tepat waktu!” Ucap Emot. Mobil bergerak maju melalui jalur yang ditunjuk Emot. Mobil berjalan dengan lambat karena tak bisa melihat dengan baik apa yang ada di depannya. Tak ada yang bisa mereka lihat di kanan dan kiri mereka. Yang bisa diandalkan hanyalah lampu depan mobil saja. Beberapa kali Prof. Rei berkomat-kamit menginginkan berkat dari penguasa dunia. “Kau bertanya kepada ku tadi, apakah aku alien, bukan?” Kata Emot, ia melihat Prof. Rei mengangguk. Ia menjawab sambil membagi perhatiannya pada jalan yang gelap.  Emot pun menjawab. “Alien tidak ada, itu yang harus kau tahu terlebih dulu. Sebutan untuk kami lebih spesifiknya disebut goblin. Kami pesuruh dari dunia waktu! Itu saja! Kami tidak bisa mencelakai manusia, kecuali..” Jelasnya. Prof. Rei mengangguk. “Apakah Tn. Lion seseorang Goblin juga?” Tanya Prof. lagi.  “Tidak, tidak.. dia berbentuk manusia seperti kalian!” Kata Emot.  Prof. Rei merasa mobilnya menjadi lebih bau. Ia berpikir bahwa bau badan tersebut berasal dari Emot. Bau badannya sangat menyengat seperti bau baju yang direndam berminggu-minggu. Dilihatnya badan Emot, ia tidak memakai baju sama sekali. Kalau begitu, bisa jadi dari bulu-bulunya lah bau tersebut berasal. Ia membuka kacanya sedikit agar bau yang berada di dalam ruangan mobil berganti.  Putri Flos bergerak. Ia merasa kesakitan dan sekarang matanya terbuka. Ia melihat ke arah Prof. Rei yang sedang menyetir. Mereka saling memandang. “Apakah begitu sakit?” Tanyanya.  Dengan mata sayup-sayup, Flos mencoba menjawab. “Aku merasa sangat lemas. Apakah kita sedang dalam perjalanan?” Tanya Flos. Ia berusaha keras membuka matanya dan duduk dengan baik.  “Ya, tunggulah sebentar lagi.” Jawab Prof. Rei.  “Kalian akan menikah dan masalah akan selesai!” Ucap Emot tiba-tiba.  Flos penasaran siapa yang mengatakan hal tersebut. Yang diketahuinya adalah hanya dia dan Prof. Rei yang ada di dalam mobil. Ia mencoba membalik kepalanya.  “Kau seorang Goblin?” Tanya Flos. Ia mencoba tersenyum. Ia sangat ingin bertemu dengan Goblin, tetapi baru kali ini ia dapat bertemu. “Hi! Benar!” Jawab Emot.  Putri Flos tidak bisa banyak berbicara. Ia kemudian tertidur lagi.  Prof. Rei mengikuti jalur satu arah tersebut. Jalan yang mereka tempuh cukup jauh dan panjang. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tiga subuh. Terkadang matanya seperti akan menutup karena begitu lelahnya. Ia mencoba bertahan dan mengucek matanya beberapa kali. Ia bertanya pada Emot apakah masih lama lagi. Emot berkata bahwa jalan yang harus mereka tempuh tidak akan jauh lagi tetapi mereka harus memperlambat mobil mereka agar tidak membangunkan binatang-binatang liar yang tertidur.  “Di depan akan ada pintu gerbang besar, itu adalah rumah Tn. Lion.” Kata Emot memberikan instruksi lagi.  Prof. Rei merasa senang, karena sebentar lagi mereka akan sampai. Beberapa menit kemudian setelah ia berjalan dengan cukup lambat seperti yang dikatakan Emot, ia akhirnya melihat sebuah pintu gerbang besar di depan mereka. Ia melihat pintu tersebut bergambar tengkorak dengan ukiran-ukiran simbol-simbol yang tidak diketahuinya. Ia berpikir, bagaimana caranya masuk ke dalam. Saat akan keluar membuka gerbang, Emot menyuruhnya untuk di dalam saja. “Jangan keluar! Kau bisa dalam bahaya. Aku saja yang keluar.” Kata Emot dan keluar menuju gerbang yang disinari lampu mobil.  Ia berjalan ke sudut kanan gerbang. Tak bisa jelas ia melakukan apa, tetapi dengan cepat ia kembali ke dalam mobil.  “Kita tunggu saja!” Ucap Emot yang terlihat ketakutan. Ia seperti baru saja melihat hantu.  “Kau kenapa?” Tanya Prof. Rei penasaran. Kepalanya berputar ke belakang. “Tidak, hanya takut saja. Sebentar lagi gerbang itu akan terbuka. Tunggu saja!” Ucap Emot.  Dalam hati, Prof. Rei berpikir bahwa bentuk Emot sudah sangat menyeramkan. Tetapi, ia juga masih bisa ditakuti oleh makhluk lain. Ia penasaran semenyeramkan apa makhluk tersebut. Suara kuat dari hantaman besi yang saling bergesek terdengar. Itu berasal dari gerbang di depan mobil. Pintu gerbang perlahan terbuka, padahal tidak ada yang membuka nya. Gerbang tersebut terbuka seperti perkataan Emot. Kepercayaan pada Emot pun bertambah. Mobil bergerak masuk setelah gerbang terbuka sempurna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD