Chapter 95 - Membaca Ingatan Jubah

2190 Words
Wish dan Chery akhirnya menaiki kereta gantung untuk makanan. Mereka keluar dari ruangan belakang kantin. Ibu Mool melihat mereka keluar dari sana dan merasa curiga.  “Mengapa kalian berada di sini?” Tanya Ibu Mool dari belakang mereka. Mereka berdua terkejut karena suara tersebut. Mereka berbalik dan tidak tahu mau jawab apa. “Aku yang menyuruh mereka masuk!” Kata Mool langsung kepada ibunya. Ia berjalan ke arah Wish dan Chery dan membawa mereka keluar. “Sebentar lagi jam delapan, mereka harus segera masuk ke asrama sebelum kepala sekolah akan menghukum mereka!” Teriak ibu Mool sepanjang mereka berjalan. Ia hanya memberikan peringatan saja. “Terima kasih!” Kata Wish dan Chery. Mool melihat Wish. “Kau tampak pucat. Sesuatu terjadi?” “Tidak.. tidak.. aku baik-baik saja. Semua aman terkendali!” Jawab Wish. “Aku tidak bisa menemani kalian! Aku antar sampai depan kantin saja ya!” Kata Mool. “Terima kasih, kau sudah membantu kami banyak!” Kata Chery kepada Mool. Lalu mereka berpisah dengan Mool di depan kantin. Chery pun akan berpisah dengan Wish.  “Besok kita akan bahas hal ini!” Ucap Chery yang tidak sempat lagi untuk berbicara karena jam malam sekolah sudah hampir tiba. Sudah ada dua kali peringatan bel berkumandang selama mereka berjalan menuju asrama. Wish sampai di asrama dan masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung tertidur di kasurnya padahal ia belum membersihkan diri. Ia sangat kelelahan.  *** Keesokan harinya, Wish mencari teman-temannya berada. Ia tidak tahu dimana mereka berkumpul setelah pelajaran usai. Saat di kelas tadi, Ardy langsung pergi meninggalkannya. Ia tidak sadar itu karena Junior dan Max mengajaknya berbicara. Wish juga ingin mengatakan sesuatu yang penting tentang apa yang dikatakan Emot. Ia mengatakan apa yang dilakukannya semalam dengan Chery. Ia menceritakan bahwa patung tersebut ternyata bergerak sendiri dan menjadi hidup. Semua yang dikatakan Emot tentang dirinya yang bisa melihat masa lalu dari benda, ia benarkan adanya. Mereka sangat kagum karena kekuatan tersebut. Max dan Junior berspekulasi sama. Mereka jadi ingin tahu apa kekuatan mereka. Mungkin mereka juga memiliki kekuatan dalam bentuk lain seperti mengeluarkan api, listrik, bisa bergerak cepat, jago dalam memakai senjata ataupun yang lain. Mereka mengatakannya sambil tertawa. Wish pun permisi kepada Junior dan Max. Ia merasa sudah memberitahukan seluruh apa yang diketahuinya. Ia ingin menjumpai teman-temannya dan membicarakan hal yang sama. Tapi, sayangnya Ardy masih marah. Ia masih tidak menyapanya sama sekali. Wish pun pergi keluar dari kelas. Pertama-tama, ia mengecheck perpustakaan. Ia tidak menemukan satupun dari mereka. Ia juga melanjutkan perjalanan menuju gedung sekolah Ohn dan Panom, tetapi, tidak ketemu juga. Ia pergi ke tempat ruangan penelitian mencari mereka tetapi tidak menemukannya. Akhirnya ia pergi ke kantin. Ia melihat mereka sedang berkumpul disana. Wish sedikit kecewa melihat teman-temannya berkumpul tanpa dirinya. Tetapi, ia mencoba tidak mengambil hati. Ia menyapa mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Melihat Wish datang, Ardy langsung pergi meninggalkan mereka. Ohn, Panom, dan Chery melihat Ardy pergi tetapi tak mencegahnya. Ia melewati Wish begitu saja. Matanya sama sekali tidak menatap Wish. Tak ada yang bisa dilakukannya.  Chery langsung menarik tangan Wish dan menyuruhnya duduk. Ia tidak ingin Wish mengikuti Ardy. “Biarkan dia sendiri!” Hambat Chery.  Wish pun duduk di sebelah Chery. Ohn dan Panom saling memandang. “Kalian..” Kata Wish ragu-ragu. Ia menggigit bibir atasnya. “Hubungan karena Sedang dalam masa buruk-buruk nya!” Kata Ohn sambil menghela nafas. “Kau sudah memesan makanan?” tanya Chery. Wish mengangguk, karena tujuannya bukanlah untuk makan siang. “Aku mencari kalian ke seluruh sekolah tetapi tidak menemukannya!” Kata Wish kesal. Dalam hati ia ingin melanjutkan ucapannya dengan mengatakan, mengapa mereka tidak memberi tahu bahwa mereka berkumpul di kantin. Tetapi Wish berpura-pura tidak tahu saja. “Maaf!” Ucap Chery kepada Wish. “Baiklah.. baiklah!” Ia menghentikan Chery berbicara. Mereka tahu bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. “Aku bisa membaca ingatan benda!” Ucap Wish dengan wajah bahagia. Mereka bingung harus berkomentar apa. Mereka saling menatap dan membolang Wish. “I..tuu.. kabar..” kata Panom gagok. Kemudian kalimat tersebut dilanjutkan oleh Ohn. “Baik!!” Lanjutnya cepat. “Apakah Ardy membicarakan tentangku?” Tanya Wish kepada mereka. Semua menjadi diam. Chery memilih kata-kata yang tepat. “Kami tidak membela siapapun atau berpihak pada siapapun. Dia hanya mengumpulkan kami untuk mengatakan bahwa ia keluar dari grup kita!” Wish langsung terdiam. “Mengapa ia tega sekali melakukannya?” Ucap Wish dengan sedih. “Tenang! Aku yakin ucapannya itu hanya dimulut saja. Kita akan cari cara bersama sama tenang saja!” Kata Ohn membuat Wish bersemangat.  Mereka tidak mau menanyakan persoalan di antara mereka berdua - mengapa mereka bertengkar. Mereka sepertinya sudah tahu cerita pertengkaran itu dari Ardy. “Apa yang kau temukan?” Tanya Panom mengalihkan perhatian. “Aku masuk ke sebuah ruangan berisi frame yang memilah-milah ingatan benda tersebut. Ingatan-ingatan itu dibagi berdasarkan tanggal terjadinya. Aku mau ml ingatan terakhirnya, ingatan di mana besar telah datang ke kapal dan membangkitkan manusia bertubuh gurita. Setelah Goblin tersebut bangkit, datanglah pasangannya, dari manusia bertubuh gurita, sepasang Titanoboa, dan kupu-kupu raksasa Greta Oto. Goblin-goblin tersebut pun pergi, ia diperintahkan Mr. Pella untuk menemui Nunc.” Jelas Wish cepat. “Nunc bukannya adik dari raja Tunc?” Kata Chery bingung. “Bukankah ceritanya dia dilemparkan ke Bumi?” Kata Ohn. “Bukankah adiknya raja adalah Mr. Pella?” Kata Ohn. “Kalau begitu, bagaimana Mr. Pella menyuruh menemui dirinya sendiri?” Ucap Wish bingung. “Bingung!” Kata Ohn juga. Kemudian Yin Sin masuk ke dalam kantin sambil berlari menemui mereka semua di meja makan. Ia datang dan berbicara dengan keras memanggil mereka. Ia memukul meja hingga mereka semua terkejut. “Yin Sin!!!” “Hei botak kau.. botak!!” Kata Panom dengan latah mengulang kata-kata tersebut. Mereka semua tertawa karena mendengar ucapan Panom yang seperti sedang memohon kepada yang kuasa dan menengadah mengangkat tangan. Mereka tidak tahu bahwa Panom bisa juga latah. “Hei!!” Marah Ohn kepada Yin Sin. Tanpa rasa bersalah ia menatap Panom, Yin Sin tersenyum dan mengatakan tidak bermaksud melakukannya. Panom melihat Chery tersenyum karena kelakuannya. Melihat itu, ia tidak jadi marah kepada Yin Sin. Ohn melihat mereka berdua saling menatap dan menggoda mereka. “Jika Panom latah seperti itu, kau lebih senang kah?”  Chery langsung berubah wajah. Ia diam saja tetapi memendam kebencian. “Bercanda!” Ucap Ohn langsung, agar ia tidak dipukul Chery. “Mengapa kau seperti dikejar setan?” Kata Chery seperti seorang preman. “Diganggu ho angka natua-tua mangkatai!” Kata Chery dalam bahasa batak yang berarti, ‘diganggu mu orang tua lagi ngomong!’ “Aku mendengar ceritamu! Kau bisa membaca ingatan benda bukan?” Kata Yin Sin. Wish kaget, kabar cepat menyebar ke yang lain. Padahal ia hanya berbicara kepada Max dan Junior. “Ya?” Kata Wish melihat jubah di tangan Yin Sin. “Sentuh baju ini! Apa kau bisa melihat sesuatu?” Katanya cepat lalu duduk di sebelahnya. Ia tidak ingin berdiri terus. “Baju siapa ini?” Tanya Wish. Meski tidak merasakan bau, tetapi ia membayangkan bahwa baju tersebut jorok dan sudah lama tidak dicuci. Yin Sin berbisik, “Kepala sekolah. Aku ingin memastikan apakah kepala sekolah kita benar-benar dirinya!” Wish mengingat suatu kejadian saat ia berada di dunia waktu bersama Mensis. Mensis juga pernah meragukan kepala sekolah. Ia merasa kepala sekolah yang dilihatnya bukanlah kepala sekolah yang dimaksud Mr. Pella. Padahal secara fisik bisa dilihat bahwa ia adalah kepala sekolah. Bagaimana mungkin ia bukan kepala sekolah? Dan sekarang, Yin Sin juga meragukan hal tersebut. Wish bertanya lagi kepadanya untuk memastikan. “Maksudmu kau curiga bahwa kepala sekolah kita yang sekarang bukanlah kepala sekolah kita yang dulu? Padahal fisiknya sama?” Tanya Wish serius. Aura-aur menegangkan mulai terbentuk. Tapi, Ohn merusaknya. Ia malah bernyanyi, “Aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu ditendang sekarang ku disayang!” Mereka semua melihat Ohn dengan perasaan gatal ingin memukulnya. “Maaf!” Kata Ohn menundukan kepalanya beberapa kali. Wish kembali melihat Yin Sin. Ia menjawab dengan mengangguk. “Emot juga mencurigai hal tersebut!” Ucap Yin Sin lagi. “Baiklah!” Mata Wish melihat jubah tersebut. “Aku akan mencobanya. Tapi dari pengalamanku dan Chery, jika benda tersebut tidak memiliki ingatan, biasanya tidak terjadi apa-apa.”  “Oke.. bisa kau coba!” Wish meletakkan tangannya dan mengucapkan mantra yang biasa. Mantra tersebut bekerja. Wish masuk dibawa ke sebuah ruangan yang gelap lagi, sama seperti yang dilihatnya saat membaca ingatan patung di kapal.  Ia kemudian memilih ingatan terakhir dari jubah tersebut. Ia masuk ke dalam Frame dan suasana berubah.  Wish berdiri di ruang pertama sebelum ruang kantor kepala sekolah. Sewaktu akan masuk ke dalam ruang kantor kepala sekolah, ada ruangan tempat Wish berdiri sekarang. Di ruangan tersebut ada sebuah cermin besar yang menghadap ke lorong di depannya. Lorong itulah yang menghubungkan ruang awal dengan ruang kepala sekolah. Pintu terbuka. Ia melihat seseorang berjalan dengan terburu-buru menuju lorong yang gelap yang ujungnya adalah ruangan kepala sekolah. Di dadanya terdapat toples-toples jiwa yang dipeluk erat. Wish tahu tentang toples yang dibawa oleh pria tersebut. Ia mengikutinya hingga sampai di ruang perpustakaan. Pertanyaannya adalah mengapa toples tersebut berada di luar ruangan kepala sekolah. Sebelumnya, ia tahu bahwa toples itu berada di ruang perpustakaan Mr. Pella. Ia mengabaikannya karena tahu tak akan mendapat jawaban. Saat sampai di ruang perpustakaan - ruangan sebelum kantor kepala sekolah, Wish bisa melihat dengan lebih jelas. Pria tersebut memakai jubah hitam tipis dan panjang. Ia melepas topi dan merapikan jubahnya, lalu mengetuk pintu ruang kepala sekolah dengan gugup. Sepertinya ia takut dimarahi. Setelah di buka topi jubahnya, ternyata pria tersebut adalah Mr. Six. Wish sadar bahwa jubah yang dipakai Mr. Six, sama dengan jubah yang diberikan oleh Yin Sin tadi.  Ia mengikuti Mr. Six masuk ke ruangan tersebut. Ia meletakkannya di meja Mr. Pella lalu menyusunnya sesuai dengan waktu pembuatan dari setiap toples jiwa. Mr. Pella memberikannya pil kepada Mr. Six. Dan seketika, Mr. Six menyerupai Mr. Pella. Kemudian, Mr. Pella memberikannya perintah apa saja yang harus dilakukannya selama ia pergi. Salah satu perintahnya adalah membangkitkan ketiga legenda goblin dan robot penelitian.  Wish kaget. Ternyata, selama ini. Mr. Six-lah yang membangkitkan goblin dan robot penelitian. Sayangnya, ia tidak tahu tujuan dari Mr. Pella melakukannya.  Mr. Pella memberikan perintah agar Mr. Six yang sudah diubah menyerupai dirinya keluar dari ruangan itu. Wish tak tahu apa yang dilakukan Mr. Pella di dalam ruangan tersebut. Dengan rasa penasaran, Wish mencoba masuk ke dalam ruangan Mr. Pella, tetapi tidak bisa. Itu semua dikarenakan, ingatan dari jubah Mr. Six tidak termasuk dalam ruangan Mr. Pella.  Ia mengamati Mr. Six yang menyerupai Mr. Pella. Ia duduk dengan gelisah Dan beberapa kalau melihat tangan dan bajunya. Ia tidak percaya, dirinya di rubah menjadi kepala sekolah. Di dalam hatinya ia ingin sekali balik ke nn wujud aslinya. Sayangnya dia tidak bisa memberitahu siapa-siapa.Terpikir untuk memberitahu Cat, tapi ia masih belum yakin. Terdengar suara desis yang cukup kuat dari ruangan Mr. Pella. Dalam sekejap soal tersebut hilang. Mr. Six pun memastikannya dengan masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Ia melihat tidak ada orang di sana. Kepala sekolah sudah menghilang. Bagi Wish itu suatu kejanggalan. Bagaimana bisa ia menghilang secara tiba-tiba. Toples jiwa yang ia lihat di meja juga tidak ada lagi. Ingatan tersebut pun selesai ketika Mr. Six melepas jubahnya dan duduk di meja milik Mr. Pella. Wish tersadar. Ia melihat teman-temannya menatap dirinya dan terlihat menyeramkan. Ia mengucek matanya karena terasa gatal.  “Mengapa tatapan kalian seperti itu?” Tanya Wish. Mereka berebutan berbicara. “Kau cukup lama diam saja!” “Apa yang kau lihat?” “Apakah ada informasi yang kau dapat?” “Kepalamu sakit?” Ia tidak bisa memastikan pertanyaan dan pernyataan itu dari siapa, karena pandangannya sedikit kabur. Ia kembali mengucek matanya lalu meminta air minum. Mereka pun berhenti berbicara. Ia merasa lebih baik dan menarik napas sambil secara perlahan membuka kelopak matanya. “Mataku sempat kabur. Tapi, sekarang baik-baik saja!” Jelas Wish memberikan penjelasan dan mengatakan kondisinya sekarang agar mereka tidak khawatir. “Apa yang kau lihat di dalam ingatan benda itu?” Tanya Yin Sin tak sabaran. “Yang kalian lihat sekarang bukanlah kepala sekolah. Ia adalah Mr. Six yang diubah menyerupai Mr. Pella.” Jelas Wish singkat.  Yin Sin langsung menepuk kedua tangannya. “Sudah kuduga. Ternyata ia bukan Mr. Pella!” Ucap Yin Sin sambil menggigit bibir bawahnya. “Mengapa kau berpikir seperti itu?” “Aku memperhatikan tingginya. Saat ia masuk ke dalam lorong perpustakaan sekolah, aku melihat dia tidak menunduk. Padahal, aku selalu perhatikan ia selalu menunduk. Saat aku melihat buku apa yang diambilnya, bukanlah buku tentang wanita, melainkan buku tentang habitat hewan. Aku bisa merasakan kejanggalan itu!” Jelas Yin Sin. Mereka merasa Yin Sin terlihat aneh dengan penglihatannya.  “Maksudmu, kau tahu hanya dengan memperhatikan tingginya?” Kata Chery. Yin Sin mengangguk. “Itu tidak masuk akal. Sampai seperti itu detail yang bisa kau perhatikan?” Kata Panom dengan rasa bangga. “Apakah itu suatu kekuatan?” Tanya Yin Sin dengan imajinasi liarnya. Mereka semua menyipitkan mata. Mereka tidak ingin menjawab, tetapi tidak ingin menyakiti hati Yin Sin juga. Mereka hanya berkata serentak, yaitu Chery, Panom, dan Ohn, “Ya.. ya.. ya..!” sambil menganggukkan kepala mereka bersamaan juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD