Chapter 94 - Goblin Legenda Bangkit

1123 Words
Akhirnya setelah berjalan kaki jauh, mereka sampai di ujung bagian depan kapal. Angin berhembus dengan kuat dan petir mulai menyambar. Mereka saling menatap dengan ketakutan. Mereka berharap semoga tidak terjadi hujan saat berada di dalam kapal tersebut. “Kita harus cepat!” Ucap Wish. Ia menaiki besi pembatas untuk bisa menjangkau tempat patung itu sebelumnya.  “Wait!” Kata Chery menahannya.  “Kau bisa jatuh bila begitu caranya. Aku rasa itu bukan ide yang tepat!” Kata Chery dengan ketakutan. Resiko ia terjatuh sangat besar.  “Bagaimana jika kamu pingsan karena kelelahan dalam melihat masa lalu? Kau sering pingsan dan sakit kepala!” Kata Chery lagi dan masih mondar mandir mencari solusi. “Jadi bagaimana?” “Aku rasa kau cukup telungkup dan jangkau bagian yang di dapat tanganmu saja!” Jelas Chery.  Wish telungkup dan menjangkau bagian depan kapal dengan tangannya. Tetapi, ternyata cara tersebut tidak berhasil. Tangannya tidak sampai menjangkau bagian depan kapal.  “Aku akan tahan kakimu! Kau bisa keluarkan kepalamu dan menjangkaunya!” Kata Chery lagi. Mereka pun melakukan seperti itu. Dengan terpaan angin yang kencang dan sangat dingin, Separuh bagian tubuhnya berada di luar kapal, dan Chery memegang kakinya agar tidak terjatuh. Wish menutup mata dan mengucapkan mantranya. Tak berapa lama, ia langsung masuk ke masa ingatan benda tersebut. Ia seperti sedang masuk ke dalam lubang hitam yang panjang dan gelap, lalu terjatuh sebuah ruangan gelap. Ia melihat frame-frame video di sekelilingnya. Setiap frame menunjukkan ingatan dari benda tersebut. Ia sekarang tahu bahwa situasinya seperti sedang di penyimpanan handphone. Dan dia sedang berada di ruang gallery ingatan.  Seperti sedang berbelanja, ia melihat satu persatu ingatan benda tersebut, dan mencari ingatan terakhir. Ia melakukannya dengan cepat, agar bisa siap dengan cepat juga. Ia mendapatkan ingatan terakhir dengan gambar angin laut sebagai bagian gambar frame pertamanya.  Ia kemudian masuk ke dalam frame tersebut agar bisa melihat apa yang terjadi di sana. Wish sangat takjub saat memasukinya. Ia melihat situasi langit yang gelap dan petir dimana-mana. Angin juga bertiup kencang seperti hari ini. Ingatan tersebut dimulai sekitar jam enam sore, di antara perpindahan terang ke gelap. Ia berdiri di tempat yang sama di ujung depan bagian kapal.  Kemudian ia melihat seseorang berjubah hitam menatapnya. Wish berteriak karena orang tersebut mendekatinya berdiri. Saat orang tersebut mendekat, ternyata ia melewati bagian tubuh Wish dengan mudah seperti seseorang yang dilewati roh. “Dia tidak melihatku!” Kata Wish sedikit lega sambil mengelus dadanya dan menghembuskan napas dengan kuat. “Aku lupa ini tidak sungguhan!”  Ia memperhatikan orang yang memakai jubah hitam itu. Ia tidak berani mendekat, karena baginya ini terlihat realistis. Orang berjubah hitam tersebut melihat ke bawah ke arah patung. Wish bisa melihat patung manusia bertubuh gurita masih ada. Ia mengangkat tangannya dan kepalanya menengadah ke atas. Ia meneriakkan sebuah kata-kata dan mulutnya komat-kamit. Hujan kemudian menjadi sangat deras. Seluruh bagian kapal menjadi basah. Ia sepertinya tahu bahwa hari akan hujan, jadi ia langsung memakai jubah anti air.  Wish berupaya melihat wajah orang tersebut. Ia terkejut, bahwa itu adalah Mr. Pella. Tiba-tiba suara dentuman terdengar keras, tetapi tidak berasal dari petir. Ia bingung dari mana asal suara tersebut. Ia kemudian melihat patung tersebut bergerak dan terlepas dari badan kapal.  “Patung tersebut menjadi hidup!” Ucap Wish sambil menutup mulutnya. Ia mendekat ke pagar pembatas untuk memastikan apa yang dilihatnya benar. Manusia bertubuh gurita tersebut meloncat ke air dan memandang Mr. Pella. Mereka saling menatap cukup lama. Wish yang kaget langsung mundur seketika karena takutnya. Ia berpikir bagaimana bisa patung tersebut menjadi hidup. Mr. Pella berbicara bahasa yang aneh. Wish berkonsentrasi dengan ucapannya, karena hujan yang deras membuat ucapannya menjadi samar-samar. Ia mengerti bahasanya sekarang.  “Pergilah, jumpai tuanmu, Nunc! Kau hanya bisa menerima perintah darinya. Pergilah sekarang bawa semua goblin legenda bersamamu!” Ucap Mr. Pella. Kemudian ia melihat kupu-kupu raksasa Greto Eto terbang di atas manusia bertubuh gurita. Ia terkesima dengan indahnya kupu-kupu tersebut. Besarnya kupu-kupu itu mengimbangi besar dari manusia bertubuh gurita tersebut. Kemudian muncul lagi pasangan dari manusia bertubuh gurita yang ada di depan sekolah. Ia berada di sebelah pasangannya sejajar. Tak lama kemudian, muncul dari belakang mereka dua ular Titanoboa yang mengangkat kepalanya. Wish berteriak sekeras-kerasnya. Ular tersebut berdiri di atas kapal tersebut.  Mr. Pella dengan wajah ketatnya hanya memandangi ular-ular tersebut dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakannya kepada manusia bertubuh gurita tersebut.  Wish sadar, bahwa bahasa yang digunakan oleh Mr. Pella adalah bahasa penduduk dunia waktu. Ia ingat bahasa tersebut sama persis saat ia bertemu dengan makhluk dari penjaga permata saat di Petra.  Setelah semua gobin legenda itu berkumpul, mereka pun pergi dengan cepat dan Mr. Pella kembali menuju sekolah. Di akhir dari ingatan tersebut, Wish kembali ke ruangan hitam dengan frame-frame ingatan yang lain. Ia tidak akan melihat ingatan-ingatan yang lain, dan Wish pun tersadar. Ia tersadar sambil tersedak batuk. Chery pun menarik kakinya, hingga ia aman untuk berdiri. Ia menepuk-nepuk punggung Wish agar batuknya lebih cepat reda. “Kau baik-baik saja?” Wish mengangguk menjawab Chery, tapi sambil batuk. Kemudian mereka mendengar suara langkah kaki. “Sepertinya ada seseorang datang!” Kata Chery pelan. Wish berupaya menahan batuknya. Chery melihat bahwa kapten kapal tersebut sedang mencari asal suara yang didengar sebelumnya.  Ia membantu Wish berdiri dan bersembunyi. Suara petir kemudian menyambar sangat kuat. Kapten pun masuk ke dalam kapal. Saat itu juga Chery merangkul Wish dan mereka berjalan menuju sampan mereka berada. Chery merasa beruntung, karena hujan belum juga tiba. Jika terjadi hujan, mereka akan kesulitan mendayung sampan mereka. Sebelum terjadi, Chery berusaha sekuat tenaga untuk membantu Wish berjalan dengan cepat.  “Ayo!” Kata Chery di depan tangga yang harus diruruni Wish.  Meski dalam keadaan lemas, Wish tetap menuruni tangga. Ia mencobanya sekuat tenaga, lalu disusul oleh Chery. Mereka dengan cepat mendayung sampan dan diam-diam masuk ke dalam gudang makanan. Saat berada di gudang makanan, hujan deras pun turun disertai guntur yang kuat.  Wish sudah bisa berdiri dengan baik. Chery tidak perlu merangkulnya lagi. Ia berkata pelan kepada Chery, “Kasihan awak kapal itu, mereka belum juga sadar.” “Itu diluar kuasaku!” Kata Chery menjawab dengan berbisik. Mereka mengamati ruangan tersebut. Ruangan itu lebih longgar dibanding saat pertama sekali mereka sampai. Mereka mulai menyusun rencana. Pelayan tersebut masih bekerja mengirimkan makanan. Mereka pun sepakat akan masuk ke dalam kotak makanan setelah pelayan tersebut selesai. Jika pelayan tersebut selesai, berarti ayah Mool, juga akan selesai. Mereka pun tidak ketahuan.  Terdengar suara dari speaker berkata, “Satu tandan pisang dan tepung terigu lagi, dan besok akan kita lanjutkan!” Terdengar suara pesan dari ayah Mool kepada pelayan. Mereka senang karena mereka bisa segera pulang. Mereka masih menunggu di balik drum besar dan sekaligus beristirahat. Suara hujan masih terdengar keras. Mereka dapat bicara dengan lebih baik tanpa takut pelayan tahu hal tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD