Chapter 96 - Membuktikan Wish Akurat

2384 Words
Wish belum selesai mengatakan semuanya. “Ada kejanggalan yang lain juga!” Ucap Wish yang menyimpangkan perhatian mereka semua. Mereka kembali melihat Wish dengan serius. Memang, mereka belum sempat memuji dan menyatakan kekaguman mereka karena kekuatan Wish itu. Dalam hati mereka, Wish sudah seperti superhero yang bisa membaca masa lalu. "Aku melihat Mr. Pella menghilang membawa toples jiwa di ruangannya. Ia menggubah Mr. Six menjadi dirinya, agar murid-murid tidak curiga." Ucap Wish. "Kemana dia pergi?" Tanya Chery. Wish menaikkan pundaknya. "Mencurigakan bukan?" Jawab Wish. "Apa kalian tidak salah?" Ucap Ohn memotong percakapan.  Mereka melihat Ohn. Ia menunjuk ke arah luar kantin. "Itu Mr. Six!" Tunjuknya yang berjalan melewati kantin. Mereka melihat dan memastikannya. Memang benar bahwa itu adalah Mr. Six. "Apakah yang kau lihat itu benar?" Tanya Ohn ragu. "Apa kau benar-benar melihat bahwa Mr.Six lah yang diubah menjadi kepala sekolah?" Kata Panom yang sangat penasaran. Wish diam. Ia tampak terkejut. Ia menjadi ragu dengan apa yang dilihatnya. "Apa itu cuma imajinasimu saja?" Kata Chery lagi. Mereka semua bingung. Yin Sin tidak berkomentar apapun. Ia berpikir keras mencari logika di balik kejadian tersebut. "Bagaimana kalau kita cari Mr. Pella? Jika Mr. Pella ada, dan Mr. Six ada, berarti ..!" Ucap Yin Sin. Ia tidak bisa juga mengatakan bahwa itu tidak benar. Tetapi, ia yakin bahwa pasti ada alasannya. "Berarti apa?" Tanya Ohn. "Berarti benar!" Lanjut Yin Sin dengan senyuman dan kepala yang dimiringkan. "Bukannya harusnya salah?" Kata Chery. "Tetap benar!" Kata Yin Sin memelas. "Sudah, sebelum pergi jauh, kita harus mengejarnya!" Lanjut Yin Sin lagi dan berdiri. Chery bergumam, "Padahal kita belum makan pesanan kita!"  Ohn mendengar ucapan Chery. "Mengapa tidak tunggu siap makan dulu. Aku baru memakannya setengah!" Panom yang sudah habis makanannya dengan cepat berdiri dan berada di belakang Yin Sin. Ia tidak banyak bicara, jadi ia yang paling cepat menghabiskan makanannya. Mereka berdua menatap tiga orang itu yang belum bergerak. Ia memanggil mereka dengan gerakan tangan saja. "Hello!" Kata Yin Sin lagi dengan kuat agar mereka sadar. Ia memanggil dan membentak mereka agar bergerak cepat. Dengan terpaksa mereka berdiri dan mengikuti Yin Sin. “Aku rasa kita akan ketahuan!” Bisik Ohn kepada Panom. “Kenapa?” “Lihatlah, kita ada lima orang!”  *** Mereka keluar dari kantin dan mengikuti Mr. Six didepan mereka. Ia menuju ruang guru. Ia masuk ke dalam dan berbincang dengan para guru lainnya. Beberapa guru terlihat berdiskusi, dan yang lain mengobrol sambil memegang secangkir kopi plastik.  “Tak ada yang aneh!” Ucap Yin Sin. “Benar, yang ku bilang. Bisa jadi Wish salah!” Kata Ohn. “Memang kau ada mengatakannya?” Tanya Yin Sin kepada Ohn.  “Ada!”  “Aku tidak mendengarnya!” Jawab Yin Sin kesal. Mereka masih berdiri dipintu terlihat mencurigakan. Mr. Six tiba-tiba berada di belakang mereka. Ia menanyakan mengapa mereka berkumpul di depan kantor guru. Mereka tidak bisa pergi seenaknya di lingkungan sekolah, dan Mr. Six menandaskan itu. Yin Sin punya ide. “Aku ingin menjumpai kepala sekolah, Pak!” Kata Yin Sin spontan agar mereka tidak dikenai sanksi karena melanggar peraturan sekolah.  “Mr. Pella ada di kantornya, bukan di kantor guru!” Kata Mr. Six dengan wajah ketat. “Terima kasih pak! Kami permisi,” kata Yin Sin dan menunduk. Mereka tersenyum dan pergi dengan cepat.  “Sangat memalukan!” Kata Ohn. “Untuk kita tidak mendapat disiplin!” Ucap Panom yang masih berjalan dengan cepat.  Tak jauh dari ruang guru, ada pohon yang rindang dan dibawahnya ada tempat duduk. Mereka berebut untuk duduk disana. Wish, Yin Sin, dan Panom duduk duluan, sedangkan Chery dan Ohn kesal tidak mendapatkannya. Panom yang sadar Chery tidak mendapat tempat duduk, langsung berdiri. Tanpa kata yang keluar dari mulutnya, hanya gerakan tangan saja, ia mempersilahkan Chery untuk duduk di tempatnya.  Chery tentu saja tertegun. Ohn langsung berupaya merebutnya, tetapi dihentikan Panom. Chery cepat-cepat langsung duduk. “Ribet!” Kata Yin Sin.  “Apa benar kepala sekolah ada di ruanganya?” Tanya Yin Sin yang masih penasaran. “Iya, bagaimana menurutmu?” Ohn melihat Yin Sin di awal, tetapi di ujung kalimatnya, ia bertanya pada Wish.  “Aku tidak tahu. Tapi, apa bisa ingatan benda yang dibaca bisa salah?” Kata Wish. Ia benar-benar yakin dengan ingatannya. “Mungkin kita perlu mengujinya lebih dulu!” Kata Chery tanpa berpikir.  Yin Sin langsung mendapat ide. “Benar! Coba kita cari benda yang bisa dibaca Wish, dan kita pastikan kebenaranya!”  “Itu sangat berguna ketika menemukan sebuah benda dan mencari siapa pemiliknya!” Kata Ohn emnambahkan. “Benda yang hilang? Kita bisa lakukan itu sepertinya!” Ucapn Panom dengan bibir tipisnya. Ia tersenyum nakal menunjukkan mereka sesuatu. “Ayo, kita perlu pergi ke sebuah tempat!”  Panom membawanya ke belakang asrama. Di belakang asrama pria, ia dan Chery pernah membuat lagu disana. Akhir-akhir ini ia pernah ke sana dan menemukan sebuah benda aneh yang mirip seperti playsdisk. Benda itu kecil dan berwarna hitam. Benda tersebut tampak berharga dan pasti seseorang telah menjatuhkannya tanpa sengaja. Panom ingin menguji Wish untuk menemukan siapa pemilik benda tersebut.  Saat mereka sampai di sana, ia mencari benda itu di dekat tembok sekolah asrama. Mereka mencarinya dari ujung ke ujung. Panom masih melihat benda itu. Benda itu berada di bawah batu besar. Diambilnya alat tersebut dan dilihatnya perlahan. Ia merasa benda itu benar-benar kuat. Tak ada lecet dan kerusakan sama sekali. Padahal ia tahu benda itu ada di sana sudah seminggu lebih. Ia memberikan benda tersebut kepada Wish.  “Ini!” Ohn langsung mengomel. “Bagaimana jika kita ke sini, dan ternyata benda tersebut sudah hilang?” Panom tersenyum lepas. “Kenyataannya tidak!” Ucapnya berusaha membuat Ohn kesal. Untuk membalasnya, Ohn menunjukkan wajah sangarnya kepada Panom.  “Aku akan coba,” kata Wish sambil melihat benda tersebut. Dibersihkannya sedikit benda itu, lalu mulai menutup mata dan membaca mantra. Ketika ia sudah selesai membaca ingatan benda itu, Wish melihat dengan wajah mencurigakan. Ia sedikit bingung untuk berbicara kepada mereka. “Kenapa?” Tanya Ohn. “Kau tahu orangnya?” Tanya Yin Sin. Chery melihat Wish sudah tidak merasa kesakitan lagi. Ia tidak mengatakannya, tetapi ia mulai sadar bahwa Wish hanya perlu sering melakukannya dan akhirnya terbiasa. “Katakan!” Ucap Ohn penasaran kepada Wish. “Siapa?” “Aku tidak tahu namanya!” Kata Wish. “Lalu apa yang kau lihat?” Kata Yin Sin mendekat kepada Wish. “Aku bingung. Karena ingatan benda tersebut hanya bagian d**a ke kaki. Si pemilik selalu memasukkannya ke dalam kantong dan memakainya saat berada di dalam kelas. Ia hanya menyentuh jarinya di alat tersebut.” Jelas Wish. “Berarti clue kita hanyalah bagian d**a ke kaki!” Ucap Chery.  “Apakah ada yang mencurigakan lagi?” Tanya Yin Sin. “Misalnya seperti, warna bajunya, kelasnya, atau seseorang yang berada di sebelahnya, atau tempat yang sering dikunjunginya?” Kata Ohn memberikan Wish penalaran. “Aku ingat! Dia memakai gelang kaki hitam, dan ada gambar lonceng di kakinya!” “Apakah dia laki-laki atau perempuan?” Tanya Ohn. “Laki-laki!” “Bagaimana dengan jurusannya?”  “Dia memakai baju putih, jadi aku tidak tahu jurusannya. Semua tingkat tiga memakai baju putih!” Kata Wish. “Berurusam dengan anak tingkat tiga pasti sulit. Apalagi jika kita mengamati kita!” Kata Panom yang membuat mereka takut. “Kita coba saja!” Mereka mencoba melihat murid-murid yang memakai gelang kaki di tempat-tempat murid tingkat tiga berada. Wajah mereka selalu ke bawah. Ohn hampir saja menabrak tiang gedung. Jika tidak dihentikan Yin Sin, kepalanya pasti akan tumbuh daging sebesar bola kasti. Sudah sejam mereka melakukannya, dan semua menyerah. “Apakah tidak ada yang lain?” Ucap Ohn kesal. “Ini sangat sulit! Aku tidak menemukan murid yang mengenakan gelang kaki!” Kata Chery yang ikut mengeluh. “Ini memang sulit!” Kata Yin Sin menatap Wish.  Wish tidak tahu harus bagaimana membantu mereka lagi. Tapi ia juga tidak ingin kekuatannya diragukan. Ia mencoba mengingat apa yang bisa dijadikan clue.   “Hmm.. mungkin ini akan membantu!” Kata Wish dan lama melanjutkan kalimatnya.  “Aku melihat dia sedang memegang sebuah surat. Di dalam surat tersebut dituliskan, juara pertama Fisika.”  “Wishhhh..” kata Chery panjang. “Itu petunjuk yang sangat penting, mengapa baru sekarang mengatakannya!” Lanjutnya sambil berjalan ke gedung ilmu alam tingkat tiga. Ia pergi duluan tanpa mengajak teman-temannya.  “Dia kenapa?” Kata Ohn yang bingung dengan sikap Chery. “Aku mengerti perasaanmu, Men!” Rangkul Yin Sin lalu pergi mengikuti Chery. Ohn, dan Panom memandang Wish dengan kebingungan, sebenarnya apa yang terjadi. Tapi, mereka tidak mau berlama-lama. Mereka pun memanggil Chery dan Yin SIn, agar menunggu mereka.  Sesampainya di gedung ilmu alam, gedung tersebut berwarna putih dengan gambar-gambar lukisan yang indah dan mewah. Sepanjang lorong selalu dihiasi dengan lukisan atau di lengketkan ukiran-ukiran unik dari kayu.  “Apakah ini ilmu budaya?” Tanya Chery mengingat ilmu yang dipelajarinya. “Siapa yang memiliki ide seperti ini?” Kata Ohn lagi yang terdiam menatap sebuah patung kayu yang tidak dimengerti bentuknya seperti apa, tetapi mata tetap ini memandangnya.  “Mereka sepertinya bekerjasama dengan ilmu budaya!” Kata Chery yang tak berhenti menatap. “Kalian lupa, kita sedang mencari apa disini?” Kata Wish dengan tegas. Mereka pun berhenti memuji apa yang mereka lihat. Mereka melihat kelas per kelas. Di dinding kelas akan ada layar yang menunjukkan tiga peringkat tertinggi di dalam kelas tersebut. Mereka memasuki satu persatu kelas hingga menemukan siapa yang juara satu Fisika. Sudah ada puluhan kelas yang dilihat, tetapi hasil belum ada.  “Tingkat tiga tahun ini memang banyak sekali. Kelasnya saja sampai puluhan begini!” Kata Ohn. Chery langsung berasumsi. “Bisa jadi, ada banyak yang gak lulus dan harus mengulang!” Ucapnya dengan kalimat yang cukup kasar.  Mereka semua berhenti hingga Chery sadar teman-temannya tertinggal di belakang.  “Ayo!” Ucapnya. Tapi, tatapan teman-teman mereka seperti akan menerkamnya. “Ayolah, itu hanya ungkapan tanpa dipikir saja!” Kata Chery membujuk temannya.  Teman-temannya bukannya tidak ingin mendekat. Tetapi, di belakangnya ada pria bernama Lexci, yang merupakan murid yang paling disegani ti tingkat itu. Ia berdiri di belakang Chery. Tetapi, ia tidak sadar. “Apa kamu menuduhku termasuk salah satu murid yang tinggal kelas di tingkat ini?” Kata Lexci senior mereka.  Chery melihat ke belakang secara perlahan karena ekspresi teman-temannya. Ia tersenyum dengan mudahnya dan meminta maaf kepada senior itu. “Darimana kamu tahu kami banyak karena tinggal kelas?” Kata Lexci kembali yang merasa dipermalukan. Ia juga semakin kesal karena tidak ada pembelaan yang keluar dari mulut Chery. Dengan siasat licik, Chery menggunakan pesonanya. Ia memegang rambutnya, lalu merapikannya dan berpose layaknya model. Mata Lexci berhadapan dengan Chery. Tetapi, tidak ada reaksi darinya terhadap pesona yang ditunjukkan Chery. Ia kemudian berputar dan menunjukkan pose yang cute. Tetapi, Lexci tampak kebingungan. Wish yang melihat dari jauh, tahu apa yang sedang dilakukan Chery. Ia berkata, “Berbalik!” dengan keras. Ia membantu Panom melakukannya dengan cepat. Sayangnya kurang cepat yang membuat Panom sedikit mimisan. Wish memberikannya tissu dan ia menghadap ke belakang dengan wajah mengengadah ke atas. “Apa yang sedang dilakukannya?” Kata Yin Sin kesal. Ia menggelengkan kepala karena tahu usahanya akan sia-sia. “Apa yang sedang kau lakukan? PERGI!” Teriak Lexci dengan keras. Tak ada pilihan lain. Mereka sudah di usir dari gedung itu. Dengan terbirit-b***t, seperti melihat setan, mereka keluar dari gedung. Di depan gedung mereka mengatakan sumpah serapah sambil menjulurkan lidah seperti anjing karena lelahnya. Ohn menatap Chery. “Ucapanmu tidak bisa di kontrol. Akhirnya kita tidak bisa masuk ke dalam kelas!”  Chery berkata membenarkan diri. “Mengapa dia tidak bereaksi?” Yin Sin melihat langit dan menggelengkan kepala karena kebodohan Chery. “Kau tidak bisa menggodanya. Dia Aseksual!” Ucap Yin Sin. HAAA….. Mereka semua terkejut. Sekarang menjadi masuk akal. Chery baru tahu ternyata pesonanya bisa juga tidak bekerja pada pria atau wanita yang aseksual. “Aku tidak percaya! Ada yang bisa menolak keindahan tubuhku!” Kata Chery tidak percaya.  Mereka sudah cukup beristirahat. Mereka duduk berjajar di depan gedung putih milik tingkat tiga. Mereka diam saja merenungi apa yang mereka lakukan hari ini. Tiba-tiba terdengar kelompok-kelompok berbisik pelan sedang menggosipi pria yang sedang berjalan menuju gedung.  “Diakah yang dulunya bodoh sekarang menjadi juara?” “Bisakah rangkin terakhir menjadi rangking pertama?” “Aku yakin dia pasti mengopek!” “Mungkin ada seseorang yang memberikan jawabannya!” “Dia siswa terbodoh, dan sekarang menjadi yang terbaik!” “Aku mendengar dia menjadi bodoh kembali di ujian terakhir ini!” Saat dia sadar bahwa teman-temannya sedang mengosipinya ia mencoba menghiraukan. Tetapi ternyata tidak sanggup lagi. Ia pun pergi menuju belakang sekolah dengan sedih.  Panom entah mengapa melihat kakinya. Ada gelang hitam di pergelangannya. Ia memberitahu yang lain, tapi sayangnya mereka tidak sempat melihatnya.  “Kita coba cari tahu tentang dia!” Ucap Yin Sin. Ia memiliki ide bagaimana caranya. Yin Sin dan Panom merupakan pria populer di sekolah. Mereka adalah pria-pria yang dikagumi para wanita. Mereka melihat kakak kelas mereka melihat sesekali dengan penasaran ke arah mereka.  “Kita juga harus menggunakan pesona kita!” Ucap Yin Sin kepada Panom. Tetapi, ia tidak mengajak Ohn. Padahal, dia juga salah satu dari pria seksi pilihan sekolah. Mereka berdua berjalan mendekati para gadis itu dengan berjalan bak model profesional.  “Jangan cemburu!” Bisik Ohn kepada Chery. Ia senang sekali menggoda Chery. Tanggapan Chery hanya menggertak saja. Ia tidak ingin adu argumen dengan Ohn. “Hi!” Sapa Yin Sin. Mereka berteriak histeris mendengar sapaan itu. “Ada apa adek ganteng?” Kata salah satu wanita di situ. “Kami ingin bertanya siapa dia yang lari tadi? Mengapa banyak yang menatapnya dengan tajam?” Tanya Yin Sin menunjuk arah pria tersebut pergi. “Dia adalah juara satu Fisika. Baru-baru ini ia sangat pintar padahal sebelumnya ia di peringkat terakhir. Banyak yang tidak suka padanya karena ada yang mengatakan bahwa ia mendapatkannya dengan melakukan kecurangan!” Jelas mereka. “Apakah ada buktinya?” Tanya Panom. Sambil senyum-senyum sendiri, wanita disebelah sudut di dekat wanita pertama berkata, “Belum!” lalu melipat tangannya dan melihat ke bawah dengan malu. “Oh, begitu! Kalau begitu, terima kasih!” Kata Panom, dan Yin Sin menunduk permisi.  Yin Sin kembali ke tempat Wish dan yang lainnya menunggu. Ia memberitahukan kepada yang lain, bahwa memang benar murid senior tersebut adalah murid tingkat pertama Fisika. Mereka pun mengejarnya ke belakang asrama. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD