Chapter 44 - Keindahan Sebuah Mawar

1164 Words
Pagi sudah kembali. Hari menjadi cerah. Seperti yang disepakati, Mr. Pella akan pergi ke salon Mayda untuk menumpang makan di sana. Mr. Pella akan disetiri mereka secara bergantian. Brake sudah mengantar Mr. Pella semalam. Maka sekarang yang melakukannya adalah Mr. Staig.  Ia tampak bersemangat membawa Mr. Pella ke salon Mayda. Ia sudah berdiri di sebelah mobil dengan senyuman lebar. Ia menunggu dengan sabar. Tangan kanannya memegang suspender tali kodok. Perut buncitnya terlihat jelas, dan badannya tampak melebar. Ia memakai baju tangan panjang berwarna biru langit bergaris-garis dipadukan dengan celana berwarna cream. Mr. Pella tentu memperhatikannya dan merasa sedikit aneh dengan sikapnya. “Silahkan Tuan!” Ucapnya mempersilahkan Mr. Pella masuk ke dalam mobil.   Saat mobil berjalan, Mr. Pella langsung merasakan perbedaan. Ia sudah bisa membandingkan kecepatan saat Cat, Brake dan Staig membawa mobil. Ia pun berkata kepada Staig, “Mengapa Brake sangat lambat mengendarai mobil ini?”  Staig langsung menjawab dengan jujur. “Ya tuan, dia baru saja belajar cara mengemudinya.” Ia sangat polos dalam menjawab. “Berarti?” Tanya Mr. Pella yang terkejut sekali dengan hal tersebut. Ia memikirkan hal-hal negatif. Bisa jadi mereka kecelakaan seperti yang ada di berita yang dilihatnya di televisi kemarin.  “Ya, bisa!” Kata Staig langsung membenarkan kemungkinan yang ada di pikiran Mr. Pella. “Itu sangat menakutkan!” Ucap Mr. Pella dengan ekspresi wajah ketakutan. Mereka pun sampai ke rumah Mayda. Mereka duduk di bangku tunggu di salon dan melihat Mayda sibuk bekerja. Mereka berdua seperti pengawasnya Mayda.  Mr. Pella melihat ke sebelahnya. Ia tidak melihat Staig, tetapi entah mengapa ia merasa risih. Ia melihat ke sebelahnya, melihat Staig. Ia merasa terganggu dengan badannya yang gendut dan penasaran bagaimana ekspresinya. Ia melirik Staig dan melihat senyuman lebar menghiasi wajahnya.  ‘Apa yang terjadi dengannya? Mengapa ia tersenyum saja?’ Kata Mr. Pella dan membalikkan posisi kepalanya ke semula. Sama seperti kemarin, mereka hanya melihat Mayda melayani pelanggan-pelanggan Rebel yang ingin memperpanjang hidup mereka. Kali ini, tidak ada yang datang untuk merias wajah ataupun treatment-treatment yang lain. Saat siang, mereka makan dan sore pun begitu lalu pulang.  Saat perjalanan pulang, Staig bertanya kepada Mr. Pella dengan senyuman lebar di wajahnya yang pasti membuat Mr. Pella muak.  “Bagaimana perjalanan hari ini?” Tanya Staig. Mr. Pella mengingat apa yang terjadi hari ini. Ia hanya melihat sifat periang Steig, senyuman lebar, pertanyaan yang tidak berbobot dan juga hari yang membosankan. Ia berharap Ms. Slufi datang lagi, ternyata tidak begitu. Sangat disayangkan olehnya. Sepanjang hari, ia hanya diam dan tidak b*******h untuk berbicara kepada Staig. Melihat wajahnya saja sudah menunjukkan kebosanan.  Ia akan menjawab pertanyaan itu. Ia melihat Staig yang bergoyang-goyang memegang setir mobil mengatakan ‘na na na na’ berulang-ulang. ‘Mengapa dia tampak sangat bahagia?’ Tanya Mr. Pella dalam hati. “Bagaimana tuan?” Tanya Staig lagi melihat wajah Mr. Pella. Mereka saling menatap. “Men..yenang..kan!” Ucapnya dengan datar. Ia tidak ingin membuat hari Staig menjadi suram jika dirinya mengatakan kata-kata yang buruk. Mereka pun kembali ke rumah. Keesokan harinya adalah giliran Spong yang membawa Mr. Pella ke rumah Mayda. Mr. Pella memuji- muji Spong karena matanya berwarna biru. Sikapnya juga sopan tidak seperti Brake dan juga Staig. Memang Staig juga sopan, tapi entah mengapa ketika melihat dirinya, ia langsung merasa kesal. Spong pandai mengambil hati Mr. Pella. Mereka berbicara cukup banyak tentang dirinya dan Ms. Slufi. Mr. Pella bahkan mengatakan kepadanya bahwa ia berharap bisa bertemu Ms. Slufi hari ini. Agar sasaran cintanya berkembang. Ia menyarankan sesuatu yang merubah kehidupan Mr. Pella nantinya. “Apakah Tuan berencana untuk menyatakan cinta kepadanya?” Tanya Spong saat berada dalam perjalanan pergi. “Apa maksudnya menyatakan cinta? Apakah ia tidak mengetahui bahwa aku mencintainya?” Tanya Mr. Pella kepada Spong. Spong mengajarkan triknya.  “Tidak seperti di dunia waktu. Perempuan disini sangat berbeda. Harus ada ucapan dari mulut Ia mengatakan bahwa ia ingin menjadi kekasihnya. Ada juga cara lain yang dilakukan agar ia mau menjadi kekasih kita!” Kata Spong.  “Memangnya apa yang harus kita lakukan?” Tanya Mr. Pella.  “Itu tidak akan sulit! Kita akan singgahkan ke sana nanti!” Kata Spong dan melaju dengan kencang. Sampai di sebuah toko Bunga. Ia membawa Mr. Pella masuk ke dalam. Bau semerbak dari bunga, membuat Mr. Pella menyukai tempat itu. Dua orang terlihat berdiri di balik meja kasir. Mereka berdua adalah pemilik toko dan karyawannya. Penjaga bunga mendekati mereka. Karena melihat Spong begitu gagah, pemilik toko menyuruh pegawainya untuk mengerjakan yang lain dan ia yang melayani kedua pria paruh baya itu. Ia menjelaskan beberapa bunga yang dijualnya memainkan rambutnya. “Bunganya untuk acara apa pak?“ Kata pemilik toko. Ia tampak terkesima dengan mata biru Spong. Tak henti-hentinya ia menatap mata biru itu. “Untuk menyatakan cinta!” Jawab Spong. Matanya melirik-lirik mencari bunga tersebut dan berhenti di bunga mawar. “Saya ingin membeli bunga mawar.” Tunjuknya. Ia tampak bingung dengan banyaknya warna bunga tersebut. Pemilik toko menjelaskan, “Saya akan jelaskan makna warna-warna dari bunga mawar ini.” Jika dilihat sekilas, pemilik toko tampak membuat-buat perasaan tersipu malu di depan Spong. “Bunga mawar merah mengartikan cinta dan juga asmara. Kita bisa kasih bunga ini kepada kekasih kita ataupun orang orang yang kita cintai di saat pernikahan mereka. Bisa juga untuk menyatakan cinta kepada orang yang ingin dijadikan kekasih. Sedangkan bunga mawar yang berwarna kuning, biasa diberikan kepada sahabat kita. Untuk mawar berwarna pink, mengartikan kagungan, kelembutan dan rasa terima kasih. Kita bisa memberikan bunga ini kepada siapa saja sebagai wujud simpati. Sedangkan bunga mawar putih mengartikan cinta sejati, kesucian, ketulusan kepada kekasih kita. Bunga mawar ini juga biasanya digunakan untuk menghiasi sebuah gedung acara pernikahan. Lalu bunga mawar orange, melambangkan hasrat dan juga jembatan antara persahabatan dan cinta. Bunga mawar ini secara tersirat menyiratkan tentang kebanggaan memiliki orang-orang yang menyayangi kita.”  Spong dan Mr. Pella mendengarkan baik-baik penjelasan pemilik toko itu. Mereka mengangguk-angguk seperti ayam yang sedang memakan batu di tanah. Lalu ia melanjutkan penjelasan mengenai bunga terakhir di sudut ruangan. “Yang terakhir berwarna ungu. Bunga itu menggambarkan cinta pandangan pertama, kemuliaan dan juga pesona. Jika ingin mengatakan cinta, biasanya orang akan memiliki bunga yang berwarna merah.” Ucapnya memberikan masukan.  Awalnya Spong merekomendasikan Mr. Pella untuk membeli bunga berwarna merah. Karena warna itu biasanya diberikan oleh Mungkit saat menyatakan cinta. Tetapi Mr. Pella tidak mau. Mereka akhirnya memilih bunga berwarna ungu. MenurutMr. Pella, cinta yang dia rasakan kepada Ms. Slufi, merupakan cinta pada pandangan pertama yang tulus. Ia juga merasa bahwa bunga itu cocok karen melambangkan cintanya yang tulus dan kemewahan dari warna uang. Mereka pun pergi melanjutkan perjalanan menuju salon Mayda.Tapi sayangnya usaha mereka sia-sia. Harapan untuk bertemu Ms. Slufi sirna. Tak ada tanda-tanda kedatangan dari dirinya hingga sore. Ia bertanya kepada Mayda mengapa Ms. Slufi tidak mengunjungi salonnya lagi. Mayda menjelaskan bahwa Ms. Slufi sangatlah sibuk. Biasanya ia akan mengunjungi salonnya sekali seminggu. Dia hanya akan datang ketika urusannya sudah selesai.  Pernyataan tersebut membuat mereka berdua kecewa. Kekecewaan tersebut berlanjut hingga mereka sampai pulang ke bus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD