Chapter 43 - Tidak Bekerja pada Mr. Pella

1180 Words
Mr. Pella sudah masuk ke dalam ruangan tempat mereka akan melakukan treatment. Ruangan itu masih gelap karena lampunya dimatikan saat Mayda dan Tn. Smith meninggalkan ruangan tersebut. Ia menunggu di kegelapan, menunggu Mayda datang. Sama seperti yang dilakukannya dengan Tn. Smith, ia menyuruhnya berbaring di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruangan.  Sambil memasang alat-alat, dalam hati Mayda merasa sedikit kesal karena satu bayi harus direlakan secara gratis kepada Mr. Pella. Ia tidak mungkin meminta uang sebagai ganti dari treatment yang dilakukannya. Ia harus pasrah kalau Mr. Pella pasti tidak akan membayarnya untuk melakukan treatment. Sebuah alat dipasang di kepalanya, kateter di tangan kanannya, dan mempersiapkan darah bayi yang akan dimasukkan ke tubuhnya. Ia berteriak saat kateter tersebut dimasukkan ke kulitnya. Ia sempat memberontak dan tidak mau melakukannya.Tetapi Mayda berhasil memenangkannya. Yang melakukannya dengan cepat hingga cairan tersebut sudah berada di kulitnya, lalu ia mengangkat tangan mengatakan, “Tidak ada apa apa.. Tidak ada apa apa! Sudah selesai!” Mr. Pella melihat tangannya sudah dicucukkan benda tersebut. Ia merasa itu sangat cepat dan sudah merasa nyaman. Ia pun tidak memberontak lagi. Mayda mengambil bayi di dalam tabung yang berisi cairan formalin lalu meremasnya di alat khusus yang memisahkan tubuh dan darah. Ia  memasukkan darah itu ke dalam kantong lalu mengalirkannya dengan selang ke tubuh Mr. Pella. Saat darah sudah dialirkan ke dalam tubuh seluruhnya, tidak terjadi reaksi apapun. Tubuhnya tidak bersinar seperti kebanyakan Rebel yang melakukan treatment. “Apakah Anda tidak merasa sakit, Tuan?” Tanya Mayda. Agar dapat menjawab pertanyaan Mayda, ia melihat tangan kanan dan kirinya, dadanya dan menyentuh kepalanya. Ia tidak merasakan sakit apapun dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban kepada Mayda. “Biasanya semua kabel yang menerima treatment perpanjang umur, tubuhnya akan bersinar dan ia akan merasa kesakitan saat itu terjadi. Itu adalah tanda bahwa tindakan memasukkan darah itu berhasil. Jika tubuh Anda tidak bersinar, berarti tindakan ini tidak berhasil dan tidak memperpanjang umur Tuan.” Kata Mayda. Pupilnya membesar dan tidak percaya. Ia memikirkan solusi lain. Mengorbankan satu bayi secara gratis merupakan hal yang berat ditambah lagi ternyata itu sia-sia. Tentu ia tidak berpikir dua kali untuk melakukan treatment yang sama karena memikirkan kerugian yang besar. “Sepertinya treatment ini tidak bisa berfungsi pada Anda!” Kata Mayda menyimpulkan. Tidak ada lagi alasan yang bisa dikemukakannya lagi. Memang begitulah adanya. Ia berharap ucapan Mr. Pella selanjutnya tidak mengatakan agar mengulang lagi treatment tersebut untuk memastikan kebenarannya. “Jika treatment ini tidak berfungsi padaku, bagaimana caraku mengetahui jangka umurku?” Tanya Mr. Pella kepada Mayda.  Ia juga tidak tahu jawabannya. Ia memang seorang Saga, tetapi semua kemungkinan dan kejadian para penduduk waktu tidak diketahuinya. Ia tidak tahu mengapa treatment tersebut tidak berlaku pada Mr. Pella. Padahal meskipun Mr. Pella adalah adik raja, ketika ia dicampakkan ke Bumi, ia tetaplah dijuluki Rebel. Ia tetap menjadi Rebel-rebel yang dicampakkan tanpa proses hukum.  “Maaf kan saya tuan, saya tidak mengetahui hal tersebut!” Ucap Mayda. Mereka pun keluar dari ruangan itu. Mayda merapikan ruangan tersebut lalu mengikuti Mr. Pella keluar. Mr. Pella sudah berada di samping Brake dan ia melihat mereka sedang berbicara. Ia duduk jauh dari mereka. Ia duduk di kursi pelanggan menghadap kaca. Ia menatap kaca dan melihat wajahnya tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Mr. Pella menceritakan apa yang terjadi di dalam ruangan tersebut kepada Brake. Ia pendengar yang baik. Ia sabar mendengar cerita panjang dari Mr. Pella. Ia memberikan komentar setelah Mr. Pella berhenti berbicara, “Mungkin pertanyaan itu bisa dijawab oleh Tn. Lion. Kita bisa kesana nanti.” Ucap Brake.  Mr. Pella setuju. Ia diyakinkan untuk sabar sampai seminggu lagi saat uang transfer untuk pembuatan sekolah dan gaji guru-guru di transfer. Jika itu terjadi, maka mereka bisa melakukan perjalanan ke tempat Tn. Lion.  Seharian penuh mereka berada di salon bersama Mayda. Saat akan pulang, mereka terlebih dahulu makan. Mayda mengenalkan menu nasi goreng kepada Mr. Pella. Ia tampak sangat lahap dan memakan dua piring nasi goreng dengan sangat cepat.    Setelah selesai, mereka pun kembali ke rumah mereka. Brake mengendarai mobil dan membawa mobil tersebut dengan pelan. Ia tidak secepat Cat saat membawa mobil tersebut. Mungkin karena kondisinya juga sudah malam atau memang caranya yang seperti itu saat menyetir.   Mr. Pella terdengar bersenandung. Senandung yang terdengar tanpa senang tetapi wajahnya sedih.  “Aku tak tahu harus mengatakan apa. Semua rasa yang ada di dalam diri ini bercampur sama rata!” Ucap Mr. Pella. Ia mengangkat-angkat tangannya ke atas seperti orang yang sedang membaca puisi. Brake yang mendengar hal tersebut tiba-tiba saja terkejut. Ia menoleh sebentar lalu tetap berfokus pada jalan di depannya.  Wajahnya seperti akan membesar dan meledak karena melihat tingkat Mr. Pella yang sangat aneh. Ia berpikir mengapa treatment tersebut tidak berlaku kepada Mr. Pella, adalah karena ia sudah menjadi manusia seutuhnya. Meski ia tidak bisa memastikannya, tetapi dari tingkahnya, sudah seperti layaknya manusia. Ia tidak pernah melihat seorang Rebel bisa berkata puitis seperti itu. lalu ia meragukan pemikirannya. Ia berpikir kemungkinan lain bahwa Mr. Pella sedang jatuh cinta. Memang, ia tidak pernah melihat seorang Rebel jatuh cinta karena mereka biasanya menikahi manusia tanpa perasaan apapun. Di gelutan pikirannya itu, ia tersimpangkan kembali kepada kata-kata puitis Mr. Pella.  “Senyuman terakhirmu apakah menandakan awal perpisahan atau malah mengatakan ‘tidak’ kepada cintaku yang suci. Semua benda bersaksi kau ada di hati. Semua alam bernyanyi hanya kau dambaan hati. Keajaiban pasti nyata karena ku bisa melihatnya dari dirimu. Apakah aku harus berlutut dan memohon agar kau mempercayai cintaku? Tidakkah kau lihat …” Mr. Pella berhenti karena ucapan Brake. “Maaf Tuan, saya ingin bertanya, apakah tuan akan melakukan hal itu hingga kita sampai di rumah?” Memang tampak seperti pertanyaan yang sopan tetapi ucapan Brake ini menyiratkan makna yang dalam. Secara tidak langsung, ia tidak sanggup lagi mendengar celotehan Mr. Pella yang puitis tersebut.  Mr. Pella menatapnya dan mengatakan, “Apakah mencintai itu salah?”  Brake menggeleng-gelengkan kepalanya. ‘Apa yang terjadi dengannya?’ Katanya dalam hati dan tidak ingin melihat ekspresi Mr. Pella.  “Menurutmu apakah Ms. Slufi mencintaiku?” Tanya Mr. Pella.  Telinga Brake langsung berdengung. Ia tidak pernah bermimpi bahwa akan ada orang yang menanyakan hal itu padanya. Brake melihat wajah Mr. Pella. Ia berniat tidak menjawab pertanyaan itu dan ingin memastikan akankah Mr. Pella marah jika ia tidak menjawab. Mr. Pella menaikkan alisnya. Brake tidak mungkin tidak menjawab.  “Ya!” Ucapnya singkat sebagai jawaban. Mr. Pella langsung berteriak senang. Padahal dia tidak mengetahui bahwa ada nada keraguan saat Brake menjawab pertanyaan itu. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya Brake lebih cenderung berpikir bahwa Ms. Slufi tidak menyukainya.  Akhirnya Brake dan Mr. Pella sampai di bus rusak yang dijadikan sebagai tempat tinggal. Mereka masuk ke dalam dan semua lampu sudah dimatikan. Cahaya remang-remang terlihat menyembul dari balik pintu kamar. Mereka semua ternyata sudah tidur. Mereka tidak menunggu Mr. Pella dan Brake pulang. Tak ada yang ingin dilakukan oleh mereka. Brake hanya melihat Mr. Pella masih bergelut dengan puisi-puisi yang seperti air mengalir dari mulutnya. Ia sepertinya tidak bisa berhenti memuja Ms. Slufi. Ia melihat hal tersebut hingga memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. “Selamat tidur, Tuan!” Ucapnya kepada Mr. Pella.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD