Chapter 45 - Belajarlah dari Pria Prancis

1404 Words
Kehidupan di Bumi menjadi sulit bagi Mr. Pella. Beberapa hari ini, ia tidak melihat Ms. Slufi datang ke salon. Mereka selalu singgah di toko bunga untuk membeli bunga mawar. Siapa tahu Ms. Slufi datang ke toko. Tapi sudah tiga kali itu terjadi dan tidak membuahkan hasil. Bunga yang dibelinya akhirnya dimasukkan ke botol yang berisi air dan diletakkan di atas meja sebagai hiasan. Karena bunga itu, ruangan salon bertambah wangi dan tampak indah. Banyak Rebel yang memuji ruangan tersebut kelihatan lebih segar. Mayda tentu mengamati sikap Mr. Pella. Meski makan Mr. Pella tampak lahap, tetapi ia tidak pernah lagi memuji makanan yang dimasak olehnya. Biasanya Mr. Pella selalu makan banyak, memberikan pujian karena makanan tersebut sangat lezat dan ia juga tampak ceria selama jam makan. Kadang-kadang ia menggunakan kalimat-kalimat puitis yang hanya bisa dilakukan oleh manusia normal. Tapi beberapa hari ini dia tidak melakukan itu. Ini semua karena Ms. Slufi yang tidak datang ke toko. Hari ini adalah hari terakhir Mr. Pella menumpang di salon Mayda. Transferan uang mereka akan dikirim nanti malam oleh Tn. Braam. Jadi, besok mereka sudah bisa membuat perencanaan menemui Tn. Lion. Seharusnya Mr. Pella senang, tetapi ia tidak menunjukkan apapun. Seolah-olah ia tidak memiliki perasaan sama sekali. Di pagi harinya, Spong dan Jeli sudah mulai bergosip tentang Mr. Pella. keadaan itu terjadi karena melihat kondisi Mr. Pella yang tampak lemas dan tidak b*******h. Ia sering menyeret-nyeret langkahnya seperti tidak ingin mau berdiri dan berjalan.  Mereka berbisik di ruang tamu di depan televisi yang sedang hidup. Mereka sengaja menguatkan suara televisi agar tidak didengar oleh Mr. Pella dan teman-temannya yang lain.  “Mungkin aku yang salah karena membawanya ke toko bunga kemarin. Kalau saja aku tidak mengenalkannya kepada sebuah benda yang bisa menyatakan cinta, ia pasti tidak memiliki harapan yang besar saat itu dan merasa Ms. Slufi bisa didapatkannya.” Kata Spong memberikan alasan. “Memang masuk akal! Kamu membuat Mr. Pella terlalu banyak berharap.” Kata Jeli. Kemudian Jeli berhenti. Ia ingin mengatakan fakta tentang Ms. Slufi kepada Spong. Jeli mengemukakan pendapatnya kepada Spong. Semua kata katanya ini berisi fakta. “Ms. Slufi merupakan wanita yang lahir dari keturunan acak. Semua keturunan acak tidak akan menikah, begitupun dengan Ms. Slufi.” Ia menggunakan tekanan di akhir kalimatnya. “Mereka tidak memiliki perasaan untuk menyukai seseorang. Tetapi mereka memiliki daya pikat agar orang orang mencintai mereka. Meskipun mereka bersama, Ms. Slufi pasti tidak mencintai Mr. Pella!” “Mendengar ucapanmu, membuat situasi ini semakin menyedihkan.” Kata Spong. Cat memanggil teman temannya. Ingin memutuskan memilih siapa yang akan mengantar Mr. Pella hari ini.  “Bagaimana dengan Steig? Bisakah kau mengantar Mr. Pella?” Tanya Cat. Steig berdiri tegak, membusungkan dadanya dan tidak lupa, senyuman lebar. Dari sikapnya tidak akan menolak sama sekali. Saat akan menjawab ‘bisa’, Mr. Pella langsung menghentikannya untuk berbicara.  “Tidak!” Ucapnya. Ia tidak mau Steig yang mengantar nya. Ia memikirkan, jika saja ia harus diam seharian, ditambah lagi Ms. Slufi tidak datang ke salon, pasti itu akan sangat membosankan. “Jeli dan Name tidak bisa mengendarai mobil. Brake masih takut takut dalam mengemudi. Six, Spong, dan Slurp akan membantu saya untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa saat menemui Tn. Lion.” Ucap Cat mencoba mempertimbangkan.  Jeli tunjuk tangan, “Bagaimana jika yang mengantar adalah Slurp?” “Bagaimana Slurp?” Tanya Cat kepada pria tua penuh percaya diri. “Sûr. Ce sera un plaisir!” Katanya dalam bahasa Prancis Yang mengartikan bahwa ia senang untuk membantu. Mr. Pella rasa merasa dia pria yang baik dan sopan. Kesan yang diperlihatkannya, hampir mirip seperti Spong. Ia tampak seperti orang yang ramah dan cocok untuk diajak berbicara. Setidaknya, ia akan memiliki lawan bicara selama perjalanan. Slurp berdiri dengan percaya diri di depan Mr. Pella. Ia memakai jas abu-abu dengan sepatu pansus dan kacamata hitam. Ia memakai baju kemeja garis di bagian d**a saja dengan dua kancing dari atas tidak direkatkan sehingga dadanya terlihat lebih bidang. Slurp pergi keluar dari bus menuju tempat mobil diparkirkan dan Mr. Pella mengikutinya dari belakang. Dari tampilannya yang paling menyita perhatian adalah cara berjalannya yang tidak seperti kebanyakan orang-orang. Saat melangkah, seolah-olah kakinya bergetar sebelum menyentuh tanah. Ia mengambil langkah yang tinggi dengan jarak yang pendek. Mereka menaiki mobil dan pergi. Slurp menghidupkan radio, sehingga dari awal perjalanan tidak ada hawa-hawa kesunyian. Baru dialah supir yang mengantarnya, yang menghidupkan radio saat berkendara. Dengan adanya suara kecil itu, membuat suasana menjadi lebih tenang. Slurp tidak menyalakan radio begitu kuat sehingga mereka tidak bisa berbicara. Mereka masih bisa mendengar satu sama lain. “Mengapa tampak sedih?” Tanya Slurp. “Ha?” Mr. Pella terkejut karena Slurp mau menanyakannya. Dari kemarin-kemarin ia menunggu-nunggu pertanyaan seperti ini. “Ini semua tentang masalah cinta!”  “Siapa yang bisa mengerti cinta? Meski kita bisa merasakan cinta, bukan berarti kita mengenalnya dengan baik!” Kata Slurp. “Aku suka kata-katamu itu! Sepertinya kau memahami tentang cinta!” Kata Mr. Pella memuji. “Pribahasa Prancis mengatakan L’amour doit être autant une lumière qu’une flamme.” Sebelum memberitahukan artinya, ia menatap Mr. Pella. Matanya berapi-api saat mengatakannya. “Yang artinya cinta harus sama terangnya seperti nyala api.” Ucap Slurp. Lalu ia tertawa memberikan sentuhan manis bagai cake yang sudah selesai yang diberi ceri saat finishing. Mr. Pella bingung. “Apa maksudnya?”  “Api sering kali menggambarkan nyala atau panas sedangkan nyala mengartikan semangat. Nyala api sering digambarkan sebagai bentuk sifat, perasaan yang menggelora, atau perjuangan. Cinta yang sama terangnya dengan nyala api maksudnya, cinta itu harus diperjuangkan, harus menggelora dan tidak ada kata menyerah. Sebelum ia merasa muak dengan kita, kita akan memperjuangkannya!” Jelas Slurp seperti sedang membaca puisi. Tangan kanannya dinaikkannya ke atas dan yang sebelah lagi memegang stir. Mr. Pella suka dengan kata-kata itu. Slurp memberinya semangat lagi. Kini senyuman di bibirnya kembali membara.  “Berarti kita akan beli bunga dulu lalu ke salon. Siapa tahu Ms. Slufi akan datang.” Kata Mr. Pella sambil mengaguk. Matanya melihat kaca spion memperhatikan tampilan wajahnya. Slurp masih menimpahi Mr. Pella dengan saran-saran yang diketahuinya dari sinetron yang ditontonnya.  “Untuk menyatakan cinta, kita perlu belajar dari pria-pria Prancis. Mereka sangat mempesona, romantis, penuh bualan, dan daya pikat.” Ucap Slurp. Ia memandang Mr. Pella dengan menyudutkan senyuman. “Apakah tuan mau mendengarnya?“ Tanya Slurp menaikkan sebelah alisnya. Ia sepertinya sedang menggoda Mr. Pella. Mr. Pella mengangguk. “Pria Prancis selalu menatap mata lawan bicaranya dengan tatapan mempesona. Tuan juga harus menatap mata wanita cantik itu dengan penuh penghargaan.” Kata Slurp memberitahu hal pertama. Lalu ia mengatakan hal kedua. “Pria Prancis suka menggoda dan memuji-muji seolah-olah dialah wanita terbaik di seluruh Bumi. Mereka biasa mengatakan, ‘Tu as de très beaux yeux’. Artinya, kamu memiliki mata yang indah. Atau biasanya mereka mengatakan, ‘Qu'est-ce que je ferais sans toi?’. Apa yang bisa saya lakukan tanpamu? Tu es la femme de mes rêves! Yang artinya, kamu wanita impianku. Mereka suka memberikan gombalan-gombalan kepada wanita yang mereka temui. Itu akan membantu membangun hubungan romantis!” Ucap Slurp.  “Oh.. kata-kata yang menggoda. Aku pernah menontonnya di televisi Mungkit. Ternyata itu berfungsi untuk menarik wanita!” Ucap Mr. Pella. “Pria Prancis sangat antusias saat berbicara. Mereka bisa berbincang dengan topik apa saja, yang membuat wanita merasa sedang berbicara dengan sesama wanita. Artinya, kita juga perlu tahu topik yang disukai wanita tersebut.” Ucap Slurp lagi.  “Baiklah, itu memang agak sulit. Aku bisa tanyakan nanti sama Mayda.” Kata Mr. Pella. “Lalu, yang lain lagi, pria Prancis itu modis dan wangi. Wanita sangat suka saat pria yang diajaknya berbicara, wangi dan rapi!” Kata Slurp.  “Mayda sepertinya bisa membantu!” Kata Mr. Pella dengan datar. Lalu ia penasaran. “Apa yang biasa mereka katakan untuk mengungkapkan cinta?” Tanyanya. “Mereka biasa mengatakan 'Je t’aime' berarti aku mencintaimu, sedangkan 'Je t’aime bien' berarti aku menyukaimu. Kata-kata itu hampir-hampir mirip. Kita bisa gunakan yang mana saja!” “Je t’aime, Je t’aime bien!” Kata Mr. Pella berusaha meniru. “Pengucapan tuan tidak buruk. Buat suara kita lebih romantis dan terlihat besar.” Kata Slurp memberikan masukan.  Mereka membicarakan hal tersebut sepanjang perjalanan dan menyusun rencana jika Ms. Slufi datang ke salon. Sebelum itu, mereka tetap akan singgah di toko bunga untuk membeli bunga mawar untuk Ms. Slufi. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju toko Mayda.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD