Chapter 40 - Tindakan Memalukan Mr. Pella

3113 Words
Mr. Pella dibawa kembali oleh Cat ke bus di pinggiran kota, tempat tinggal mereka. Selama perjalanan setelah mereka berdebat tentang pria penjaga perpustakaan, Mr. Pella hanya melihat ke luar jendela. Ia memperhatikan orang-orang berlalu lalang di trotoar jalan. Ia melihat seorang bapak tua mengayuh sepeda ontelnya yang tinggi dengan lampu kecil di depannya. Ia mengayuh sepeda tersebut sambil tersenyum kepada orang-orang yang meliriknya di sepanjang jalan. Ia tampak begitu ramah dan penuh dengan semangat.  Tak jauh setelah melihat bapak tua yang menaiki sepeda, kini ia melihat gadis memakai payung. Ia memakai Qipao pakaian tradisional Cina. Ia berjalan di trotoar memakai baju berwarna merah terang yang dikombinasikan dengan garis-garis emas di tubuhnya. Mr. Pella penasaran dengan wajah gadis tersebut. Di awal, ia hanya bisa melihat bagian belakang wanita tersebut. Ia sangat menunggu ketika mobil akan melewati gadis tersebut.  Ia menjulurkan kepalanya dan melihat ke belakang setelah mobil melewatinya. Cat melihat apa yang dilakukan Mr. Pella. Ia ingin memberikan peringatan tetapi tidak bisa langsung mengatakannya. Ia berpikir, akan melakukannya ketika Mr. Pella mengeluarkan kepalanya dengan lama.  Mr. Pella melihat wajah wanita tersebut. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ternyata wajah wanita itu sama dengan wajah Ms. Slufi. Ia langsung cepat-cepat memasukkan kepalanya ke dalam mobil lagi agar Ms. Slufi tidak mengetahuinya. Jantungnya berdetak kencang karena kejadian tersebut.  Cat melihat ke arah Mr. Pella. Ia penasaran apa yang terjadi. Ketika ia bertanya, Mr. Pella tidak menjelaskan alasannya. Ia hanya diam dan berkata tidak ada apa-apa. Ia menghiraukannya. Mobil masih bergerak. Kini mobil melaju lebih kencang, karena jalan sudah sepi. Mereka sudah keluar dari kota dan menuju pinggiran kota yang tidak banyak penduduk tinggal. Di jalan menuju tempat tinggal mereka, adalah jalan pembuangan sampah. Yang lewat jalan tersebut hanyalah truk yang mengangkut sampah saja. Sedangkan sepeda ataupun pejalan kaki sangat jarang ditemukan di jalan.  Mr. Pella kemudian memperhatikan seorang kakek. Ia berjalan dari sisi kanan mobil. Ia dapat melihat dengan jelas wajah kakek tersebut. Ia melihat wajahnya pucat, kumisnya berwarna putih dan kepala depannya sudah botak. Ia berjalan tertatih-tatih, mengerahkan seluruh tenaganya untuk satu langkah kaki. Tiba-tiba saat sudah dekat, wajah kakek tersebut berubah. Wajahnya berubah menjadi wajah Ms. Slufi.  Mr. Pella langsung berteriak keras, membuat Cat refleks dan memberhentikan mobil tersebut. Mr. Pella tercampak ke depan dan hampir kepalanya terantuk kaca mobil. Ia sangat kaget dan refleks melihat kebelakang, memastikan apakah wajah kakek itu benar-benar berubah menjadi Ms. Slufi. Ia melihat kebelakang untuk memastikannya. Kakek tersebut melihat ke arah mobil yang berhenti tiba-tiba tersebut. Dan Mr. Slufi tidak melihat ada wajah Ms. Slufi di sana. Ia berpikir bagaimana bisa wajah tersebut berganti seperti wajah Ms. Slufi.  Cat melihat tingkah Mr. Pella. Ia langsung bertanya, mengapa ia berteriak. Mr. Pella pun berkata, “Wajah pak tua itu berubah menjadi wajah Ms. Slufi!” Ia mengatakannya dengan sangat takut. “Wajahnya berganti!” Kata Mr. Pella menunjuk kakek yang memperhatikan mereka. “Maksudnya wanita yang kita temui di salon semalam?” Tanya Cat.  “Ya!”  Cat melihat kakek tersebut dan ia tidak melihat ada wajah wanita di sana. Ia bingung mengapa Mr. Pella seperti itu.  “Mungkin itu hanya khayalan saja!” Ucap Cat dan kembali menjalankan mobil.  Mr. Pella sangat ketakutan. Ia baru pertama kali melihat seseorang bisa berganti wajah dengan cepat. Ia mengucek matanya beberapa kali atas instruksi otaknya.  “Apa yang tadi terjadi sebenarnya?” Tanya Mr. Pella kepada Cat.  “Mungkin itu hanya halusinasi saja!” Jawab Cat. Ia memaklumi apa yang dialami Mr. Pella. Sewaktu pergi ke Bumi, ia juga pernah melihat seorang wanita berganti wajah menjadi wajah Raja Tunc. Karena rasa takut dihukum raja, ia jadi menghalusinasikan raja yang datang menjemputnya. Di Dunia Waktu, tidak ada yang namanya halusinasi. Ia sangat terkejut karena kejadian itu. Cat berpikir bahwa apa yang dialami Mr. Pella sama dengan yang dialaminya dulu.  “Apa itu halusinasi?” Tanya Mr. Pella kepada Cat. Wajahnya penuh dengan keringat.  “Halusinasi adalah gangguan mengenali informasi yang membuat seorang Mungkit bisa mendengar, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.” Jelas Cat sambil melihat ke sampingnya. Ia tersenyum kepada Mr. Pella merasa dirinya lebih pandai sekarang. Ia kemudian melihat ke depan lagi dan melanjutkan ucapannya, “Yang membingungkanku kenapa kita juga merasakan apa yang dirasakan Mungkit?” Ucapannya berujung pada pertanyaan.  Mr. Pella mengangguk. Ia mulai mengerti mengapa dirinya berhalusinasi.  “Berarti tubuh kita sedikit demi sedikit menyesuaikan diri seperti seorang Mungkit. Berarti lama kelamaan kita akan menjadi seutuhnya.” Kata Mr. Pella.  Cat menambahkan, “Aku juga berpikir begitu. Dan inilah alasan mengapa penduduk dunia waktu tidak bisa mengenali penduduknya yang melarikan diri ke Bumi. Lama kelamaan tubuh mereka berubah seperti Mungkit!”  Mr. Pella mendengarkan Cat tetapi wajahnya melihat keluar jendela. Ia kembali melihat pejalan kaki, seorang wanita cantik yang sedang membawa keranjang belanjaan di tangannya. Ia kembali melihat wajah Ms. Slufi di wajah wanita tersebut. Ia melihat ke belakang hingga menjulurkan kepalanya ke luar kaca. Cat langsung memperingatkannya tentang itu.  Mr. Pella mengucek matanya dan halusinasi itu terjadi lagi. Cat prihatin dengan kondisi Mr. Pella. Ia merasa ada yang tidak beres dengannya. “Kenapa Tuan?” Tanyanya.  Mr. Pella melihat Cat. Cat kemudian melirik wajah Mr. Pella dan ia mendengar suara teriakan darinya. Tentu saja Cat terkejut karena saat melihat wajahnya, ia langsung berteriak keras.  Cat tetap menjalankan mobil dan berusaha memaklumi. Ia mengelus-elus dadanya sambil menarik napas dalam-dalam.  “Wajahmu berubah tadi!” Ucap Mr. Pella kepada Cat. Itu adalah alasan mengapa ia tiba-tiba berteriak keras.  “Berubah menjadi apa?” Tanyanya penasaran. “Menjadi Ms. Slufi juga! Aku melihatnya menjulurkan mulutnya seperti akan mencium ku!” Kata Mr. Pella. Cat tersenyum mendengar cerita tersebut. Ia tidak menanggapi dan mempercepat laju mobil.  *** Mereka sampai di rumah. Hari sudah siang dan mereka menyuruh Mr. Pella untuk makan terlebih dahulu karena ia pasti sudah lapar. Ia mengikuti saran Cat dan duduk di meja makan. Jeli melayani Mr. Pella. Ia meletakkan di depan Mr. Pella beef steak dengan hiasan tomat, seledri, brokoli dan potongan tipis sosis.  Mr. Pella melihat makanan itu dan mengomentarinya dalam hati. Ia berpikir, sekarang apa lagi yang disajikan. Ia melihat sesuatu yang kenyal dan tampak hitam, dengan taburan tumbuh-tumbuhan kecil. Ia melihat wajah Jeli, ia menaikkan alisnya dan tangannya menyarankannya untuk segera menyantap makanan tersebut. Lalu ia kembali melihat makanan di depannya dengan ragu-ragu. Dipotongnya sedikit daging tersebut hingga berada di dalam lekukan sendok. Dimasukkannya ke dalam mulut dengan mata terpicing.  Saat mengunyah makanan tersebut, ia kaget rasanya. Tekstur lembut, renyah, asin, sedikit pedas membuatnya bingung apa sebenarnya rasa daging tersebut. Ia merasa dibodohi dengan sajiannya yang tampak aneh tetapi rasanya begitu enak.  Ia melihat Jeli yang menunggu review darinya. Ia menatap Jeli dengan mata yang cukup besar. Jeli merasa itu hal yang positif. Ia tersenyum lebar menunggu ucapan Mr. Pella.  “Ini enak!” Katanya dengan simpel. Setelah mengatakan hal tersebut, ia kembali menyantap steak tersebut dengan lahap sampai-sampai Jeli harus mengambilkannya air karena tersedak. Jeli duduk di meja makan menamani Mr. Pella makan. Ia tidak membiarkannya makan sendiri karena yang akan membereskan makanan itu adalah dirinya.  Cat melihat mereka di meja makan dan melihat keadaan Mr. Pella bersama Jeli. Jeli langsung berkata kepada Cat bahwa stok makanan mereka tinggal sedikit.  “Semenjak tuan di sini, kita harus mengeluarkan lebih banyak makanan, sedangkan stok uang kita tinggal sedikit!” Kata Jeli.  Cat mengangguk dan merasa susah hati. Ia harus memikirkan keadaan mereka beberapa hari ke depan. Mereka harus bekerja agar bisa makan.  Mr. Pella sudah siap menyantap makanannya. Ia langsung berkomentar, “Tenang saja, minggu depan pembayaran kita akan dikirim!”  Cat memang tahu hal tersebut. Ia tidak terkejut dengan pemberitahuan Mr. Pella. Yang dia khawatirkan bukanlah minggu depan, tetapi minggu ini. Selama uang tersebut belum dikirim, mereka harus menghidupi diri sebelum minggu depan. Jeli menatap Cat. Ia juga tidak tahu harus bagaimana.  “Berapa banyak lagi stok makanan kita?” Tanya Cat kepada Jeli.  “Jika tanpa tuan, itu cukup hingga minggu depan. Tetapi, jika ia berada di sini, maka makanan kita tidak cukup. Hanya cukup untuk empat hari.” Kata Jeli yang memerincinya. Cat mencoba berpikir. Pekerjaan menjual pulpen masih harus ditunda, karena barang yang dijual sudah habis dan pabrik penjual pulpen masih menyuruh mereka berhenti beberapa hari ini.  Mr. Pella dengan licik menggunakan otak manusianya. Ia berpikir bahwa ia bisa menumpang makan di tempat Saga yang mereka temui semalam. Jadi stok makanan mereka cukup. Tapi, sebenarnya alasan mengapa ia mau ke sana adalah karena ingin berjumpa dengan Ms. Slufi. Di dalam hatinya yang paling dalam, ia sangat ingin bertemu wanita itu lagi. “Bagaimana jika seseorang dari kalian mengantarkanku ke rumah Mayda. Aku bisa menumpang makan disana. Hanya untuk seminggu-seminggu ini saja!” Ucap Mr. Pella dengan wajah sumringah. Cat berpikir bahwa itu tindakan yang masuk akal. Jika mereka melakukan hal tersebut mereka bisa menghemat stok makanan mereka. Perjalanan dengan mobil tidaklah membebani mereka, karena minyak mobil sudah banyak di stok mereka di dalam gudang.  Cat memberikan bahan pertimbangan. “Jika Tuan tinggal di sana, itu sudah pasti tidak mungkin. Lebih baik kita mengantarkan tuan setiap hari ke sana dan pulang di sore hari. Kami akan bergantian mengantarkannya. Jadi, ada dua orang yang tidak ditanggung makan di sini.” “Kalau begitu, sudah pasti cukup!” Kata Jeli dengan gembira. Ia setuju dengan usulan mereka. Mr. Pella selesai makan. Ia pergi ke ruang tamu dan melihat Brake sedang menonton televisi. Saat menonton televisi Brake tidak menonjolkan ekspresi sama sekali. Hal tersebut membuat Mr. Pella bingung sendiri. Beberapa siaran televisi tampak sangat lucu tetapi ia tidak tertawa. Ia berpikir, apakah ia tertawa dalam hati atau memang tidak tertawa sama sekali. Setelah siaran berita, sebuah cartoon pun tayang. Mereka menonton bersama. Mr. Pella penasaran dengan movie tersebut. Ia membaca judul dari tayangan tersebut. Mr. Bean with Rowan Atkinson. Judul episode tersebut adalah All you can Eat. Di awal tontonan, seorang gadis yang sedang menekan bel rumah tempat pacarnya tinggal, yaitu Mr. Bean. Ia sudah berkali-kali memencet bel tetapi tidak dibuka karena Mr. Bean sedang asik menonton televisi dan membayangkan dirinya sedang mengendarai mobil balap. Gadis tersebut pun bisa masuk karena bantuan dari ibu pemilik kos. Saat sampai di kamar pacarnya, ia mengetuk pintu tetapi tidak dibuka juga. Akhirnya ia membuka pintu yang tak terkunci tersebut dan melihat Mr. Bean sedang menonton televisi. Dengan marah, ia menekan tombol power dan mengingatkan Mr. Bean bahwa mereka sudah berjanji akan makan malam bersama. Bahkan itu sudah di lingkari di kalendernya, tetapi ia lupa.  Saat menonton cartoon tersebut, Mr. Pella tertawa terbahak-bahak. Ia merasa tontonan tersebut sangat lucu saat Mr. Bean melihat isi dapurnya dan tidak ada makanan sedikitpun yang tersisa. Ia hanya bisa menyediakan keju yang diambil dari jerat tikus, saos dan selembar selada busuk. Selain alur ceritanya, wajah Mr. Bean mengingatkannya kepada seseorang.  Break melihat betapa keke-nya Mr. Pella. Ia pun bertanya kepadanya.  “Kotak ajaib ini menayangkan hal-hal yang lucu!” Jawab Mr. Pella kepada Brake tanpa berhenti tertawa. Matanya masih melihat ke acara televisi itu. “Bukankah seharusnya sedih? Dia saja yang bodoh seperti itu memiliki pacar!” Ucap Brake memalingkan wajahnya ke sisi lain.  Mr. Pella terotak dengan ucapan Brake. “Pacar?” Ia langsung mengingat Ms. Slufi. Ia menarik kesimpulan bahwa laki-laki yang tertarik kepada seorang wanita berarti dia dan wanita tersebut adalah sepasang kekasih. Ia tertawa geli. “Aku punya!” Ucapnya kepada Brake.  Brake melotot melihat wajah Mr. Pella yang tersenyum sendiri. Ia mengabaikannya dan menyandarkan diri ke sofa membuat dirinya lebih nyaman. Ia tidak ingin menanyakan orangnya. Di dalam hatinya, ia membaca pasti ada kesalahpahaman disini. Tiba-tiba Cat lewat dari belakang mereka. Mr. Pella tahu bahwa Cat melewati mereka. Ia langsung memanggil Cat dan berkata kepadanya, “Lihatlah! Wajahnya mirip denganmu. Perbedaannya kau memakai kacamata dan dia tidak!”  Mr. Pella meledek Cat. Pupil mata Cat membesar. Ia tidak yakin Mr. Pella sekarang bisa bercanda. Brake yang mendengar itu, tertawa bersama Mr. Pella. Ia juga berpikir yang sama. Wajah Cat memang mirip dengan Mr. Bean ketika tidak memakai kacamata. Hari pun berganti. Sesuai dengan rencana mereka, Mr. Pella pun diantar secara bergantian menuju rumah Saga Mayda. Meski ia bukanlah Saga lagi. Tetapi, mereka sering memanggilnya sebagai seorang Saga.  *** Esoknya, mereka mulai seperti rencana yang telah dirembukkan. Mr. Pella dan satu Rebel akan pergi ke kota tempat Mayda tinggal untuk menumpang makan. Mereka pergi pagi-pagi buta agar mereka bisa numpang makan seharian. Mayda tidak tahu mereka akan datang ke rumahnya. Mereka pasti penasaran dengan reaksi Mayda nanti.  Giliran yang pertama mengantar Mr. Pella adalah Brake. Rambutnya acak-acakan, kumis dan jenggotnya juga dibiarkan tumbuh tanpa di tata rapi. Ia tidak banyak berbicara. Ia langsung masuk ke mobil menunggu Mr. Pella naik.  Mereka pun pergi menaiki mobil Taft. Di dalam mobil tampak canggung karena Mr. Pella tidak tahu harus bercerita apa dengan Brake. Dalam hati ia berkeras bahwa Brake adalah pesuruhnya. Seharusnya ialah yang memulai semua dengan baik. Ia tidak perlu berusaha keras untuk mencairkan suasana. Ia melihat ke depan saja menikmati pemandangan pagi yang cerah.  Brake mengeluarkan suaranya. “Mengapa Tuan memakai baju yang sangat formal?” Tanya Brake yang memperhatikan setelan bajunya hari ini. Ia memakai jas hitam, topi, dan sepatu yang mengkilap. Setelan itu juga dipakainya saat bertemu dengan Mr. Braam kemarin.  Mr. Pella bingung untuk mengatakan alasannya. Ia tidak ingin mengatakan bahwa ia berharap bertemu dengan Ms. Slufi saat datang ke salon Mayda.  “Aku suka pakaian ini!” Ucapnya sebagai alasan.  Brake menggelengkan kepala. “Baju itu belum dicuci. Seharusnya dicuci dulu lalu dipakai lagi!” Ucap Brake.  Mr. Pella berkata membalas ucapan Brake. “Untuk apa di cuci. Kita tidak pernah melakukannya saat di Dunia Waktu.” Brake kembali menggelengkan kepala. Ia ingat bahwa dirinya saat pertama kali ke Bumi tidak sebodoh Mr. Pella. “Mungkit berbeda dengan kita. Baju itu akan berbau jika tidak dicuci. Di dunia waktu segala sesuatunya itu abadi. Sedangkan di sini sebaliknya!” Ucap Brake sambil mengerem tiba-tiba karena seekor kucing yang menyebrang di jalan. “Apakah kau ingin bertemu kekasihmu?” Tanya Brake menebak.  Wajah Mr. Pella memerah. Ia diam saja. Ia tidak mau ketahuan sedikitpun. Mereka pun diam sepanjang perjalanan hingga sampai di tempat Mayda. Ia bingung mengapa mereka datang lagi. Ia sudah mengenalkan seseorang yang bisa membantunya mendapatkan uang. Tetapi, mengapa mereka kembali lagi? Mayda tidak sibuk. Belum ada pelanggan yang datang. Ia duduk menemani mereka berbincang. Brake diam saja selama Mayda duduk di dekat mereka. Wajahnya hanya menatap cermin di depannya.  “Kau tidak bosan melihat wajahmu di cermin!” Ucap Mayda dengan kesal.  Brake diam juga. Ia pun beralih ke Mr. Pella. Ia dengan jujur menerangkan bahwa mereka akan menumpang makan selama seminggu ini sampai Mr. Braam mengirimkan uang untuk membuka sekolah yang mereka sepakati. Mayda tak bisa marah, meski dalam hati ia ingin mengusir mereka. Ia sangat menghormati Mr. Pella. Semakin diamati, Mr. Pella memang tampak mencurigakan. Matanya tidak berfokus pada Mayda saat ia berbicara. Matanya dari tadi kesana kemari, terutama menatap pintu. Ia seperti seseorang yang sedang menunggu seseorang. Ia bisa menebak siapa yang sedang ditunggunya.  “Ms. Slufi?” Ucap Mayda seolah-olah ia datang.  Mr. Pella bertingkah aneh. Ia mengatakan, “Mana?” Ucapnya. Mayda tertawa sambil menutup mulutnya rapat. Benar tebakannya. Ternyata Mr. Pella sedang menunggu wanita yang ditanyanya kemarin.  “Dia tidak akan datang. Dia wanita yang sibuk. Kedatangannya sangat acak!” Ucap Mayda. Ia kemudian mengambil minum untuk dua orang tersebut. Sambil membuat minum ia masih membicarakan tentang Ms. Slufi.  “Kedatangannya seperti membuat badai tanpa angin!” Teriaknya keras agar memastikan mereka bisa mendengar celotehannya.  Ia membuat teh melati dan menghidangkannya kepada Mr. Pella. Ia mencium wangi teh tersebut dan memuji Mayda. Ia suka dengan aroma dan wangi dari teh tersebut.  Saat bibirnya menyentuh bagian bibir gelas, seseorang yang dinantikannya masuk. Ternyata wanita itu adalah Ms. Slufi. Ia melangkah menuju Mayda dan meminta agar wajahnya dihias karena sebentar lagi ia akan pergi ke sebuah acara penghargaan film.  Ms. Slufi merupakan wanita yang bekerja di industri hiburan tanah air. Ia banyak melahirkan artis-artis yang terkenal. Ia sangat disegani di industri tersebut. Ia sering mencari anak-anak muda yang berpotensi untuk dididik dan dijadikan artis dibawah naungannya. Ia tidak memilih satu kategori saja. Ia mencari semua bakat yang ada di diri manusia. Baik itu menyanyi, dance, akting, atraksi, ataupun sulap. Melihat Ms. Slufi di dekatnya, Mr. Pella menumpahkan air teh tersebut dari mulutnya dan mengalir ke dalam gelas lagi.  “Iuhh..” Ucap Ms. Slufi yang melihatnya.  Mr. Pella meletakkan gelasnya di meja dan memegang tangan Ms. Slufi. Ia berlutut seperti sedang menyatakan cinta. Ia berkata, “Bisakah kita berkenalan?” Mayda tertawa. Ia memisahkan tangan mereka. “Tuan, kau tidak boleh melakukan hal seperti itu disini!” Kata Mayda mendorongnya pelan hingga kembali duduk di kursinya.  Ms. Slufi tampak tidak senang. Ia hanya melihat wajah Mr. Pella dengan wajah cemberut dan menyilangkan tangannya. Ia ingin berlaku kasar, tetapi tidak jadi karena Mayda. Ia menyeret Ms. Slufi ke bangku salonnya agar ia bisa melayani permintaan pelanggannya itu. Masih tampak terlihat di kaca, seluruh wajahnya berkerut karena marah.  Brake mendekatkan dirinya kepada Mr. Pella. “Apa yang tuan lakukan? Semua wanita akan marah jika itu dilakukan!” Kata Brake berbisik. Ia memastikan bahwa ucapannya hanya didengar oleh kuping mereka berdua saja.  Mr. Pella berbicara dengan sewajarnya. “Aku..”  “Stt… jangan berbicara kuat. Pelan saja!” Mr. Pella melakukan apa yang disuruh Brake. “Aku hanya ingin berkenalan dengannya!” Jawab Mr. Pella di kuping Brake.  Brake sangat geli mendengar alasan tersebut. Ia terlihat sangat bersemangat ketika membahas tentang hal seperti ini. Topik ini cukup menarik baginya. Ekspresi di wajahnya keluar saat membicarakan topik pendekatan dengan seorang wanita, meski ia sendiri tidak berpengalaman, tetapi ia selalu punya saran untuk itu. Ia mendapatkan saran-saran itu karena sinetron india yang sering di tontonnya dari televisi.  “Itu sangat menjijikkan bagi wanita. Aku akan memberitahumu nanti triknya!” Ucap Brake mengedipkan matanya.  “Apa?”  Brake bertanya, “Apakah dia yang aku katakan pacarmu?” Mr. Pella mengangguk. Sudah diduga, ternyata salah paham. Brake tahu bahwa Mr. Pella belum mengerti tentang istilah pacar. Memang pacar yang dimaksud di Bumi dengan di Dunia Waktu berbeda. Di dunia waktu, kita bisa menikah dengan siapa saja tanpa ada unsur penolakan. Ketika kita suka, maka ia menyatakan cintanya dan menikah lalu memiliki anak. Ia menerapkan apa yang dilakukan penduduk dunia waktu saat berada di Bumi. “Di Bumi, wanita-wanita disini berhak memilih. Kau tidak bisa memilih mereka begitu saja tanpa persetujuan dari mereka terlebih dahulu!” Jelas Brake. Ia sangat senang menceritakan hal tersebut.  “Jadi aku harus bagaimana?” Tanya Mr. Pella. “Sabar!” Ucap Brake dengan tawa yang ditahan. Mr. Pella tidak mengerti. Ia menatap wanita yang disukainya itu sedang dihias oleh Mayda. Mulutnya lebar menganga hingga air liurnya keluar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD