Chapter 39 - Perpustakaan

1241 Words
Mr. Pella ditinggalkan oleh Cat dan Six di perpustakaan daerah. Sebelum itu, ia belajar dengan cepat cara manusia membaca sewaktu di mobil. Six-lah yang mengajarkan hal tersebut kepadanya. Six memastikan bahwa Mr. Pella mengerti maksud tujuannya mengapa ia ditinggalkan di perpustakaan. Ia hanya perlu membaca buku-buku yang terletak di meja untuk mempelajari kebudayaan, pengetahuan dan juga cara hidup Mungkit dengan lebih cepat.  Saat di perpustakaan, di awal ia memulai membaca buku, ia tampak kesulitan. Ia membaca satu buku hingga dua jam lebih. Tetapi, setelahnya ia sudah mulai terbiasa. Ia sudah mulai terbiasa membaca cepat dan dalam waktu satu jam ia bisa membaca lima ratus halaman. Tak sengaja, buku selanjutnya yang dibacanya adalah novel Gone With the Wind. Novel tersebut menceritakan tentang kisah cinta Scarlett O’Hara dan Rhett di tengah perang saudara Amerika. Ia terkagum-kagum bagaimana cinta ditunjukkan oleh manusia.  “Mengapa tampak sulit sekali?” Ucapnya di tengah-tengah pembacaan.  Iya juga kaget dengan cerita yang ditulis di dalam novel tersebut. Ia berpikir bahwa peperangan hanya terjadi di dunia waktu saja. Tetapi ternyata di bumi juga ada peperangan. Ia membayangkan bagaimana peperangan yang dilakukan oleh manusia.  Mr Pella membaca tentang penyakit yang menular yang bisa terjadi diantara manusia. Penyakit penyakit inilah yang membuat umur manusia menjadi singkat. Ia juga membaca tentang agama yang dianut oleh manusia. Ia melihat cara orang orang berdoa, kitab Suci yang mereka percayai, dan apa yang mereka sembah. Manusia yang tidak menyembah apapun akan disebut Atheis. Mr Pella bingung, apa yang sebenarnya mereka sembah. Mereka menyembah sesuatu yang tidak kelihatan, mereka juga menyembah benda-benda yang dapat dilihat. Yang dia ketahui bahwa tidak ada yang menerima penyembahan yang manusia lakukan. Jika apa yang mereka lakukan diterima, apakah mereka benar-benar mendapat bantuan? Ia menggeleng-gelengkan kepala karena pengetahuan yang diketahui manusia. Ada banyak buku-buku yang mengajarkan tentang Filsafat yang tidak dimengerti oleh Mr. Pella. Yang diingatnya adalah filsuf Thales dan Parmenides. Thales mengatakan bahwa kehidupan berasal dari air, sedangkan Parmenides mengatakan bahwa kehidupan berasal dari api. Ia tidak pernah melihat air dan api menjadi asal dari kehidupan. Kehidupan di bumi bukanlah berasal dari dua benda mati tersebut. Ia berpikir bagaimana bisa manusia berpendapat bahwa kehidupan berasal dari air ataupun api. Justru air dan api berasal ketika manusia sudah muncul dan penjelajah alam semesta menemukan kehidupan dan melindunginya. Jika kehidupan manusia lahir dan penjelajah alam semesta tidak menemukannya, maka tidak ada manusia yang akan bisa bertahan hidup. Mereka pasti akan langsung dibinasakan oleh slayer. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala dan mencoba mengumpulkan>Ia juga teringat dengan pernyataan Thales yang mengatakan bahwa semua yang ada di dunia ini memiliki jiwa, bahkan benda mati sekalipun. Ia mencontohkannya seperti sebuah magnet yang bisa menggerakkan pasir besi. Itu semua bisa dilakukan karena ia memiliki jiwa. Mr Pella menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berpikir apakah harus melanjutkan membaca buku atau tidak. Semua yang dibacanya sama sekali tidak bermanfaat dan semuanya salah. Saat dia ia ingin berhenti membaca, matanya tertuju kepada sebuah buku. Buku tersebut berjudul The Symposium Book by S.E. Paces. Buku itu membahas tentang konsep cinta platonis.  Kemudian ia memikirkan tentang Ms. Slufi. Ia merasa sesuatu bergejolak di dalam hatinya. Konsep cinta yang dikatakan oleh Plato sangat berbeda dengan apa yang dirasakan nya sekarang. Ms. Slufi seperti barang yang adalah miliknya. Ia seperti berkuasa atas hidup Ms. Slufi. Baru kali ini ia merasakan sesuatu yang tidak dimengerti. Ia ingin sekali bertemu dengan wanita itu lagi dan lagi. Tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia tidak berfokus pada bahan bacaannya lagi. Di kepalanya hanya ada wajah dari wanita. Masih jelas teringat di kepalanya, Ms. Slufi yang memakai baju hitam putih dengan garis-garis besar di roknya. Ia membayangkan rok nya yang pendek dan sangat ketat mempercantik lakukan tubuhnya dan tampak indah. Sewaktu membayangkan hal tersebut, matanya melihat ke atas dan bibirnya tersenyum manis. Ia berkali-kali tersenyum ketika membayangkan dapat menyentuh tubuhnya itu yang sehalus kain sutra. Tak terasa terasa, pagi sudah tiba. Penjaga perpustakaan telah duduk di tempat jaganya. Terbelah membalikkan kembali buku buku yang telah ia baca. Ia merasa sudah cukup belajar tentang manusia. Ia sudah belajar melalui televisi dan juga buku. Pengetahuannya tentang manusia sudah cukup mempersiapkannya untuk dapat berkomunikasi dengan mereka secara normal. Yang paling diinginkannya sebenarnya adalah dapat berkomunikasi dengan wanita pujaan nya. Ia memikirkan hal tersebut sambil tersenyum sendiri saat membalikkan buku-buku tersebut ke dalam rak buku.  Ia pun keluar dari ruangan tersebut. Ia berjalan santai melewati penjaga. Sang penjaga langsung heran mengapa bisa pria tersebut berada di dalam perpustakaan. ‘Apakah dia pencuri?’ Pikirnya dalam hati. Ia memanggil Mr. Pella dengan kuat sambil keluar dari meja kerjanya dan mengejar langkah Mr. Pella. Ia mencoba menghentikan pria tersebut dan menanyakan mengapa ia bisa di dalam perpustakaan. “Stop!” Teriaknya kuat dari belakang hingga Mr. Pella berhenti dan membalikkan badan. Mr. Pella menunggu pria tersebut menghampiri. Alisnya tegak lurus melihat pria tersebut mengenal dirinya padahal dia sendiri juga tidak mengenal pria itu. Saat pria tersebut berada di depannya, yang memandang tajam hingga penjaga perpustakaan merasa risih.  “Apakah kau mengenal aku?” Tanya Mr. Pella Dan membuat pria penjaga perpustakaan Terdiam. Ia merasa ada yang aneh dengan pria itu.  “Apakah kau seorang Rebel?” Tanya Mr. Pella lagi mendekatkan wajahnya. Ia memandangi wajah pria tersebut dengan lama dan merasa bahwa dia bukanlah Rebel. Wajahnya terlalu pas-pasan, tidak ada kesempurnaan sama sekali. Ia yakin pria tersebut bukanlah pelayannya di Bumi. “Bagaimana kau bisa di dalam sini?” Selidik pria tersebut.Suaranya membentak Mr. Pella hingga membuatnya marah. Mr. Pella kembali berteriak di depan wajahnya hingga membuatnya takut. Suaranya lebih kuat daripada suara teriakan pria perpustakaan. “Kenapa kau kembali membentakku? Apakah kau pencuri?” Kata penjaga perpustakaan. Mr. Pella Berpikir keras menemukan arti kata pencuri. Lalu ia sadar bahwa kalimat tersebut sangat menghinanya. “Yang kamu maksud dalam mengambil barang tanpa izin pemilik?!”  Pria itu mengangguk dan berkata, “Ya!” senggak nya lagi. “Apalagi yang bisa kau lakukan? Kau berada dalam perpustakaan ini semalaman!” Mr. Pella berang dengan sikap pria tersebut. Ia tidak mengerti mengapa pria tersebut tiba-tiba marah. Ia langsung menolak pria tersebut hingga terjatuh. Pria tersebut berdiri dan akan menyerangnya. Cat melihat kejadian tersebut. Ia langsung mencegat pria tersebut agar ia menjauh dari Mr. Pella.  Cat bertanya kepadanya, mengapa mereka berkelahi. Pria tersebut menjelaskan bahwa ia hanya ingin tahu mengapa pria tersebut berada di dalam perpustakaan.  “Ia terkunci di perpustakaan. Aku saudaranya. Makanya aku menjemputnya sekarang. Maafkan dia!” Ucap Cat.  Pria tersebut pun maklum dengan apa yang dilakukan Mr. Pella. Cat pun membawa Mr. Pella ke mobil dan mereka pergi. Dalam perjalanan Mr. Pella complain dengan apa yang dilakukan Cat. “Mengapa kau menundukkan kepalamu kepada pria itu?” Tanya Mr. Pella.  Cat tidak tahu harus menjawab apa. Ia mencoba berfokus saat menyetir sekaligus memikirkan jawaban yang tepat untuk Mr. Pella.  “Apakah dia tuan mu sehingga kau membungkuk kepadanya? Apakah ini soal uang? Karena kita tidak punya uang, jadi kita harus menunduk kepada mereka yang tidak memiliki uang?” Kata Mr. Pella yang semakin berteriak-teriak saat berbicara.  “Bukan begitu tuan. Itu hanya salah paham. Untuk dapat berdamai, manusia memang harus melakukan hal tersebut. Kita tidak bisa sembarangan membunuh manusia. Kita yang nantinya akan di keroyok manusia. Di Bumi, kita tidak abadi!” Ucap Cat menjelaskan. Ia menjelaskannya dengan nada yang lembut agar Mr. Pella tidak menyenggaknya.  “Tetap saja, itu tidak perlu. Aku tidak mau pengikutku menundukkan diri kepada Mungkit!” Ucap Mr. Pella menyilangkan tangan. Ia sangat kesal dengan apa yang dilihatnya tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD