Chapter 88 - Dikunjungi Emot

1368 Words
Mereka kembali ke ruang Aula. Beberapa pelayan memperhatikan mereka satu persatu untuk memastikan apakah semua murid sudah berkumpul. Mereka tidak ingin ada satu murid yang tidak ada di ruangan tersebut. Lalu salah seorang dari pelayan tersebut mendatangi Mr. Pella dan berbisik kepadanya. Wish dan teman-temannya berupa-pura tidak terjadi apa-apa. Mereka mengikuti instruksi dari pelayan. Chery mencari siapapun yang bisa dilihatnya dari tujuh keturunan istimewa yang mereka temui tadi. Ia hanya ingin memastikan apakah yang terjadi tadi benar-benar kenyataan. Ia melihat Asio dan Strong berjalan beriringan. Ia kemudian lega, ternyata semua yang didengarnya tadi bukanlah mimpi.  Wish, Ardy, Panom, dan Ohn merapat setelah melewati pintu keluar Aula. Mereka langsung berpusat pada satu topik.  “Apakah tadi it real?” Kata Ohn memulai. “Junior yang membuat alatnya. Sepertinya perpindahannya itu benar-benar nyata!” Jawab Panom. “Bagaimana dengan menyelamatkan Bumi?” Kata Ohn lagi. Wish diam saja. Dia tidak tahu harus mengatakan apa-apa. Ia ingin menyakinkan mereka tapi ia juga masih kurang percaya.  “Apa kita bisa mempercayai mereka?” Kata Panom lagi. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan kita?” Kata Ardy kesal. Suaranya yang kuat membuat beberapa orang melihat mereka. “Pelankan suaramu! Kau ingat apa kata Junior? Kita bisa ketahuan nanti!” Kata Ohn memperingatkan. Lalu ia melihat Wish. “Kau!”  “Aku? Kenapa?” “Kenapa diam saja? Kau mencurigakan!”  “Tidak.. tidak.. aku sudah menceritakan kepada kalian sebelumnya. Aku tidak menyembunyikan apapun!” “Jadi dunia waktu yang kau ceritakan itu benar?” “Benar! Aku memang membuka gerbang dunia waktu! Alat yang kita buat itu adalah kunci untuk membukanya!” Kata Wish dengan penuh keyakinan. “Aku rasa kita harus memastikan hal tersebut!” Kata Ohn. Lalu ia menyeret mereka ke ruang penelitian milik mereka. Disana ia memberikan alat penelitian mereka kepada Wish dan menyuruhnya untuk mengaktifkannya. Wish memandang alat tersebut dan mencobanya. Ia ragu-ragu bisa membuktikannya atau tidak. Ia mencoba dan tidak terjadi apa-apa. Panom melihat Wish dengan menyudutkan senyumannya. “Kau mungkin bisa berteriak sambil mengangkat alat itu dengan tanganmu ke atas seperti sailormoon!” Lalu ia tertawa keras. Yang membuat lucu adalah ia mengatakan hal tersebut sambil memperagakannya. Wish menatap kecewa.  “Bagaimana ini? Apakah kita bisa mempercayai mereka?” Kata Ardy sambil menutup matanya dengan kedua tangan. Kemudian ia menghempaskan tangannya dari wajah dengan kuat. “Kemarin itu adalah bulan purnama. Kita harus melakukannya di saat yang sama juga! Tentu tidak bisa!” Kata Wish.  “Entah yang mana yang bisa kita percaya!” Kata Ohn mengambil alat tersebut dari Wish dan melihatnya sendiri. Ia mencoba melakukan apa yang dilakukan Wish untuk mengaktifkannya tetapi tidak terjadi apa-apa.  “Bisa jadi benar yang dikatakan oleh Wish. Alat itu bekerja hanya ketika waktu yang ditentukan terjadi!” Kata Panom. “Lalu, apa kita bisa percaya semua hal gila yang kita dengar semalam?” Tanya Ohn lagi dengan ekspresi aneh. “Kau termasuk ke dalam sembilan keturunan. Cepat atau lambat kau akan terpanggil untuk melakukannya! Kalian mungkin jadi superhero nantinya!” Kata Panom dan tertawa. Ardy menggelengkan kepala. “Jika ada Chery disini tadi, aku tidak akan melihat kau tertawa sebahagia ini!” Panom langsung berhenti tertawa dan menundukkan kepala. “Kalian tahu kan situasinya?” Ucapnya. Wish langsung mengelus pundak Panom. “Kau harus sabar menghadapinya! Dia pasti akan tahu nanti!”  “Baru kali ini aku mendengar ucapanmu yang masuk akal!” Ejek Ardy sambil tertawa keras. Wish tidak bisa berkata apa-apa. Yang dikatakan Ardy memang benar. Ia tidak bisa membantah nya. Mereka semua pun tertawa. Suara bunyi lonceng terdengar keras tanda semua murid harus berada di asrama. Mereka cepat-cepat keluar ruangan dengan ketakutan dan berlari menuju asrama. *** Wish mengucek matanya saat bangun pagi. Ia bersyukur karena tidurnya sangat nyenyak kali ini. Ia melakukan kebiasaan paginya. Ia membuka jendela, menghirup udara di balkon sambil meregangkan tubuhnya sebentar. Sesekali ia menguap dan mengarahkan mulutnya yang lebar pada embun yang sesekali masih terasa. “Lembab!” Ucapnya. Saat akan masuk ke ruangannya lagi, ia melihat Emot di depannya. Ia terdorong ke belakang karena terkejut.  Arrgghh “Hi!” Sapa Emot dengan tangannya yang panjang. “Kau mengagetkanku!”  “Aku tidak bermaksud mengejutkanmu!”  “Apa yang kau lakukan disini?” “Sangat sulit untuk masuk ke dalam asrama kalian. Jika aku tidak ditemukan lagi, bisa jadi aku mati atau tertangkap oleh pelayan atau guru sekolah ini!”  “Kau tidak boleh mengharapkan hal yang buruk terjadi, apalagi mengatakannya!”  “Lupakan ucapanku tadi!”  Wish kemudian masuk ke dalam ruangannya dan mengambil handuk. “Kau mau menungguku mandi dulu lalu kita lanjutkan? Kami ada kelas pagi!” Kata Wish kuat. “Apakah kau harus mandi?” Kata Emot. “Tentu!” Wish menggunakan nada tertingginya. “Baiklah, aku akan menunggumu!”  Sambil menunggu Wish yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, ia mengambil remote televisi dan menonton siaran sekolah. “Tak ada yang kutahu! Sebaiknya aku mendaftar di sekolah ini!” Kata Emot melawak. Ia kemudian naik ke matras Wish dan berbaring di sana dengan santai sambil menonton televisi. Tak lama, Wish keluar dari kamar mandi. Ia menuju lemari untuk mengambil baju seragamnya. “Tak ku sangka kau menikmati siaran sekolah! Tidakkah membuatmu pusing?”  “Aku menikmatinya!”  Lalu Wish teringat dengan lendir-lendir yang terdapat di tubuh Emot. Ia melihat lendir-lendir tersebut lengket di selimut dan juga sprei miliknya. Matanya seperti akan keluar saat melihatnya. “EMOT!” Teriaknya keras. “Kau mengagetkanku! Apa yang terjadi?” Kata Emot sambil melihat keadaan Wish. “Kau kenapa?” Ia melihat wajah Wish seperti anjing herder yang siap menerkam. “Kau membuat tempat tidurku dipenuhi air liurmu. Itu pasti sudah bau!” Kata Wish meringis.  Dalam keadaan telanjang d**a dan masih berhanduk, ia menggendong Emot menuju kamar mandi. “Apa yang kau lakukan!” Berontak Emot berusaha untuk keluar dari dekapan paksa Wish. Wish menggendong Emot tanpa rasa jijik ke kamar mandi. Ia meletakkannya di bawah shower dan mengatur agar yang keluar adalah air hangat.  “Apa yang terjadi? Kau ingin aku melakukan apa?” “Saatnya MANDI!” Kata Wish dengan wajah menyeramkan. Wish memutar keran dan membasahi tubuh Emot lalu menyabuninya. “Ini tidak buruk!” Kata Emot mulai menikmatinya. “Kau seharusnya memakai baju juga! Itu akan melindungimu dari debu!” Kata Wish dengan kuat menggosok seluruh badan Emot. “Dimana temanmu yang satu lagi?” “Beruang bertubuh manusia?” “Ya, dia!” “Dia ada di saluran pembuangan sekolah. Dia masih berada di sana. Aku datang kepadamu ingin mengatakan…” “Lebih baik kita bicarakan itu nanti setelah kau bersih dulu!” “Aku suka mandi!” Kata Emot. Wish menariknya keluar dan ia mengatakan bahwa ia masih ingin mandi. Huff..  “Tidak, sudah selesai. Minyak-minyak di kulitmu sudah hilang. Sekarang saatnya menyikat gigi!” Kata Wish menariknya dari ruang kaca kamar mandi lalu ke wastafel. Ia memberikannya bangku agar bisa menjangkaunya dan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar. “Coba lihat?” Kata Wish usai mengajarkan Emot. Kemudian ia memperlihatkan giginya kepada Wish. “Kau cukup pintar!” Kata Wish mengelus kepalanya dengan lembut beberapa usapan. Emot merasa terharu diperlakukan dengan baik seperti itu. Wish memberinya handuk dan mengeringkannya lalu menggendongnya keluar dari sana. Ia memberikannya baju yang kecil yang cocok untuknya. “Ini terlihat lebih baik. Kau terlihat seperti boneka!” Setelah selesai mengurus Emot, ia menelpon resepsionis dan meminta mereka membersihkan kamarnya dan mengganti seprai nya secepat mungkin. Resepsionis berjanji akan melakukannya jam satu siang ini. Lalu ia duduk di meja dapur dan memakan sandwich yang dibuatnya sendiri. “Ini lebih lezat dari yang ku kita! Kau tidak mau?” Ia menawarkan kepada Emot.  “Kami tidak perlu makan! Jadi tidak usah sungkan untuk makan di depan kami!” Jawab Emot yang sedang bersantai di kasur Wish yang tak ber-sprei. “Apakah kalian memiliki umur?” “Semua goblin memiliki umur. Tapi, untuk apa menghitungnya jika kami tidak akan mati-mati. Kecuali ada yang memburu kami dan menjadikan kami perasan jusnya!” “Apa maksudnya perasan jus?” Kata Wish dan memasukkan satu gigitan besar di mulutnya. “Itu semacam… Darah kami dipisahkan dari daging, lalu meminumnya. Para Rebel menyukai hal tersebut!” Jelas Emot.  “Siapa Rebel?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD