Chapter 92 - Petualangan dengan Chery

2281 Words
“Bagaimana sedikit mulainya?” Kata Chery yang tak sabar lagi. Ia sudah melupakan bagaimana cara Ardy memperlakukan mereka tadi. Tujuan mereka ke sana bukanlah untuk membicarakan Ardy, melainkan mengetahui kekuatan Wish.  Saat Wish akan menyentuh bekas patung tersebut ia mendengar suara teriakan. “Tunggu!” Teriak Chery. Ia tampak takut karena otaknya menghayalkan hal-hal yang tidak masuk akal. “Apa lagi? Kau tampak menyeramkan berteriak kuat seperti itu!” Komplain Wish sambil memelototkan matanya ke depan wajah Chery. Ia melihatnya menarik napas panjang. “Nanti tidak ada drama-kan?” Kata Chery. Wish melotot saja kebingungan.  “Ya seperti pingsan, teriakan kesakitan, atau bisa jadi kau menghilang, kulitmu terbakar dan semua kemungkinan kau menjadi terluka!” Jelas Chery maksud dari perkataannya sebelumnya. “Kau terlalu berlebihan! Itu hanya ada dalam Imajinasimu saja. Semua akan baik-baik!” “Aduh! Jantungku berdetak dengan kencang tiba tiba.” Sambil memegang dadanya. “Semua yang kau lakukan, tidak ada yang aman! Sepertinya aku harus mempersiapkan diriku lebih.” Lalu ia menarik nafas panjang mengeluarkannya dan melakukannya beberapa kali. Ketika ia mulai tenang, ia menyuruh melanjutkannya. “Sudah?” Kata Wish memastikan. “Baiklah..huuu!” Ucap Chery dengan hembusan napas di akhir kalimat. Wish menyentuh bagian bawah patung tersebut. Ia menutup matanya,Dan berupaya untuk tampak tenang. Ia harus melupakan betapa tersiksa dirinya berada ditengah-tengah halaman yang panas. Keringatnya yang semula sedikit, bertambah banyak dan bercucuran. “Ayolah… ayolah.. ayoolah..!” Saat ia akan bersiap untuk mengucapkan mantra, Chery mengganggu nya dengan ucapan ‘ayolah-ayolah’ yang terus menerus diucapkannya. Dengan kesal ia membuka matanya agar bisa menasehati Chery. “Bisa?” Kata Chery polosnya melihat mata Wish terbuka lebar. “Cher!” Senggak Wish. Ia menarik napas panjang lagi. “Kau membuatku tidak berkonsentrasi! Bisakah kau tidak berbicara selama aku berkonsentrasi?” Wish mengatakannya dengan merapatkan gigi. “Maaf!” Ucap Chery menunjukkan giginya balik. Ia tidak tahu mengapa dirinya sangat grogi. Wish mengulangi caranya lagi. Ia menyentuh patung tersebut, menutup matanya, dan berkonsentrasi mengucapkan mantra. Mantra : Secundo manum tuam, et secundum momento, quod mutatio fiet angustus. Dum corpus intrat amor regnum auferam a mutatio. “Tidak ada yang terjadi!” Setelah Wish menunggu lama. “Kau mungkin kurang konsentrasi! Coba lebih berkonsentrasi lagi!“ Saran Chery. Wish mengulanginya tetapi tidak ada yang terjadi. Ia membuka matanya dan menggelengkan kepalanya. “Mengapa tidak bisa sih?” Kata Chery kesal. Kemudian ia memiliki ide ketika melihat wajah Wish yang kebingungan. “Coba di tempat yang berbeda!” Lanjutnya.  Wish merasa itu masuk akal. Ia melakukannya lagi. Ia menyentuh sebagian patung di sisi kiri, lalu pindah ke samping, atas, bawah dan bagian tengah tempat patung didirikan. Tetapi, tidak terjadi apa-apa. “Aku merasa kau harus mengetahui cara memakai kekuatanmu!” Kata Chery yang hanya melihat kegagalan. “Atau seperti katamu bisa jadi patung ini tidak memiliki ingatan!”  Chery mengangguk. “Kita bisa buktikan itu kalau kita sudah menyentuh benda bekas patung-patung tersebut!”  “Kau benar. Kita ke lokasi ketiga. Asrama tamu. Bagaimana?” Kata Wish. Mereka pun pergi ke asrama tamu tempat bekas patung kupu-kupu Greto oto raksasa berada.  “Apa yang akan kita lakukan selanjutnya kepada Ardy? Aku merasa ia sangat marah!” Kata Chery sambil berjalan. “Aku tidak tahu harus melakukan apa! Aku tidak tahu salahku dan dia juga tidak bersalah. Tidak ada yang bisa diluruskan. Mungkin dia tidak mau berteman lagi dengan kita!” Kata Wish dengan pemikiran jeleknya. “Tidak mungkin! Dia tidak seperti itu! Terlalu banyak kenangan yang tidak bisa kita lupakan! Tidak mungkin ia begitu mudah melupakan itu semua!” Kata Chery. Mereka berdiri di asrama tamu. Rasanya mereka sudah lama tidak berada di sekitar lokasi tersebut. Saat masuk ke dalam ruangan, mereka tidak melihat ada bekas patung disana. Di bagian tengah lobby tidak ada lagi bekas patung tempat kupu-kupu tersebut didirikan. Para pelayan sudah membersihkannya dan menggantinya dengan replika pohon besar dengan daun yang hijau. Mereka menghiasinya dengan lampu-lampu dan tulisan ‘Welcome’. “Sudah dibersihkan!” Kata Wish dengan mulut menganga. “Kau benar! Tidak mungkin mereka tetap membiarkan serpihan batu tersebut berada ditengah-tengah asrama yang mewah.” Kata Chery lagi. Wish membalikkan badannya menghadap pintu keluar dengan kecewa lagi.  “Di mana lagi ada tempatnya?” Tanya Wish kepada Chery sambil duduk di kursi lobby. “Kapal!” Kata Chery dengan suara tebal. Mereka tidak punya pilihan lain. Ia juga ragu ragu untuk menuju kapal. Sebelumnya mereka tidak pernah melakukan hal ini. Mereka tidak pernah mengunjungi kapal apalagi berbicara dengan kapten kapal. Karena untuk masuk ke dalam kapal mereka harus minta izin terlebih dahulu kepada kapten. Kapal tersebut tidak bersandar dekat di pulau. Mereka harus memakai perahu kecil untuk menjangkau kapal yang sedikit jauh dari pulau. Karena itu mereka harus meminta izin terlebih dahulu. Jika minta izin, bisa jadi mereka ketahuan dan mendapat sanksi. “Bagaimana?” Tanya Wish melihat Chery.  “Sepertinya kita harus minta bantuan Mool!” Jawab Chery. Mereka pergi ke kantin dulu sebelum menuju pinggir pantai. Chery akan memintanya untuk berkata kepada kapten agar mereka bisa masuk ke dalam kapal meski hanya sebentar. Mereka mendapati Mool di kantin sedang sibuk melayani murid-murid yang mengantri makanan. Wish dan Chery berpura-pura akan makan agar bisa memberitahu bahwa mereka membutuhkan bantuannya. Mool menyapa mereka berdua dan memberikan hidangan untuk hari ini. Ia ingin memberi tambahan makanan lebih besar dari yang lain. Di sebelah Mool, ada ibunya, yang bernama Chef. Rugin, yang mengawasinya bekerja. Sedangkan ayahnya sedang di ruang kontrol angkut makanan, di belakang kantin, yang bernama Chef. Mark Lalap.  “Selamat menikmati!” ucap Mool dengan senyuman. Chery tidak bisa berbicara dengan leluasa kepadanya. Chery berbisik kepada Wish. “Bagaimana cara kita melakukannya kalau ibunya berada di sana!” “Aku punya ide!” Kata Wish.   “Watch me!” Kata Wish kepada Chery lalu memasang wajah sedih ingin dikasihani. Ia berjalan sedikit ke depan ke segerombolan anak yang sedang berbicara. Lalu ia dengan sengaja berakting tertabrak hingga makanannya jatuh semua. Chery kemudian melihat ke arah Chef. Rugin yang berkata, “Urus dulu yang sana!” Tunjuk ibunya kepada Wish yang sudah menjatuhkan makanannya.  “Pastikan lantainya dibersihkan dengan baik sehingga tidak berbau amis!” Ucap ibunya yang sekarang mengambil alih kerjaannya. Mool tidak tahu tujuan kedatangan mereka. Ia mengambil sapu dan sekop lalu membersihkannya. Sambil bersih-bersih, Wish meminta maaf kepada Mool. “Maaf!” “Tidak apa-apa!” Kata Mool yang jongkok di depannya mengelap lantai. Wish pun jongkok juga diikuti oleh Chery. Mereka langsung berbicara tentang tujun mereka datang ke kantin. Mool tahu mereka butuh bantuanya. “Agak sulit untuk pergi dari sini! Ibu pasti tidak mau! Kalian bisa menunggu hingga kami lebih sepi?” Kata Mool. “Terlalu lama! Butuhnya sekarang!” Kata Chery langsung. “Aku tidak bisa melawan ibuku. Mending kalian temui Kapten langsung saja. Dia baik! Dia pasti memberi kalian masuk ke kapalnya. Asalkan jangan menyuruhnya berlayar.” “Benarkah?” Kata Wish memastikan. “Benar! Tapi yang susah ke sananya saja. Untuk ke pantai, kalian tidak bisa pergi menggunakan balon udara. Pelayan tidak akan memberi kalian izin!” Jelas Mool. Mereka baru ingat hal tersebut. “Kami tidak mungkin jalan kaki!” Kata Chery berbisik. Mereka tidak ingin pembicaraan mereka diketahui. “Mana Mool? Lama sekali!” teriak ibunya dari stand kantin mereka. Mereka saling menatap dan langsung cemas. Mool menjawab ibunya dengan teriakan juga. “Sebentar Bu!” “Bagaimana ini?” Kata Chery yang menginginkan solusi dari mereka. “Aku ada ide! Bagaimana jika kalian dari jalur barang saja!” Kata Mool sambil menjentikkan jari. “Dari mana itu?” Tanya Wish dan bersiap untuk mendengarkannya. Barang barang kami dikirim melalui truk. Tapi itu untuk barang barang yang besar dan banyak. Untuk barang barang yang kecil, kami menggunakan kereta gantung yang berbentuk petak. Kereta ini akan kami kirimkan dalam keadaan kosong ke tepi pantai, dan disana pelayan akan memasukkan barang-barang kecil sebagai persediaan makanan seluruh sekolah. Mungkin kalian bisa menggunakan itu! Bagaimana?” Tanya Mool. Wish dan Chery saling memandang. Mereka terlihat sumringah. Ternyata masih ada harapan. Mereka mengangguk kepada Mool. “Pas sekali! Ayah sedang mengoperasikan mesin tersebut. Aku akan membawa kalian ke ruangannya dan mengalihkan perhatiannya, lalu kalian masuk ke dalam kotak tersebut sebelum dijalankan. Kalian harus ingat, saat kalian keluar dari mesin tersebut, akan ada satu pelayan yang berada di sana. Ia tidak akan langsung membuka kereta gantung pembawa makanannya. Ia masih sibuk untuk memilah apa yang harus dimasukkan. Sebelum itu terjadi, kalian harus sudah keluar. Okay!” Jelas Mool sambil menyodorkan tangannya untuk tos. Mereka bertiga pun saling tos.  “Okay!” Kata Wish dan Chery bersamaan. “Ayo! Aku ingin membuang sampah ini ke belakang. Kalian mengikutiku dari belakang saat ibu tidak melihat.” Kata Mool kepada Wish dan Chery sambil berdiri. Mereka mengangguk menjawabnya. Kemudian Mool permisi kepada ibunya. “Aku ingin buang sampah ini dulu ke belakang lalu akan akan balik lagi!” Teriak Mool kepada ibunya. “Cepatlah!” Teriak ibunya balik yang terdengar seperti suara melengking rocker Candil. Diam diam dengan cepat masuk tapi nta yang membawanya ke belakang. Tetapi ia tidak langsung menutupnya. Ia menunggu Wish dan Chery masuk tanpa sepengetahuan ibunya.  “Ayo!” Ucap Mool setelah mereka masuk ke dalam. Mereka melalui lorong yang kecil agar sampai ke tempat tersebut. Hingga di ujung lorong ada ruang control dan terlihat ayahnya sedang sibuk berada di dalam ruangan tersebut.  Saat ia akan masuk ke dalam ruangan tersebut sambil membawa sampahnya, ia menunjuk memberikan kode tempat mereka harus masuk ke dalam. Ayahnya akan menjalankan satu kereta gantung. Mool harus menghentikannya sebentar ketika ayahnya akan menekan tombol start.  ayahnya tidak tahu bahwa ia berada di belakangnya. Mool akan berteriak dengan keras, lalu mengagetkan ayahnya. “YAH!” Teriaknya kuat. “Upps! Apa yang kau lakukan? Kau membuat ayah jantungan!”  Mool langsung tersenyum dan menunjukkan bahwa ia tidak berniat hal buruk akan terjadi dengan ayahnya. “Mengapa kau membawa sampah ke sini?” “Aku ingin tanya, dimana aku harus membuangnya?” “Tempat biasa! Di belakang!” Mool emncari cara untuk mengalihkan ayahnya. Ia punya ide. “Yah, kita tidak boleh lagi membuang sampah sembarangan, kan? Temani aku buang sampah nasi ini!” Kata Mool sambil merengek mendekati ayahnya. “Buanglah! Itu tidak berat dan hanya secuil saja!” “Aku takut! Ayo temani sebentar. Lagian tidak jauh!” Kata Mool lagi. Ayahnya melihat ke belakang dan matanya berfokus pada tombol start. Nampak sekali, bahwa ia akan menekan tombol itu dulu lalu menemani Mool. Sebelum itu terjadi, Mool memegang tangan Ayahnya dan menariknya keluar.  “Jorok!” Kata Ayahnya melihat tangannya dilumeri oleh bau kari dan juga nasi. “Mool!” Dengan nada kesal. Dengan terpaksa ia keluar dari ruangan itu untuk mengantarkan Mool kebelakang sekaligus mencuci tangan.  Wish dan Chery langsung menaiki kotak besi tersebut. Mereka berhati-hati agar tidak sampai menimbulkan bunyi dan menarik perhatian. Pelan-pelan ia menekan tombol open di kotak besi tempat makanan tersebut lalu masuk. Kotak tersebut tidak besar. Hanya muat dua orang dengan posisi menekuk kaki dan tangan saling berhadapan. “Aku harap kita tidak kekurangan oksigen di dalam sini!” Kata Chery pelan. Wish hanya mendengar saja. Mereka menutup kembali pintu kotak tersebut dan menunggu ayahnya menjalankan mesinya. Setelah selesai, Chef. Mark kembali ke ruangan control. Dari kaca di luar ruangan, Mool memperhatikan ayahnya.  “Kau tidak kembali?” Teriak ayahnya dari dalam ruangan. Mool tersenyum sambil menyilangkan tangan. Ia tidak menanggapi. Sebelumnya ia sudah mengecheck bahwa Wish dan Chery sudah masuk. Sekarang ia ingin memastikan bahwa ayah tidak mengecek isi dalam kotak makanan tersebut. Jika ayahnya sudah menekan tombol ‘Start’, barulah ia akan pergi.  Ayahnya kembali berteriak. “Pasti kau menghindari ibumu agar tidak membantunya!”  “Aku akan pergi, sebentar lagi!” Kata Mool sambil merenggek. Suara mereka bisa didengar oleh Wish dan Chery dari dalam. Chef. Mark ingin cepat-cepat menekan tombol sehingga bisa memarahi Mool dan menyuruhnya untuk membantu ibunya. Ia pun menekan tombol tersebut. “Tunggu ayah! Ayah akan memukulmu setelah ini!” Ucap Ayahnya usai menekan tombol dan keluar ruangan. Mool langsung tertawa dan berlari pergi. Ayahnya menggelengkan kepala karena telah dikerjai.  Mesin pun berjalan. Wish dan Chery mendengar gesekan-gesekan besi mulai bekerja. Mereka bisa merasakan, kotak besi itu ditarik ke atas, lalu berhenti dan bergerak lurus ke depan menurun ke bawah seperti permainan Zipline. Ia ingin berteriak lalu sedikit mual karena kecepatan dari kereta gantung tersebut. Wish berpupaya menenangkannya. “Jangan! Kau pasti bisa!” Kata Wish memberinya semangat. Tapi sebenarnya ia juga sedikit mual karena udara di dalam kotak tersebut juga sedikit dan gerakan dari kereta gantung yang cepat. “Ini sangat mengerikan!” Kata Chery dengan tangan di mulut. Ia mencoba menarik napas, meski napas yang ditariknya terasa kurang.  “Aku melihat lubang di belakangmu. Kamu bisa mendekatkan hidungmu ke sana dan tarik napas yang dalam!” Usul Wish kepada Chery.  Chery pun melakukannya dan merasa lebih baik. Ia berbicara dengan kepala diputar kebelakang. “Ini lebih baik. Sayangnya lubang udara ini hanya ada di belakangku.” Kata Chery. “Perjuangan kita memang hebat!” Kata Wish. Kemudian Chery mengingat Ardy. “Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Ardy. Melakukan hal-hal seperti ini terus menerus pasti membuatnya tidak nyaman. Kalau sekali, okay, dua kali okay, tapi dialah yang selalu menemanimu melakukan hal-hal bodoh ini!” Ucap Chery mencoba menganalis. “Chery, kau membuatku merasa lebih buruk!” “Bukan begitu! Aku hanya mencoba memahami posisi Ardy! Lagian kau selalu menyelamatkannya saat ia dalam bahaya, begitupun sebaliknya!” Ucap Chery lagi. Tiba-tiba, suara benturan mesin terdengar lagi lalu dilanjutkan suara angin keras yang keluar dari mesin kompres. Kotak tersebut berhenti. Chery mencoba mengamati apa yang ada di luar mereka dari lubang kecil di belakangnya. Ia mengangguk tanda tidak ada orang di sana. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD