Chapter 50 - Bersekutu dengan Slayer

1214 Words
Cat kehilangan akal. Jeli sudah meyakinkannya bahwa mereka berada di tempat yang tepat. Tinggal sedikit lagi mereka bisa berhasil sampai di tujuan mereka. Tidak mungkin mereka memanjat pagar yang tinggi itu lalu berjalan kaki ke dalam. Hari juga sudah sangat malam. Tidak ada cahaya sedikitpun di daerah sekitar mereka. Tidak bisa mencari pertolongan ataupun bertanya kepada seseorang di sekitar itu.  “Apa kita menginap disini dan kita akan lanjutkan besok pagi, bagaimana caranya untuk bisa masuk ke dalam?” Tanya Cat kepada mereka, sekaligus memberikan pilihan. “Sebaiknya begitu. Hari juga sudah sangat larut. Kita tidak akan menunggu lama juga!” Kata Name memberikan pendapat. Ia tak biasanya memberikan pendapat. Mereka pun menghela napas usai Name berbicara. Mereka menghempaskan kekesalan dengan helaan itu. Mereka harus bertahan dan mengumpulkan kekuatan. Sudah berhari-hari mereka tidak membersihkan diri. Bau dari tubuh mereka pasti sudah menyebar di seluruh dalam mobil, sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa aroma tubuh mereka seperti bau busuk. Six membuka kaca kanan nya sedikit agar udara masuk. Meski hanya sedikit tetapi udara yang masuk sangat dingin. Itu sudah cukup untuk mengganti udara di dalam mobil. Mereka pun mulai tertidur. Di pagi harinya, mereka bangun dan melihat keadaan sekeliling mereka. Mereka melihat langit sudah bersinar dan Matahari memberikan cahaya nya untuk menerangi Bumi. Gerbang yang ada di depan mereka berwarna hitam dengan bentuk yang futuristik. Ada banyak simbol-simbol burung hantu di sela-sela penyatuan besi-besi gerbang tersebut. Di sebelah kanan gerbang ada pos penjaga. Itu terlihat lebih jelas saat hari sudah terang.  Cat keluar dan melihat apakah ada orang yang menjaga tempat itu.  “Hellooooo..!” Teriak Cat dari seberang gerbang. Ia tidak bisa melihat siapa yang berada di dalam pos jaga tersebut. Ia berteriak kembali dan masih tidak ada yang menyahut. Ia berbalik dan melihat ke mobil Van. Ia tampak kecewa.  Tiba-tiba gerbangnya bergerak membuka. Cat bingung mengapa tiba-tiba terbuka padahal tidak ada orang di sana. Ia langsung naik ke dalam Van. Ia cepat-cepat menghidupkan mobil dan dengan cepat masuk melewati gerbang. Ia tampak senang karena mereka tidak sia-sia menunggu. Mereka melihat tiang-tiang lampu di kanan dan kiri yang ditata berjarak. Cat tahu bahwa tempat itu pasti terang saat malam tiba. Mereka melihat taman yang di tata rapi dan sangat bersih. Jalan yang mereka lewati mulai dari gerbang sudah di aspal dengan rapi.  “Tempat ini sangat terawat. Kemana kita akan dibawa oleh jalan ini?” Tanya Spong dari belakang. Ia menyandarkan dagunya di sandaran Jeli. Hembusan nafasnya terasa di leher Jeli. “Mungkin inilah rumah Tn. Lion!” Kata Cat sambil membelokkan stirnya. Mereka sekarang melewati topiary-topiary kecil, sehingga rumah besar di ujung, bisa terlihat. Mereka sampai di depan rumah tersebut. Sebuah goblin berdiri di depan rumah itu. Beruang bertubuh manusia menatap mereka.  “Tampak menyeramkan!” Kata Mr. Pella keluar dari dalam mobil. Ia melihat dua patung berdiri di depan rumah tersebut. “Mengerikan!” Komentarnya kepada patung yang dilihatnya. Cat melihat beruang bertubuh manusia itu. “Inikah rumah Tn. Lion?” Tanyanya kepada beruang bertubuh manusia yang ada di depannya. Ia mengangguk menjawabnya. Cat memperhatikan sekeliling dan merasa kehidupan Tn. Lion pasti sangat menyenangkan karena memiliki banyak uang.  Beruang bertubuh manusia tersebut membuka pintu dan dengan isyarat mempersilahkan mereka masuk. Mereka melihat ruangan yang besar dengan peralatan rumah berwarna mewah yang dipadu dengan emas dan perak.  Mereka duduk di bangku di tengah ruangan. Sofa tersebut sangat empuk hingga Name merasa ingin tidur disana. Setelah mereka duduk semua, Beruang bertubuh manusia tersebut pun pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata.  “Itukah goblin?” Tanya Mr. Pella menunjuk. Spong yang berada di sebelahnya menjawab dengan mengangguk. “Ia memiliki tubuh seperti manusia!” Komen Mr. Pella.  Mereka duduk dan menunggu Tn. Lion datang.  Beruang tadi datang lagi dan menyuruh mereka untuk menemuinya di kantornya menaiki tangga. Mr. Pella memberikan perintah bahwa tidak perlu semua naik ke atas. Ia memberikan perintah agar hanya dia dan Cat saja yang akan naik. Ia tidak ingin Rebel yang lain selain Cat mendengar rencananya. Mr. Pella dan Cat pun pergi menaiki tangga dan yang lainnya tinggal. Mereka menaiki tangga yang sangat panjang. Mereka menaiki tangga tersebut pelan-pelan dan memakan waktu lima belas menit. Saat di perjalanan, Mr. Pella mengeluh mengapa begitu banyak anak tangga yang harus mereka naiki. Keringatnya bercucuran dan meninggalkan bekas di lantai. “Ini melelahkan!” Katanya. Mereka pun sampai ke kamar pertama yang mereka temui. Akhirnya mereka bisa menaiki tangga tersebut sampai ke tingkat teratas rumah tersebut. Mereka mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. Mereka melihat pria yang sedang duduk di meja kerjanya.  “Hai!” Ucap Tn. Lion. Ia tersenyum dengan sangat tulus. Ia tahu siapa yang berada di sebelah Cat.  “Hormat saya Tuan!” Katanya membungkuk. Dalam hati Lion berkata, ‘Diakah yang menjadi pemicu ramalan itu nantinya? Adik dari raja? Apakah pewaris anak dunia waktu berada di Bumi?’ Meski banyak kekhawatiran yang ada di kepala Tn. Lion, tetapi itu tidak terlihat jelas dari wajahnya saat berada di depan Mr. Pella. Ia mencoba untuk berpura-pura tidak tahu.  “Ada yang ingin saya tanyakan kepada Anda!” Ucap Mr. Pella.  Mereka pun duduk di depan kursi meja kerja Tn. Lion.  “Silahkan! Apa yang bisa saya bantu?” Tanya Tn. Lion kepada Mr. Pella.  “Saya ingin kembali ke dunia waktu. Apakah bisa?” Tanya Mr. Pella.  Sebelum menjawab pertanyaan itu, Tn. Lion ingin memastikan apa yang sedang terjadi. Mengapa Mr. Pella adiknya raja berada di Bumi. Mr. Pella menceritakan apa yang terjadi dengannya. Mulai dari ia memulai pemberontakan demi perebutan tahta, putri Flos yang tercampak bersamanya di Bumi, dan dirinya yang ingin kembali ke dunia waktu.  Tn. Lion banyak diam. Masalah tersebut sangat dipikirkannya baik-baik. Ia tahu bahwa ramalan tentang seorang manusia yang akan memerintah dunia waktu, akan tergenapi. Ia yakin sekali, pemicu awal dari ramalan itu tergenap adalah Mr. Pella. “Apakah tuan merasa manusia atau setengah dewa?” Tanya Tn. Lion penasaran. “Aku lama-lama merasa sifatku berubah!” Ucap Mr. Pella.  Cat langsung menerangkan. “Benar! Tuan Pella seperti manusia umumnya. Lama kelamaan semua yang dilakukannya seperti manusia, dan tidak seperti seorang Rebel!”  “Aku merasa tuan akan menjadi manusia pada umumnya jika tidak dicegah. Itu dikarenakan portal yang kalian lalui adalah portal keluar khusus manusia.” Cat merasa menjadi masuk akal karena penjelasan Tn. Lion.  “Dan.. jika ingin menambah umur tuan, kita tidak bisa melakukannya dengan darah manusia. Melainkan perjanjian dengan Slayer.” Kata Tn. Lion dengan berbisik. Ia ingin memberikan efek menyeramkan.  “Slayer? Memangnya Slayer ada di Bumi?” Tanya Mr. Pella. “Kita bisa memanggil Slayer dan mengubahnya saat di Bumi. Namanya, bayangan Slayer. Syarat untuk bisa melakukannya adalah harus ada Slayer-slayer yang mengitari tuan di malam hari.” Jelas Tn. Lion.  “Apakah itu tidak akan menyebabkan aku sama seperti mereka?” Tanya Mr. Pella. “Ney..ney..” Ungkapnya bersamaan dengan isyarat tangan. Ia menaikkan jari telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya.  “Hanya darah perjanjian Slayer yang bisa menambah masa hidup tuan.” Ucap Tn. Lion lagi menyakinkannya. “Bagaimana dengan pintu untuk menuju dunia waktu?” Tanya Mr. Pella lagi. “Itu beda cerita lagi. Tetapi, menambah umur dengan membuka pintu dunia waktu, saling berhubungan.” Jelas Tn. Lion. Mr. Pella langsung berkata, “Bagaimana?” Ia tampak begitu penasaran.  “Kau juga harus pastikan bisa melakukannya!” Kata Cat dengan sedikit ancaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD