Chapter 90 - Perselisihan dengan Ardy

1196 Words
Wish berjalan dari ruangan kepala sekolah. Ia meletakkan tangannya sebentar di dinding mengingat apa yang dikatakan Emot kepadanya. Ia juga ingin tahu apakah ia memiliki kekuatan untuk melihat masa lalu dari sebuah garis waktu hanya dengan menyentuh benda yang berhubungan dengan peristiwa itu. Ia mencobanya dan memikirkan mantra yang harus diucapkannya. Tak ada yang terlintas di kepalanya. Ia mencoba memeriksa ingatannya seperti mencari buku di rak-rak pajangan perpustakaan.  Saat ia memejamkan mata dan tangannya menyentuh dinding bekas Titanoboa yang hilang, seseorang mengaburkan konsentrasinya. Ia menepuk pundak Wish dari belakang. “Hei! Apa yang kau lakukan?” Kata Max dengan keripik kentang di tangannya. Serpihan keripik kentang di tangan Max mengenai seragam Wish. Ia melirik tangan Max sedikit demi sedikit dengan kesal dan menyeringai. “Aku sedang mencoba apa yang dikatakan oleh Emot kemarin. Aku ingin mencobanya!” Jawab Wish. “Tenanglah!” Kata Max sambil merangkulnya dan mendorongnya agar pergi dari tempat itu. “Jangan lakukan sekarang. Teman-teman kita akan merasa kau sangat aneh!” Jelas Max mendorongnya berjalan menuju kelas. “Kita ada kelas Mr. Cat. Ia akan sangat marah jika kita terlambat.”  Wish mengikuti saran Max. Ia berencana akan melakukannya di saat pulang sekolah saat murid-murid tidak berpetualangan.  Wish penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh Max. “Apakah kalian percaya dengan yang dikatakan Emot?” “Orang tua kami sudah menceritakan bahwa hal ini pasti terjadi. Dimana kami yang akan menyelamatkan dunia. Tugas dari sembilan keturunan adalah menjaga Bumi. Untuk itulah kami memiliki kepintaran di atas rata-rata. Sebuah ramalan pasti akan terjadi dan itu sedang digenapi!” “Aku tidak mengerti, kau percaya begitu saja?” “Sayangnya, kami sudah dipersiapkan untuk itu! Aku mudah percaya dengan semua yang dikatakan Emot. Kami percaya dengan yang dikatakan Emot. Kamu sudah tahu pasti akan ada yang datang untuk memberitahukan saatnya tiba untuk mempersiapkan diri!” Kata Max dengan mudahnya sambil mengunyah keripik kentangnya. Ia bingung mengapa dia sangat santai mengatakannya. “Kau tidak memiliki rasa takut!” Puji Wish sambil menggelengkan kepalanya. “Apakah kau tahu kalian melindungi Bumi dari apa?” Mendengar pertanyaan tersebut membuat Max tertawa. “Itu yang tidak kami tahu!” Ia tertawa hingga serpihan keripik kentangnya berceceran keluar dari mulutnya. “Jadi kau percaya begitu saja?” “Itu pasti terjadi, dan kita hanya bersiap-siap saja. Simple bukan?” “Aku akan mencoba berpikir sepertimu!” Kata Wish yang mulai menerima semua hal aneh yang terjadi dalam hidupnya. Mulai dari ia kecil hingga yang baru-baru ini, ia berada di dunia yang selama ini tidak diketahui eksis ternyata ada.  Mereka diam hingga masuk ke dalam kelas. Kemudian berpisah dan duduk di tempat mereka masing-masing. Wish melihat ke belakang menatap Junior dan mengamati gerakannya. Junior tersenyum dan Wish tidak menyamperinya. Mungkin butuh waktu bagi Wish untuk memulai percakapan dengannya setelah semua yang terjadi di gorong-gorong sekolah. Ia juga masih perlu menerima bahwa sekolahnya bukanlah sekolah biasa, dan ada banyak rahasia disana. Termasuk yang mengagetkannya sekarang adalah guru-guru mereka bisa menghapus ingatan murid-muridnya dengan mudah. Ia sampai-sampai berpikir, mengapa semua murid yang pernah bersekolah di sini dan kemudian lulus tidak mengetahui letak sekolah mereka ketika mereka mulai berbaur dengan masyarakat kota. Huff. Wish merasa menyedihkan dengan semua yang ia ketahui yang tidak akan hilang dari ingatannya meski sudah mencoba untuk melupakan hal yang membuatnya khawatir itu. Jika semua hal diingat baik itu baik atau buruk, tentu menyiksa Wish.  *** Di sore harinya, ia mengajak Ardy untuk menemaninya ke ruangan kepala sekolah. Ia ingin tahu apakah ia benar-benar memiliki kekuatan itu. Ia akan meletakkan tangannya di dinding pintu bekas patung titanoboa berada sebelumnya, dan sambil berjalan ia mencoba mengingat mantra yang akan diucapkannya. “Aku rasa mantra yang ku ucapkan bisa jadi mantra yang aku tahu dari tempel Jupiter kemarin!” Kata Wish. “Apa kau masih mengingat mantranya?” “Ingat. Secundo manum tuam, et secundum momento, quod mutatio fiet angustus. Dum corpus intrat amor regnum auferam a mutatio.” “Mari kita coba!” Kata Ardy dengan bersemangat ingin membuktikan ucapan dari Emot bahwa Wish memiliki kekuatan seperti manusia super. Sesampainya disana, Wish berlari sedikit untuk menjangkau dinding dengan lebih cepat. Ia meletakkan tangannya dan memejamkan mata. Ia mencoba berkonsentrasi memusatkan perhatiannya pada mantra yang akan diucapkannya. “Secundo manum tuam, et secundum momento, quod mutatio fiet angustus. Dum corpus intrat amor regnum auferam a mutatio.” Ucap Wish dengan mulut komat kamit tanpa bersuara. Ia membuka matanya dan melihat Ardy dengan keheranan. “Kenapa?” Wish masih saja melihat Ardy dengan tatapan kosong. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu hingga tidak sadar bahwa ia sedang mengabaikan Ardy. “Bagaimana? Kau melihat sesuatu?” “Tidak ada yang terjadi!” Kemudian ia mencoba lagi. Menyentuh dinding bekas patung itu lagi dan mengucapkan mantranya lagi, tapi kali ini dengan bisikan pelan. Ardy bisa mendengarnya dengan jelas. Wish membuka matanya. Ia menggelengkan kepalanya sambil melihat Ardy. “Tidak ada yang terjadi!” Ardy tertawa. Dalam hati ia meremehkan apa yang dikatakan oleh Emot. “Mungkin semua itu hanyalah kebohongan!”  “Apa mantranya yang salah?” Pikir Wish mencoba mengingat apakah ada yang salah dari yang dilakukannya barusan. “Mungkin seharusnya mantra yang diucapkan bukan itu. Bisa jadi mantra tersebut berfungsi untuk hal lain!” Kata Wish mencoba berpikir positif. “Mungkin semua itu tidak benar!” Kata Ardy mematahkan semangat Wish. “Pagi ini aku bertemu Max. Ia berkata bahwa semua keturunan mereka sudah mempersiapkan hal itu terjadi. Hanya Chery dan Ohn yang tidak seperti mereka, yang orangtua-nya sudah mempersiapkan mereka. Mereka sudah tahu hari ini pasti akan terjadi, meski tidak tahu siapa-siapa saja yang terlibat. Ia sangat yakin tentang hal tersebut. Mereka yakin bahwa dunia ini harus diselamatkan!” Jelas Wish. Ardy menjadi kebingungan sendiri. Amarahnya memuncak kepada Wish. “Bagaimana lagi aku harus mengatakannya! Selama aku mengikutimu aku menjadi seperti orang gila. Aku sering ketakutan sendiri memikirkan dunia yang berbeda yang kau ceritakan. Aku mengorbankan nyawaku untuk mencari batu permata dan berpindah tempat menggunakan alat yang belum teruji pasti, tapi apa yang ku dapat! Penelitian itu tidak berhasil, dan kegilaanmu menjadi-jadi! Kau percaya kata Emot bahwa kau bisa melihat masa lalu dalam sebuah ingatan benda mati, dan kita membuktikannya sekarang bahwa itu tidak terjadi, tapi kau tetap mempercayainya dibanding pendapatku!” Kata Ardy menaikkan nadanya berbicara. Ia meluapkan kekesalannya dan mulai muak dengan semua keanehan selama ia berteman dengan Wish. Entah apa yang terjadi dengannya. Wish terbengong melihat Ardy yang sangat marah kepadanya. Ucapan Ardy begitu kasar baginya. “Apakah selama ini kau terpaksa melakukannya? Padahal kau juga menyetujui usulanku, mendengarkan kegilaanku, menyemangatiku untuk melakukan penelitian itu dan selalu berada disampingku bahkan dalam keadaan berbahaya. Aku tidak tahu bahwa kau berpikir seperti itu selama ini!” Ucap Wish dengan penuh kekecewaan. Ia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Ardy akan mengatakan hal sekasar itu padanya. “Maafkan aku, sepertinya aku tidak berpikir jernih hari ini!” Kata Ardy lalu menghilang dari hadapan Wish.  Wish tidak mengejarnya. Ia juga merasa perlu mengoreksi dirinya sendiri. Ia selalu berharap banyak pada Ardy dan seolah-olah menjadikannya bodyguard. “Apakah ia marah karena aku menceritakan tentang Max dan langsung mempercayainya tanpa mempertimbangkan pandangannya?” Ucap Wish yang berjalan kembali ke asrama berharap tidak bertemu Ardy dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD