Naik Gunung.

1296 Words
"Punya cewek.. nyusahin banget" Gumam Vino memperhatikan Qeela yang sedang tidur diranjang nya itu. Dia baru saja selesai membersihkan tubuh nya, berjalan dari arah kamar mandi hanya dengan menggunakan celana training hitam dan bertelanjang d**a dengan handuk yang tergantung dibahu kanan nya. Berjalan mendekat kearah ranjang. Lalu membenarkan posisi tidur dari gadis nya itu. Melepaskan heels gadis itu terlebih dahulu, lalu menaikkan kaki Qeela agar sempurna pada ranjang nya. Lalu setelah itu, pandangan nya jatuh pada baju yang Qeela kenakan. Yang sepertinya terkena sedikit muntahan nya tadi. Tanpa sadar Vino sedikit menelan saliva nya kasar. "Nggak mungkin gue yang gantiin baju dia 'kan?" Ucap nya pada diri sendiri. Dia pun mencoba membangunkan gadis itu untuk menyuruhnya berganti pakaian. Di goyangkan nya lengan Qeela dengan sedikit kasar "La, bangun. Ganti baju dulu" Ujar Vino. "Laaa.. ayo dong bangun dulu sayang" "Hmm.." Itulah yang Vino dengar dari mulut Qeela sebagai jawaban. "Ayo dong, nggak mungkin 'kan aku yang gantiin baju kamu. Ayo bangun" "Senja ngantuk. Buka aja, gantiin" Gumam Qeela setengah merengek, yang berhasil membuat Vino lagi-lagi harus menelan saliva nya itu. *** Matahari pagi menyapa dengan sinar terang nya, memancarkan cahaya nya untuk seluruh dunia. Memasuki kamar minim cahaya itu melalui celah tirai jendela. Mengintip sepasang kekasih yang sedang tertidur nyenyak, dengan saling berpelukan. Namun bukan pada ranjang dengan kasur yang nyaman nan empuk itu Melainkan pada kasur lipat dan tipis yang terbentang diatas lantai. Kasur lipat itu, Vino siapkan untuk diri nya. Karena malam ini ranjang nya itu sudah diisi oleh sosok cantik yang berhasil memikat hati nya itu. Dan tidak mungkin 'kan, jika Vino mengambil posisi disamping Qeela dalam satu ranjang? Walaupun bergaul dalam lingkungan yang bebas, Vino tidak pernah sama sekali memiliki niatan untuk tidur ataupun meniduri lawan jenis nya, tanpa ikatan yang sah. Dia hanya takut bahwa karma itu akan menimpa adik nya, calon istri atau bahkan anak-anak nya kelak. Namun sekarang, kasur lipat itu tidak hanya berisikan Vino seorang. Diatas d**a nya, sosok cantik yang semula berada diranjang, kini sudah berada diatas nya. *** Semalam, sekitar pukul dua dini hari. Qeela terbangun tanpa sadar. Diri nya berjalan dan menjatuhkan tubuh nya tepat disamping Vino. Menggunakan tangan kekar Vino sebagai bantal nya, dan memeluk tubuh Vino seperti memeluk guling tidur nya, untuk mencari posisi nyaman nya. Vino pun yang baru terlelap sekitar satu jam itu, merasakan tubuh nya menghangat. Namun karena mata nya terlalu berat untuk dibuka, akhirnya dia pun memeluk balik sesuatu yang menghangatkan nya itu, lebih erat. Lalu kemudian kedua nya tertidur dengan saling berbagi peluk yang hangat dimalam yang dingin. *** Pukul 08.34 WIB. Vino mengerjapkan mata nya, mencoba menggerakan tangan serta badan nya. Namun yang dia rasakan adalah berat. Ada sesuatu yang menindih tubuh nya. Dia pun membuka mata nya, lalu menjatuhkan pandangan nya pada sosok Qeela yang berada diatas d**a nya. Mata Vino terbelalak kaget. Dia menelan saliva nya, mencoba mencari suara nya. Pandangan nya menerawang pada atap kamar. Apa yang sudah terjadi? Seingatnya, dia langsung tertidur setelah selesai dengan urusan nya. Akan tetapi kenapa saat ini gadis nya itu berada diatas tubuh nya? Berbagai pertanya menyerangnya dipagi hari ini. Tak ingin berlama-lama dengan posisi yang sangat membuatnya tidak nyaman, Vino pun mencoba membangunkan Qeela dengan menepuk pundak gadis itu. "La.. bangun" "La, ayo dong. Kamu berat tau" "Sayang.. Aku nggak nyaman" Akhirnya, setelah mencoba beberapa kali. Gadis itu membuka mata nya , menengadah kepala nya, menatap wajah Vino dengan pandangan bingung nya. Lalu seketika, mata Qeela melebar dengan pandangan yang tak bisa Vino artikan. Dengan cepat pula, Qeela menarik diri nya melepaskan pelukan nya dan membuat jarak dengan Vino. "Ngapain lo? Hah?" Ucap Qeela dengan marah. "Aku nggak-" "Jauh! Jangan dekat-dekat" Sergah Qeela ketika Vino mengambil posisi duduk dan mencoba mendekati nya. "Ssttt.. dengerin aku, Kita ngga-" Belum sempat Vino memberikan penjelasan nya. Qeela sudah berlari dengan tangan menutup mulutnya menuju pintu yang dia yakini adalah pintu kamar mandi. Sesampainya didalam, dia memuntahkan semua cairan yang semalam dia konsumsi. Hal itu tentu membuat Qeela terduduk lemas dilantai kamar mandi. Vino yang melihat nya pun merasa kasihan. Diangkat nya tubuh Qeela keluar dari kamar mandi, lalu di baringkan nya tubuh lemas itu diatas ranjang milik Vino. Hiks hiks .. "Eh.. kok nangis?" Ujar Vino bingung dengan Qeela yang tiba-tiba menangis. Vino mengambil duduk di tepi ranjang nya, mencoba memberi ketenangan dengan cara mengelus surai lembut Qeela. "Kamu.. apain aku? Aku hamil ya?" Ucap Qeela dengan terbata dan dengan ekspresi muka polos nya yang justru hal itu membuat Vino merasa gemas pada gadis nya. "Kamu tau darimana kalau kamu hamil? Hm?" Ucap Vino dengan lembut yang disertai senyum geli dibibir nya. "Tadi 'kan hiks.. ak-aku mun-tah-" Belum sempat Qeela menyelesaikan kalimat nya. Vino dengan tiba-tiba mengecup kening Qeela dalam. Vino sangat gemas dengan tingkah gadis nya ini. Sejujurnya dia ingin sekali menyumpal bibir Qeela itu. Namun logika nya masih berjalan dan mengingatkan nya atas batasan yang dia yakini. Sehingga hanya kening Qeela lah yang dapat dia kecup. "Denger. Kita nggak melakukan apapun. Kita hanya tidur, dan nggak lebih" Ucapnya dengan penuh pengertian. "Dan penyebab kamu muntah itu, karena semalam kamu mabuk. Ingat?" Qeela pun menggeleng pelan masih dengan muka polos nya. Yang membuat Vino bergegas memasuki kamar mandi untuk menjernihkan pikiran nya itu. *** Pukul sepuluh, teman-teman Mapala dan Vino sedang melakukan pengecekkan barang-barang yang mereka perlu 'kan selama pendakian siang nanti. Saat ini mereka telah berkumpul diruangan khusus Mapala. Dan akan berangkat menuju basecamp satu jam lagi. Rencana pendakian gunung pangrango yang mereka jadwalkan akhirnya dapat terealisasikan, setelah terpending karena ujian akhir mereka. Setelah semua barang dinyatakan lengkap, Vino pun pamit untuk keluar mencari seseorang yang tadi bersama nya. Di depan pintu ruangan itu,Vino mengedarkan pandangan nya. Mencari sosok yang memaksa Vino membuat keputusan untuk turut mengajaknya dalam pendakian kali ini. "La.. Hei, Sini" Aqeela Senjani, gadis yang sedang meneduh dibawah pohon, yang membuat Vino selalu ingin menjadi pahlawan, yang selalu ingin menjaga dimanapun dan kapanpun gadis itu membutuhkan nya. Aqeela yang merasa terpanggil pun, akhirnya beranjak mendekat kepada pria yang mengaku sebagai pacarnya itu. "Ayo masuk. Sudah mulai terik' Ucap Vino seraya menggenggam tangan Qeela. Membawa gadis itu masuk kedalam ruangan yang sudah dia anggap seperti kamarnya sendiri. ^^ Pukul setengah satu siang. Vino, Qeela beserta anak-anak Mapala lain nya, baru tiba di basecamp Via Cibodas. Mereka pun mengurus simaksi (1) pada Pos Mabes Jagawana, demi mencocokkan data diri mereka. Dirasa sudah cocok semua, mereka pun berjalan menuju basecamp yang tersedia, untuk beristirahat. Setidaknya sampai waktu itenerary (2) yang mereka tentukan tiba. Vino menggenggam tangan Qeela membawa nya masuk kedalam basecamp dan menyuruh nya untuk beristirahat. "Sekarang istirahat" Ucapnya penuh perhatian. ** "Kenapa elu ngajak Qeela, Vin?" Tanya Bara yang memang satu organisasi dengan Vino. Mereka memang selalu melakukan pendakian bersama-sama. Dan Bara merasa bingung ketika sahabat nya itu mengikut sertakan seorang gadis yang masih awam dengan dunia pendakian. Yang jelas-jelas dirinya dan Vino adalah kaum lelaki yang tidak ingin repot mengulurkan tangan nya untuk membantu wanita dalam proses mendaki. Karena menurut mereka hal itu sungguh mengganggu. Jika memang tidak bisa, maka tidak usah ikut dari pada merepotkan yang lain. Tapi sekarang? Vino menatap sahabat nya itu dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa? Bosen gue naik sama elo mulu" Ucap Vino dengan santai. "Sekali-kali sama cewek. Dingin dikit, langsung peluk" Lanjutnya dengan seringai kecil disudut bibir nya. Bara melemparkan topi gunung nya pada muka Vino. "Bangke lo. Mau selingkuhin gue? Hah?" Ucap Bara dengan sedikit drama didalam nya. "Dih najis lo. Jauh-jauh!" Vino mengambil jarak, menjauh dari sahabat nya yang mulai menggila. "Bang ihh.. Jangan selingkuh dari eneng" Teriak Bara pada Vino yang mulai menjauh dari nya. Lalu kemudian, dia tertawa geli karena diri nya sendiri. Note: 1. Simaksi : Surat izin masuk tempat konservasi. 2. Itenerary : Rencana perjalanan, atau list tempat yang akan kita kunjungi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD