Gunung Pangrango.

1353 Words
"Okeh, Guys. Sebelum kita jalan, alangkah lebih baik kita berdoa terlebih dahulu. Meminta perlindungan dan kelancaran untuk pendakian kali ini. Berdo'a menurut kepercayaan masing-masing, mulai" Tepat pukul dua siang, mereka akan memulai pendakian di Gunung Pangrango ini menuju Rawa Gayonggong sekitar satu jam perjalanan. Setelah do'a yang dipimpin langsung oleh Bara, selaku ketua Mapala. Mereka pun mulai berjalan dengan Bara yang memimpin didepan, disusul dengan Vino, Qeela, Raka, Aldi, Bimo, Zidni, Niko dan yang terakhir Akbar. Awal pendakian berupa tangga berbatu diantara hutan tropis. Jalur awal ini juga merupakan jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Disepanjang perjalanan, mereka melewati telaga biru hingga sampai di pos Panyancangan. Jalanan yang berupa jembatan beton dengan alas dari kayu. Dengan ketinggian 1,634 mdpl, yang merupakan trek paling nyaman dibanding trek lain nya yang bebatuan. Setelah melewati jembatan Kayu. Vino dan yang lain, kembali pada jalur berbatu yang bisa dibilang masih aman trek nya. Sehingga Qeela bisa melewatinya tanpa bantuan Vino. Pos panyancangan sendiri berada dipertigaan menuju Air Terjun Cibeureum dan jalur pendakian Gunung Gede, dengan ketinggian 1,659 mdpl. Dari pos Panyancangan, mereka akhirnya tiba di pos kedua, Pos Rawa Denok 1 yang memiliki ketinggian 1,812 mdpl ini, terdapat bangunan kecil yang cocok untuk beristirahat. Dan mereka pun memanfaat 'kan hal tersebut. "Nih minum dulu" Ucap Vino menyerahkan sebotol air mineral yang tutup nya telat terbuka kepada Qeela. Dan Qeela menerima nya dengan senyum tipis di bibir nya. Meneguknya hingga dahaga itu hilang, lalu menyerahkan kembali pada Vino. "Makas- ihh.." Ucapan Qeela terganggu ketika Vino meminum air bekas diri nya. Pada satu botol yang sama. Vino pun menatap Qeela bingung dengan ekspresi gadis itu. "Kenapa?" "Kok minum aku, kamu minum juga" "Kenapa? Bekas kamu enak, manis" Vino berucap dengan setengah berbisik, yang di akhiri kekehan gelinya ketika melihat wajah gadis nya itu merona malu. "Dih, kok gue kesel sih. Si Vino bawa cewek ke gunung, menang banyak dia" Ucap Raka bermaksud menggoda Vino dan pacar nya itu. Atau mungkin, pria itu sebenarnya merasakan kesal yang sesungguhnya dalam hati, ketika melihat Vino dan Qeela. "Iyalah.. bosen gue naik sama kalian terus. Kalau sama Qeela mah enak, bisa manja-manjaan. Iya 'kan, sayang?" Balas Vino yang malah membuat Qeela makin merona karena malu menjadi bahan kejahilan Vino dan kawan-kawan. "Duh ilehh.. sayang-sayangan. Eneg gue" sahut Bimo, cowok dengan rambut gondrong itu berkomentar dengan memperagakan bahwa diri nya ingin muntah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Vino. "Si bangke, sirik aja lo semua" "Buru, yuk. Lanjut" Bara mengintrupsi. Mereka pun melanjutkan perjalanan masih dengan medan yang sama menuju Pos Rawa Denok 2, yang ketinggian nya sekitar 1,815 mdpl. Yang trek nya hanya berupa batu-batu untuk duduk beristirahat. Memasuki pukul enam sore, mereka akhirnya tiba di pos berikutnya. Pos Batu Kukus 1, pos ini masih sama dengan Rawa Denok yang memiliki trek yang datar. Pos Batu Kukus 1 sendiri berada di ketinggian 1,875 mdpl. sedangkan Pos Batu Kukus 2 berada di 2,012 mdpl, dan Pos Batu Kukus 3 di ketinggian 2,062 mdpl. Jarak diantara ketiga nya tidak terpaut jauh dan masih dengan kondisi trek yang sama, yaitu berupa batu sebagai tempat duduk untuk istirahat sejenak. Dan disana, mereka bertemu dengan para pendaki lain yang sedang beristirahat, saling bertukar senyum dan bertegur sapa. Walaupun mereka tak saling mengenal. Vino melirik Qeela yang sedang membenarkan ikatan pada rambut nya. Gadis yang memakai kaos polos hitam yang dilapisi kemeja lusuh yang kebesaran berwarna biru, tampak cantik dimata Vino, saat ini. "Kamu cape?" Ujar Vino mengambil tempat duduk disamping Qeela. Qeela menggelengkan kepala nya, "Engga." Vino menghela nafas nya, lalu menggenggam tangan gadis itu lembut "Maaf ya. Aku sudah bawa kamu dalam pendakian ini" Ucap nya pelan. ^^^ Setelah beristirahat sejenak, tepat pukul tujuh malam, mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan sekitar sepuluh menit, dan akhirnya mereka pun tiba di Pos Air Panas yang berada di ketinggian 2,171 mdpl. Pos ini merupakan sumber air panas yang berasal dari Gunung Gede. Dan di Pos ini juga, mereka lebih berhati-hati dalam melangkah. Dikarenakan, walaupun disisi-sisi nya sudah tersedia kayu sebagai pegangan. Namun tetap, bebatuan yang mereka pijak itu sangat lah licin. Terlebih saat ini hari mulai petang. Vino cukup cemas dengan gadis yang sedang melangkah dengan pelan dibelakang nya. Dia mengulurkan tangan nya kebelakang, meminta Qeela agar menggenggam tangan nya. Dan berjalan bersama dengan tangan saling bertautan. "Ayo, pelan-pelan aja" ujar nya penuh perhatian. Sejujurnya yang saat ini Qeela rasakan adalah takut yang sangat amat. Menghadapi jalanan yang cukup ekstrim, bebatuan besar yang licin, suhu panas yang bersumber langsung dari aliran yang berada disamping nya, ditambah dengan penerangan minim yang hanya bersumber dari headlamp (1) masing-masing dari mereka. Itu semua bagaikan paket komplit yang membuat seorang Aqeela dilanda ketakutan. "Tetap pegang tangan aku" "Tenang elah. Gue jagain dari belakang kok" Sergah Raka yang memang posisi nya berada di belakang Qeela. "Awas lu macem-macem!" "Duilehh si babang possesive banget" Gelak tawa pun hadir ditengah ketegangan. Dan berkat hal itu, akhirnya Qeela dapat tersenyum manis, dan merasa lebih tenang. Setelah melewati Pos Air Panas. Mereka pun akhirnya tiba di Pos Pemandangan diketinggian 2,165 mdpl. Pos yang berada di dekat aliran sungai dangkal yang air nya dingin dan bersih. Sehingga bisa di konsumsi oleh para pendaki. "Sini, cobain deh. Air nya segar" Ujar Vino seraya mengulurkan kedua tangan nya yang digunakan sebagai wadah air sungai itu. Meminta Qeela untuk meminum nya melalui kedua tangan nya. "Ih nggak mau. Kotor" Vino berdecak gemas "Cobain, ini bersih tau" "Udah sih, La. Turutin aja napa. Segar kok" Ujar Bara. Lalu dengan ragu, Qeela mulai mendekati Vino yang sedang berjongkok ditepian sungai. Vino pun yang melihat Qeela mengambil tempat disampingnya, akhirnya tersenyum manis. Lalu dia meraup air sungai dan membawa kedepan wajah Qeela. "Ayo" Ucap masih dengan senyum di wajah nya. Qeela pun menuruti nya, menundukkan wajah nya pada tangan Vino. Lalu meminum air sungai itu. Senyum manis Qeela terbit di sudut bibir pucat nya, "Segar." *** Setelah dari Pos Pemandangan . Akhirnya mereka tiba di Pos Kandang Batu, yang sangat cocok bagi mereka untuk mendirikan tenda dan beristirahat. Karena hari pun sudah larut dan tenaga pun sudah cukup terkuras, mereka memutuskan untuk menetap di Pos Kandang Batu dengan mulai memasang tenda dan memasak logistik (2) yang telah mereka bawa. Bara mulai membagi tugas. Vino, Raka, Akbar, Bimo, dan diri nya sendiri bertugas membangun tenda yang mereka bawa. Sedangkan, Niko dan Aldi yang mengurus makan malam yang kemalaman untuk semua nya. Dan Qeela, para lelaki sejati itu sepakat untuk membiarkan nya duduk tenang di antara tenda yang sedang didirikan. *** "Makanan siapp" Makan malam sederhana yang tersusun rapih di kertas nasi yang berjejer. Ditambah dengan hangat nya api unggun di malam yang dingin ini, serta canda tawa yang baru kali ini Qeela rasakan. Kebersamaan itu nyata diri nya rasakan dari para sahabat pria yang mengaku sebagai kekasih nya itu. Terlihat kebahagian dan kebebasan dimata para lelaki yang saat ini sedang bernyanyi dengan iringan ukulele yang Niko bawa. Aqeela merasa bersyukur bisa hadir ditengah-tengah mereka, para lelaki yang selama beberapa jam ini memperlakukan diri nya bak seorang putri lemah yang harus mereka lindungi. "Udah malam, tidur. Biar besok pas Summit (3) nggak cape" Ujar Vino membuyarkan lamunan Qeela. "Guys, udah larut. Mending istirahat deh. Persiapan besok Summit" "Gue sama Qeela yaa" Ujar Niko dengan semangat. Vino langsung melirik sinis kearah Niko yang saat ini sedang menunjukkan cengiran bodoh nya. "Yaelahh.. bercanda gue" "Gue berdua sama Qeela" Ujar Vino. "Eh nggak bisa.. ini di gunung, brother. Gue nggak mau kalau elo sampai khilaf disini. Gue bakal temenin kalian" Ucap Bara dengan santai nya. "Jadi, gue, elo sama Qeela. Kita satu tenda. Nah sisa nya, kalian deh" lanjut nya seraya menunjuk satu persatu. Vino berdecak kesal, lalu menggenggam tangan Qeela membawa nya masuk ke dalam tenda. Menyuruh nya untuk tidur di bagian pojok, dan Vino disamping nya. Sedangkan Bara di dekat pintu. Yang berarti Vino tidur tepat di tengah-tengah antara Qeela dan Bara. "Kamu pakai Sleeping Bag (4), ya" Note: 1. Headlamp : Lampu/senter yang biasa nya diletakkan dikepala. 2. Logistik : Persediaan bahan makanan. 3. Summit : Perjalanan menuju puncak gunung setelah kita bermalam di pos tertentu. 4. Sleeping Bag : Kantong tidur, biasa nya hingga menutupi kepala seperti kepongpong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD