Mobil Pininfarina Sergio Ferrari berjalan keluar dari mansion mewah dengan kecepatan sedang. Seorang pria bertengger manis dengan dua tangan memegang stang kemudi. Mulai dari penampilan rambutnya yang sangat rapi disisir ke belakang. Memakai kaca mata hitam dan jas berwarna hitam dengan dasi abu-abu.
Pria itu mengetukkan jarinya perlahan ke kemudi. Sesekali memperlihatkan jam berharga ribuan dolar yang menghiasi pergelangan tangannya.
Wajah rahang tegas itu tersenyum semirik, seolah mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Entah kenapa? Pagi ini, dia bersemangat untuk pergi ke kantor. Biasanya, dia akan bermalas-malasan dan hanya minum sesuatu yang menyegarkan.
"Akan hal menarik terjadi kedepannya. Instingku selalu benar." Dia menambah kecepatan mobil itu agar cepat sampai di tempat tujuan.
Sementara itu, seorang gadis berdiri tegak di depan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Tahun 2020, dimana ia berada saat ini, dengan membawa berkas di tangan kanannya. Penampilannya seperti pegawai pada umumnya. Memakai sepatu pantofel berhak lima sentimeter. Kemeja putih dipadu dengan rok hitam panjang selutut, rambut disanggul rapi.
Gadis itu sesekali menghela nafas panjang, berharap ingin lari dari tugas yang diberikan. Biasanya, ia akan membawa katana di kedua tangannya. Dan sekarang, ia membawa tas dan amplop berwarna coklat. 'Sungguh menggelikan' pikirnya dalam hati.
Saat kakinya berjalan masuk, ia disambut ramah oleh resepsionis. "Adakah yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya dengan senyum ramah. Gadis itu melihat name tag yang ada di d**a bagian kanan. "Saya ingin melamar kerja di perusahaan ini, Nona Diva."
"Kebetulan sedang ada wawancara di lantai dua puluh. Anda bisa ke sana." Gadis itu mengangguk, "Terimakasih." Ia langsung menuju ke lift dengan buru-buru dan memencet tombol begitu saja karena lift hendak tertutup.
"Tunggu!" teriaknya sambil terengah-engah. Untungnya masih keburu. Gadis itu masuk begitu saja, berpegangan pada dinding lift untuk menetralkan jantungnya. Maklum saja ia kan lari.
"Terimakasih," ujarnya sambil mengelus dadanya. Dahi gadis itu berkerut lantaran hawa dingin yang terus menyebar di seluruh ruangan lift. Ini bukan april mop. Mana ada hantu di pagi hari seperti ini. Ia adalah seorang profesional dalam membasmi iblis. Masak kalah dengan hantu.
Tanpa disadari, seorang pria tengah mengendus dirinya. Gadis itu pun langsung menoleh lalu tersentak kaget sampai menatap dinding lift.
"Siapa namamu?" Suara serak dan seksi membuat gadis itu terperangah. Pria di sampingnya, tidak hanya tampan. Tapi, perfek dari atas sampai bawah. Tidak ada cacat sama sekali.
"Ja-Jazlyn," ucapnya gugup. Berhadapan dengan dewa berbentuk manusia adalah hal terlemah oleh semua kaum hawa. Termasuk dirinya, Tapi, ia harus tahan semua itu. Tujuannya kesini adalah untuk menyelesaikan misi.
Pria itu melirik ke arah amplop coklat yang sedang dibawa oleh Jazlyn. "Mau melamar kerja?" tanyanya dengan dingin.
Jazlyn langsung mengangguk cepat lalu menunduk tidak berani menatap wajah pria itu. Takut di luar kendali. Sang pria menyeringai melihat tingkahnya. Ia semakin mengeluarkan hawa pemikatnya. Namun, gadis yang bernama Jazlyn tidak bereaksi sama sekali.
'Menarik' batinnya sambil mengendus aroma Jazlyn. Pria itu berjalan ke arahnya, menepis jarak diantara mereka. Tangan kekar pria itu di menempel di dinding lift, mengungkung gadis tersebut.
Jazlyn sampai kaget dibuatnya. Tidak mungkin pria tampan itu tertarik padanya. "Stocking, sobek." Bunyi lift terbuka, pria itu beranjak pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
Jazlyn masih terbengong sampai rahangnya jatuh ke bawah. Ia kemudian baru sadar saat pria itu menjauh.
"Astaga… memalukan!" geram Jazlyn saat melihat stocking yang sobek di bagian betis kirinya. Gadis itu berharap tidak akan bertemu lagi dengan pria tampan itu. Tapi, harapan tinggal harapan. Kenyataannya, ia akan tetap berurusan dengan pria tampan mempesona, seksi, menggairahkan dan hot itu.
Jazlyn keluar dari lift dengan tergesa-gesa. Ia mengingat kejadian saat akan berangkat tadi. Karena terlalu buru-buru, gadis itu tidak menyadari jika stockingnya sobek saat berada di angkutan umum. Mungkin karena benda tipis ini kekecilan. Ia memaksakan diri untuk memakainya.
Lagi pula, ini hadiah dari Lucy. Dia bilang kalau stocking itu adalah keberuntungan yang akan membantu Jazlyn agar bisa di terima di Graham Company.
Bahkan, Lucy dengan antusias mendandani Jazlyn. Dia terlihat senang saat melihat hasil karyanya. Meskipun tidak sesuai dengan kriteria gadis itu, ia tetap menerima dengan tulus.
"Lupakan. Aku harus pergi ke toilet dan melepas stocking ini." Jazlyn berjalan mencari ke sana kemari untuk mencari toilet. Namun, ia malah tersesat karena tempat itu terlalu besar. Gadis jengkel lalu menoleh kekanan dan kekiri, berharap tidak ada orang. Ia masuk ke dalam salah satu ruangan.
Jazlyn menutup pintu dengan rapat lalu menghela nafas panjang. Ia menaruh tas dan berkasnya di lantai lalu mulai menyibakkan rok yang sialnya sangat sempit.
Jazlyn melirik ke bagian kiri yang memperlihatkan sobekan kecil lurus ke bawah sejauh sepuluh centi meter.
Gadis itu melepas stokingnya secepat kilat agar terbebas dari rasa jengkel yang mendera karena malu. Benda tipis ini benar-benar mengganggu. Ia melemparnya dengan kasar lalu menurunkan roknya kembali.
Jazlyn tidak menyadari, bahwa kegiatannya diamati oleh seseorang pria dari awal sampai akhir. Bahkan, kewaspadaannya turun lantaran terlalu panik. Pria itu menatapnya lamat dengan menyeringai, seolah mendapatkan mangsa baru. Bau harum yang dikeluarkan dari tubuh Jazlyn menggoda imannya untuk mendekat ke arah gadis itu.
Tidak bisa menampik dan bertahan, pria itu berjalan perlahan untuk menepis jarak di antara keduanya. Sedangkan Jazlyn masih sibuk berbenah diri.
"Sepertinya, Anda salah ruangan," celetuk pria itu membuat Jazlyn tersentak, menoleh ke belakang. Matanya melotot dan kaget bukan main melihat pria yang ditemui di lift tadi. Nalurinya ingin lari, tapi kaki itu tidak bisa bergerak sama sekali.
Ayolah… dia sang pemburu iblis. Harus menahan malu seumur hidup karena ketahuan melepas stocking di depan orang yang tidak dikenal. 'Masuklah ke dalam sumur Jazlyn'
Gadis itu mengutuk dirinya di dalam hati. Tenang, mungkin pria itu tidak melihat semua. Kalau pun melihat, anggap saja gratis. Jazlyn menarik nafasnya panjang lebar lalu tersenyum manis sekali.
"Anggap Anda tidak melihat apapun," ucap Jazlyn sambil membuang malu. Kalau malu, jelas iya. Lebih malu dari apapun.
Pria itu semakin ingin menggoda Jazlyn. Dia melangkah ke depan semakin dekat hingga berjarak dua centimeter. Tubuh tegapnya sedikit di condongkan sampai gadis itu mundur ke belakang menabrak pintu.
Sang pria pun berbisik di telinga bagian kiri milik Jazlyn. "Tubuhmu sempurna Meskipun hanya paha putih dan kaki jenjangmu yang kelihatan." Mulut gadis itu terkatup rapat dan hanya membuang muka merahnya yang menjalar hingga ke cuping telinga.
'Menarik dan imut' batin pria itu di dalam hati.
Tidak bisa menampik lagi, saat melihat kemeja putih yang menghiasi sebagian tubuh Jazlyn membuatnya menelan ludah berkali-kali. Gadis itu terlihat sangat seksi, bahkan, wajahnya yang mungil seperti boneka itu terlihat pas jika di rengkuh olehnya.
Pria itu kemudian memegang handle pintu lalu membukanya perlahan. Tanpa sadar, Jazlyn bergerak lebih mendekat, bau harum maskulin kas seorang pria dengan wangi menyegarkan masuk ke indra penciumannya.
Jazlyn menutup matanya, menghirup aroma itu dalam-dalam. Sang pria melirik, menyeringai sambil memegang pinggang gadis itu
Jazlyn kaget bukan main lalu berteriak, "c***l!" Gadis itu melepas tangan pria itu lalu keluar ruangan dengan cepat.
"Siapa pria itu?" tanya Jazlyn pada dirinya sendiri, sambil terengah-engah mengambil nafas sedalam-dalamnya.
BERSAMBUNG