Jazlyn bisa bernafa lega setelah tubuhnya benar- benar bersih. Ia sekarang sedang menikmati empuknya ranjang sambil menatap atap. Ketenangan ini, membuatnya nyaman. Karena selama gadis itu hidup, ia tidak bisa merasakan hal aman seperti itu.
Jazlyn beranjak dari ranjang, menghampiri koper yang terbuka di lantai dekat lemari. Ia melihat kotak kayu berwarna coklat. Dengan segera, gadis itu membuka kotak tersebut. Terdapat sebuah benda pipih berwarna hitam, tipis dan juga sesuai seleranya.
Gadis itu mengambil sebuah kertas yang ada di dalamnya. Terdapat tulisan Adam yang sangat rapi.
'Benda ini namanya ponsel yang dapat digunakan untuk menghubungi seseorang. Ini hampir sama dengan jam hologram buat komunikasi. Kau tinggal menggunakannya. Aku sudah mengatur segala yang ada di dalam benda ini'.
Jazlyn mengambil benda itu, lalu membukanya. Hal pertama yang ingin dicari adalah tentang perusahaan milik keluarga Graham.
"Hem, ternyata mereka sedang mencari seorang karyawan. Kenapa analisis Adam selalu benar? Seolah dia pernah ke masa ini." Jazlyn berdiri kembali lalu duduk di ranjang. Ia berencana akan datang besok ke kantor itu. Ya, untuk menjalankan misi tentunya. Berada di kandang lawan adalah hal mudah untuk mencari informasi.
Ketukan pintu dari luar membuat gadis itu mengalihkan pandangan matanya. Ia bangkit kembali, menutup koper lalu berjalan menuju ke arah benda yang terbuat dari kayu itu.
"Maaf, apakah kau sudah selesai? Aku menyiapkan makanan untukmu, Jazlyn," kata Lucy sambil menatap dengan senyum ramah. Wanita tua itu sedikit terkejut dengan wajah gadis tersebut karena dia terlihat seperti boneka. Mata birunya yang indah seperti air laut mampu menenggelamkan seseorang masuk ke dalamnya.
"Tak perlu repot-repot, Lucy. Kau sudah sangat baik padaku." Jazlyn tersenyum lembut, memamerkan gigi putihnya kepada wanita itu. Senyum tersebut membuat Lucy terpana.
Waktu terkena noda hitam di seluruh tubuhnya, Lucy mengira kalau Jazlyn adalah gadis biasa saja, tidak ada kelebihan sama sekali. Tapi, setelah berbenah diri, penilaian itu menghilang.
"Makanlah sesuatu, sebelum kau pergi." Lucy menyeret lengan Jazlyn lalu menggandengnya. "Aku sangat senang kau berada disini." Gadis itu sedikit terkejut dan enggan untuk menolak.
"Terimakasih… kau tidak menolak kebaikanku." Lucy tersenyum sambil terus menyeret Jazlyn untuk duduk di kursi meja makan.
Gadis itu hanya diam di perlakukan seperti itu. Ia jadi mengingat tentang keluarganya. Sudah lama, Jazlyn tidak kembali menemui sang ayah. Dan sekarang, harus menyelesaikan misi yang panjang.
"Aku sudah merepotkanmu. Terimakasih." Jazlyn terlihat malu dan canggung. Karena pertama kali mendapatkan perlakukan seperti ini dari orang lain yang tidak mengenalnya.
Saat makan berlangsung, mereka mendengar kabar berita dari televisi. Banyak para gadis dan anak kecil yang hilang. Jazlyn menghentikan aktivitas makannya.
Lucy menatap ke arah Jazlyn yang merasa terganggu oleh berita itu. "Itu hal biasa di kota ini. Termasuk anakku juga menghilang."
Mata Lucy berlinang ketika mengucapkan perkataan itu. "Para aparat kepolisian sudah berusaha keras selama puluhan tahun. Tapi, mereka tidak mendapatkan apa pun."
Jazlyn menatap ke arah berita dan Lucy secara bergantian. Ia tahu, kalau ini adalah ulah para iblis. Tidak salah lagi, buku diary Jossie penuh teka-teki. Dan ada beberapa yang di sembunyikan dari gadis bernama Jossie itu.
Gadis itu menaruh tangannya di dagu, menganalisis sesuatu. Menurut berita, gadis dan anak kecil yang menghilang itu sekitar umur sepuluh tahun sampai dua puluh tahun. Kemungkinan, mereka akan di jadikan b***k, atau pemuas nafsu sebagai bentuk perkembang biakan para anak iblis.
Jadi, perkembang biakan anak iblis sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Berarti, gadis itu datang ke waktu yang salah.
Sial, kurangnya informasi membuatnya bingung. Jazlyn memejamkan matanya perlahan mengolah isi otaknya kembali. 'Kenapa aku bodoh sekali?' pikirnya. Iblis yang berkuasa adalah Raja Iblis. Anak sang raja pastilah yang menjadi pemimpin selanjutnya.
Kalaupun para manusia yang melahirkan anak untuk iblis, berarti mereka adalah iblis biasa. Jika pemimpinnya mati, para bawahannya juga mati. Karena sumber kekuatan iblis terletak pada pemimpin. Satu-satunya cara untuk menghentikan permasalahan ini adalah mencari sumber akarnya, yaitu raja iblis sendiri
Jazlyn menghembuskan nafas berulang kali. Hal itu tidak luput dari perhatian Lucy. "Jaz," panggilnya lirik. Tidak ada jawaban dari gadis itu. "Jazlyn." Lucy memanggil gadis itu sekali lagi dan agak tinggi.
Jazlyn tersentak kaget, membuyarkan lamunannya. Ia merasa bersalah dengan Lucy. "Maafkan aku. Aku hanya berpikir tentang para gadis itu."
"Kau harus hati-hati, Jazlyn. Aku tidak mau hal yang sama terulang lagi seperti putriku." Lucy tersenyum lembut lalu menggeser kursinya. "Teruskan makanmu. Aku ke kamar sebentar."
Jazlyn melihat punggung Lucy yang terus berjalan keluar ruangan. Ia kemudian mengusap wajahnya kasar. "Aku tidak bisa menghibur orang," gumamnya sambil berdiri. Nafsu makannya tiba-tiba lenyap begitu saja. Dengan sigap, ia pun membereskan semua piring yang ada di atas meja.
Sementara itu, di sebuah penjara bawah tanah. Terdapat beberapa gadis dan anak-anak sedang meringkuk ketakutan. Beberapa di antara mereka ada yang sudah tidak bernyawa sampai membusuk.
Salah satu penjaga datang membuka kunci sel. Mereka semua berteriak minta tolong untuk di lepaskan. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali dari penjaga itu. Dia seolah bisu tak mendengar teriakan yang terus menggema.
"Diam!!" teriaknya sambil menyeret salah satu dari sekian anak dan para gadis. "Kau sangat cocok untuk tuanku. Jika kau bisa memuaskannya. Maka mereka semua akan hidup."
"Aku tidak mau! Kalian semua b******n!" teriak gadis itu sambil meronta. Namun, hadiah tamparan yang diterimanya sampai sudut bibir itu sobek. Dia bahkan juga tersungkur di tanah.
"Suatu kehormatan kau melayaninya. Tutup mulutmu!" Dengan kasar, penjaga itu menyeret lengan gadis tersebut. Teriakan dan rintihan terus dilakukan olehnya agar bisa lepas. Sampai akhirnya, dia benar-benar lepas berkat kesempatan menggigit lengan penjaga tersebut.
"Kembali!!" teriaknya, gadis itu terus lari mencari jalan keluar, berharap ada seseorang yang menolongnya. Air matanya terus mengalir deras tanpa henti. Padahal, dia ke kota ini karena undangan dari sahabatnya. Tapi, siapa sangka malah terjebak di tempat mengerikan seperti ini.
Saat hendak sampai di sebuah pintu, tangan besar dengan kuku panjang meraih pinggulnya. Gadis itu berteriak nyaring hingga akhirnya tebasan berupa tiga cap jari kuku menggores perutnya. Darah segar mengalir keluar begitu saja seperti air yang jatuh dari kran, merah dan segar.
Tubuhnya kemudian ambruk ke tanah dengan genangan darah yang meluber di sekitar gadis itu.
Sang penjaga tadi hanya menundukkan kepala hormat. "Maafkan saya, Tuan. Saya lalai."
Penjaga itu terhempas sampai ke tembok hingga terbatuk-batuk. "Ja-jangan hukum saya." Tangan besar berwarna hitam itu berubah menjadi tangan manusia.
Noda darah yang terletak di telapak tangan tangan sampai mentes di kukunya di jilati perlahan. "Jika sang raja tahu. Berakhirlah hidupmu. Kita masih banyak membutuhkan para gadis untuk dijadikan tumbal," ucapnya lalu melesat pergi dengan cepat begitu saja.
Penjaga itu menghela nafas panjang. Dia beruntung bisa selamat di tangan panglima tertinggi. Namun, ternyata pemikirannya salah. Tubuhnya mulai meleleh seperti lilin. Dia berteriak keras dan terus minta tolong. Tapi, tidak ada yang datang menolongnya.
Semakin penjaga itu berteriak, kesakitan yang di derita kian bertambah. Teriakan itu terus menggema seiring dengan tubuhnya yang terus meleleh.
BERSAMBUNG