BAB 16

1867 Words
Esok paginya ketika terbangun, Rafael kedatangan tamu yaitu sahabatnya sendiri, Damian, membuat Mayra terbangun tanpa menyadari bahwa sang kekasih ada tamu, Mayra terkejut dan kembali masuk ke kamar. Rafael terkekeh melihat tingkah Mayra. "El, siapa dia? One Night Stand?" tanya Damian, membuat Rafael menendang kaki sahabatnya. "Kau gila? Dia bukan ONS, kau jangan salah." kata Rafael. "Terus, dia siapa?" "Dia wanitaku, calon istriku." "Kau memiliki pacar? Trus, Shofie?" "Aku sudah lama memiliki pacar, dia wanita yang sangat aku cintai, aku belum pernah mencintai seorang wanita seperti ini, aku jadi tidak ingin jauh darinya, dan Shofie? Jangan membahas Shofie, aku hanya menganggapnya sebagai teman saja. Kamu yang harusnya menikahi Shofie karena aku tahu kamu mencintainya, 'kan?" kata Rafael, membuat Damian menggeleng. "Dia wanita Indo?" "Iya." "Perkenalkan aku dengannya. Dia manis." kata Damian. "Sayang, mandi dan ganti baju, temanku mau kenalan." teriak Rafael, membuat Mayra mondar-mandir di dalam kamar. "Hubungan kamu sudah sejauh ini?" "Iya, bukan kah wajar?" "Kau sudah tidur dengannya?" "Ish, dia bukan wanita yang seperti itu, Dam, aku memang tidur dengannya, tapi kita tidak pernah ngapa-ngapain, karena aku menghargainya." "Gila kamu, kamu bisa menahannya dekat dengan dia? Menahan nafsumu?" "Aku tak akan lagi menahannya jika dia sudah menjadi istriku." kata Rafael, membuat Damian tertawa kecil dan menyerendengkan kepalanya di kepala kursi. "Wanita itu ternyata yang bisa membuat sang pilot kita jatuh cinta, pantas saja kau nyaman di Indonesia, ternyata karena wanita itu?" "Sudahlah, jangan membahasnya, pesan lah layanan kamar, aku akan menyuruh wanitaku keluar." kata Rafael membuat Damian tak percaya. Rafael masuk ke kamar dan melihat Mayra tengah duduk di dekat kamar mandi, dengan kaki yang ia goyangkan. Rafael tertawa kecil melihat tingkah Mayra saat ini. "Sayang, apa yang kamu lakukan di situ? Kenapa gak mandi?" tanya Rafael, menghanoiri Mayra. "Dia siapa, Yank? Aku gak tahu, kamu kehadiran tamu." kata Mayra. "Jadi, kamu malu?" "Bukan malu, tapi aku malah malu-maluin keluar begitu saja dengan penampilan acak-acakkan kayak gini." kata Mayra. "Haha... acak-acakkan seperti ini pun masih terlihat cantik, Sayang." "Ish, jangan bercanda." "Aku gak bercanda, aku serius." "Aku harus gimana? Pergi dari sini?" "Kenapa harus pergi dari sini?" "Aku gak mau malu-maluin." "Kamu gak malu-maluin, Sayang, jangan mikirin hal aneh deh. Sahabatku itu malah mau kenalan sama kamu, dia teman kecilku sekaligus partner kerjaku di perusahaan." "Jadi, dia sahabatmu?" "Iya, dia baru tiba dari Jerman karena membawa sesuatu untukku, karena setelah dari New York, aku akan melakukan pertemuan di Indonesia." kata Rafael, membuat Mayra mengangguk. Rafael menarik Mayra agar berdiri dari duduknya dan merangkul pinggangnya, mendekatkan badannya ke badan mungil Mayra. Rafael menarik Mayra agar berdiri dari duduknya dan merangkul pinggangnya, mendekatkan badannya ke badan mungil Mayra "Sekarang mandi lah, aku tunggu di depan, kita sarapan sama-sama." kata Rafael, lalu mengelus rambut belakang Mayra dan mencium bibirnya. Mayra lalu masuk ke kamar mandi. Rafael menghampiri sahabatnya yang masih duduk di sofa. "Kamu serius akan menikahinya?" tanya Damian. "Ya ampun, Dam, kamu masih memikirkan itu sejak tadi?" "Tentu saja, selama ini, kamu tidak pernah jatuh cinta dan wanita itu berhasil membuat sang pilot jatuh cinta, aku tentu salut dan kagum padanya." kata Damian. "Dia wanita yang sederhana, Dam, dia wanita apa adanya, dia juga baik hatinya." "Dia tidak matre, 'kan?" "Biarkan saja jika memang dia matre, wajar jika dia menikmati uangku. Uangku pun tak akan habis meski dia memakainya setiap hari untuk belanja." "Wah, seorang pilot tampan dan dingin sepertimu ternyata bisa memperlakukan wanita dengan baik juga? Padahal pada Shofie, kamu selalu saja bersikap tak baik." kata Damian. "Karena aku tahu, kamu mencintai Shofie." "Tidak perlu membahasnya, Shofie tak menyadari bagaimana perasaanku." "Karena kamu tidak pernah mengatakannya, bagaimana Shofie mau tahu tentang perasaanmu itu, jika kamu tidak mengatakannya?" kata Rafael, membuat Damian terdiam. "Kamu sudah memesan layanan kamar?" "Belum, kita satapan di loby saja." kata Damian. "Baiklah, aku tunggu Mayra dulu." "Namanya, Mayra?" "Iya, Mayra Liliana Broto." Satu jam kemudian, Mayra keluar dari kamar dengan penampilan yang menarik, ia memakai pakaian terbarunya, karena tak ingin mempermalukan Rafael di depan sahabatnya. Rambutnya ia ikat rapi, sungguh cantik, selama ini ia terlihat cantik alami. Namun, saat ini, ia mempoles wajahnya sedikit demi Rafael di depan sahabatnya. Namun, saat ini, ia mempoles wajahnya sedikit demi Rafael di depan sahabatnya "Sayang, sudah siap?" tanya Rafael. "Iya." jawab Mayra. Damian berdiri dari duduknya dan melihat wajah cantik dan penampilan Mayra yang mengesankan. "Perkenalkan, ini temanku." kata Rafael, membuat Mayra menyodorkan tangannya di sambut hangat oleh Damian. "Aku Damian, kamu?" "Namaku Mayra." jawab Mayra. "Nama yang cantik, seperti wajahnya." kata Damian, membuat Mayra merona. "Apaan, sih, dia ini milikku." kata Rafael, merangkul pinggang Mayra, membuat Kayra tersenyum. "Kita sarapan di lobby." ajak Rafael, menggenggam tangan Mayra. Mereka bertiga lalu meninggalkan kamar dan berjalan memasuki lift, lift pun turun membawa mereka ke loby. "May, kamu kerjanya apa?" tanya Damian. "Aku staf." "Di perusahaan EL Airlines?" "Iya." "Hanya cabang di Indonesia?" "Iya, benar sekali." kata Mayra, membuat Rafael tersenyum senang melihat Mayra lancar berbahasa Inggris, ia tidak sia-sia menyewa guru yang bisa mengajari Mayra sampai lancar. "Terus, kamu di New York?" "Aku harusnya menghadiri rapat para divisi. Namun, Rafael mencegahku." kata Mayra. "Kamu mencegahnya, El?" "Ish, diam saja kamu." tendang Rafael, pada kaki Damian. Sampai di loby, Rafael, Mayra dan Damian duduk di kursi bundar, memesan kopi dan beberapa macam roti bakar untuk sarapan mereka. Damian sesekali tersenyum melihat Rafael selalu saja menatap Mayra diam-diam, sang pilot tampan itu akhirnya jatuh cinta setelah sekian lama menjomblo dan mencari wanita di seluruh dunia dan Indonesia adalah tempatnya menetapkan pilihan, apalagi Rafael adalah pria yang populer sejak sekolah. "Kapan rencanamu ke Indonesia?" tanya Damian. "Besok pagi." "Kalau Mayra?" "Tentu saja, dia akan ikut denganku. Aku juga akan menemui orang tuanya dan membicarakan tentang pernikahan kita." kata Rafael spontan, membuat Mayra menyikut sang kekasih. "Ada apa, Sayang? Aku dan Damian selalu berbagi rahasia." kata Rafael. "Tapi-" "Iya, benar, Mayra, kekasihmu ini tidak pernah menjaga rahasianya padaku." kata Damian. Mayra tertawa kecil lalu menikmati secangkir kopi hangat yang di pesan Rafael untuknya. Damian sangat senang melihat sahabatnya itu akhirnya mau membuka hatinya untuk seorang wanita asing yang berasal dari Indonesia, Rafael tak pernah memperlakukan wanita sebaik ini. Membuat Damian sangat senang melihatnya. **** Rafael dan Mayra sampai di Indonesia, Mayra sangat senang akhirnya sampai di kota Jakarta, kota yang terkenal akan padatnya penduduk, meski dua hari di New York. Namun, Mayra sangat senang karena menghabiskan waktu bersama Rafael sang kekasih. Rafael menggenggam tangan Mayra, memasuki perusahaan, membuat para pramugari dan staf wanita melihatnya heran. Namun, dengan cepat Mayra melepas genggaman tangannya. "Mayra bersama Pak El? Sejak kapan?" bisik Vica. "Gue juga gak tahu, Vica. Gue baru liat juga." kata Eva. "Itu bukan hanya kebetulan, 'kan?" "Selamat datang, Tuan Wilson." Pak Galih dan Ibu Danessa mengulurkan tangan. "Tuan Wilson? Maksudnya apa?" tanya Sonia. "Baiklah semuanya, karena kalian sudah di sini, perkenalkan beliau adalah Tuan Wilson, Rafael Aliand Wilson, pemilik perusahaan EL Airlines, menggantikan Tuan Marco Wilson yang sudah wafat dua minggu yang lalu." kata Pak Galih menjelaskan, sedangkan Mayra melepas genggaman tangan Rafael dan mundur untuk berdiri di belakang. "Ha? Jadi, Pak El adalah pewaris tunggal EL Airlines?" tanya Hery. "Her, gue lagi gak mimpi, 'kan?" tanya Winda. "Iya, Win, gua aja gak lagi mimpi loh." sambung Juan. Pramugari dan para staf saling berbisik, membuat kebisingan tersendiri sampai Pak Galih memberi kode agar semuanya diam. "Selamat sore, semuanya, perkenalkan nama saya Rafael Aliand Wilson, saya anak tunggal dari Marco Wilson yang melainkan Ayah saya sendiri, beliau telah wafat dua minggu yang lalu dan saya akan menggantikan posisi beliau sebagai Ketua di perusahaan pusat Jerman, saya kemari hanya melakukan kunjungan dan mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang sudah menyambut saya selama ini, saya akan sering berkunjung jika saya ada jadwal penerbangan di Indonesia." kata Rafael, membuat para pramugari/pramugara dan para staf juga para pemimpin divisi merasa akan kehilangan jika Rafael meninggalkan perusahaan. "Jadi, maksud anda, anda masih bekerja sebagai pilot?" tanya Ibu Danessa. "Iya, Bu, saya suka mengoperasikan pesawat, karena itu, saya akan tetap menjadi seorang pilot, sembari menjadi ketua di perusahaan maskapai di Jerman." jawab Rafael, membuat Mayra tersenyum. "Saya lupa satu hal, ini teman saya, namanya Damian Amrie, dia adalah direktur pusat di Jerman, beliau mengikuti saya ke Indonesia sekalian memperkenalkan diri pada kalian semua." "Selamat datang, Tuan Amrie." ujar Pak Galih sebagai direktur perusahaan maskapai cabang Indonesia. "Terima kasih, Pak Galih." jawab Damian. Damian juga terlihat sangat tampan, membuat para pramugari dan staf wanita melayang melihat ketampanan Rafael dan Damian. "Mereka itu tampan sekali, Va." bisik Vica. "Iya, mereka ciptaan Tuhan dan mahakarya yang sempurna." sambung Eva. "Gue gak nyangka banget bisa bertemu dua pria tampan itu, andaikan saja mereka bekerja di sini, gue bakal membuat kamar dan tak akan pulang ke rumah menunggu pagi." sambung Winda. "Gue juga, Win, ya Tuhan... sangat indah." gumam Debby. "Deb, kamu gak ada penerbangan?" "Penerbangan delay, Win. Kamu yang ada penerbangan setengah jam lagi." jawab Debby. "Ish, gue gak mau lah melewati pemandangan indah ini." kata Winda. "Kalian kayak gak pernah liat pria tampan saja." kata Rahmadi. "Iya, benar kata Rahmadi, kita berdua, kan, juga tampan." sambung Juan. "Kalian itu udah biasa kami lihat, yang mahakarya terindah itu, ya, Pak El dan Pak Damian." kata Winda, membuat semuanya tertawa. "Kapan rencananya anda akan kembali ke Jerman?" tanya Pak Galih. "Sampai pernikahan saya selesai." jawab Rafael, membuat semuanya membulatkan mata penuh, sejak kapan Rafael memiliki kekasih? "Apa? Menikah? Siapa wanitanya, Pak El?" tanya Winda. "Iya, Pak El, siapa wanita yang beruntung itu?" tanya Ibu Danessa. "Apa kalian ingin tahu? Tapi, saya tidak bisa mengatakannya." kata Rafael, membuat para pramugari dan staf wanita manyun tak percaya. "Selamat, Pak El, anda akan menikah." kata Pak Galih. "Pernikahan Pak El, akan di adakan di Indonesia dan calon wanitanya adalah-" Damian menggenggam kedua bahu Mayra, membuat Mayra memberi kode agar tak sampai memberitahu para rekan kerjanya dan atasannya. "Siapa, Pak Damian? Siapa calon istri Pak El?" tanya Eva, penaran. "Dia adalah staf teladan kita. Namanya adalah Mayra Liliana Broto." jawab Damian, membuat para staf, pramugara/pramugari juga semua atasan membulatkan mata mereka penuh karena terkejut dan tak percaya apa yang di katakan Damian barusan. "Karena itu tujuan saya kemari untuk menjadi wali nikah sang pilot kita." kata Damian, membuat semuanya patah hati. "Benarkah? May, sejak kapan lo dan Pak El, memiliki hubungan? Kalian-" tanya Eva tak percaya. Mayra memilih tak menjawabnya, membuat para atasannya hanya menatap Mayra penuh heran. "Selamat, Pak El dan selamat Mayra." kata Pak Galih, membuat Mayra mengangguk tanpa mengatakan apa pun. "Pak El, kami semua patah hati." kata Winda. "Setelah saya menikah dengan Mayra, saya akan membawa Mayra ke Jerman dan memberikan surat pengunduran dirinya di sini." kata Rafael, membuat semuanya terkejut. Sulit bagi semuanya mempercayai, jika wanita yang berhasil membuat Rafael jatuh cinta adalah Mayra, wanita sederhana yang memiliki banyak mimpi, ia gadis kampung yang tak pantas mendapatkan kebahagiaan ini Sulit bagi semuanya mempercayai, jika wanita yang berhasil membuat Rafael jatuh cinta adalah Mayra, wanita sederhana yang memiliki banyak mimpi, ia gadis kampung yang tak pantas mendapatkan kebahagiaan ini. Namun, Rafael tak pernah melihat semua itu sebagai kekurangan. Namun, sebagai kelebihan seorang Mayra Liliana Broto. Para atasan memberikan selamat kepada Mayra dan Rafael meski mereka tak percaya. Rafael mengumumkan hubungannya dengan antusias, membuat semua pramugari dan staf wanita begitu patah hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD