Bab 6

1430 Words
Setelah pulang sekolah, Galen langsung membawa Billa ke sebuah tempat perbelanjaan, yang ada di Kawasan Jakarta Selatan, dan kini sekarang mereka sedang berada di sebuah kafe yang ada di dalam pusat perbelanjaan tersebut, sebenarnya ada sesuatu yang ingin Billa katakana kepada Galen, ia tidak  ma uterus-terusan bersembunyi di balik hatinya, bukan hanya Galen yang akan tersakiti kalau hubungan ini terus dilanjutkan, yang ada Billa jauh lebih sakit. Ia sudah Lelah terlihat menjadi orang paling kuat tapi padahal ia sangat rapuh. Entah sampa kapan perasaan Billa akan tertuju kepada Andre, jelas-jelas Andre sama sekali tidak menyukainya. Patah hati yang disengaja adalah mencintai seseorang yang tidak bisa diraih. “Gal, kamu sayang sama aku?” Entahlah, Billa tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, ia juga bingung, ia tidak ingin menyakiti hati Galen, tetapi ia juga tidak bisa terus-terusan membohongi dirinya sendiri, bilang sayang padahal sama sekali tidak sayang. Galen terkekeh pelan dan meraih tangan Billa yang ada di atas meja, itu adalah pertanyaan konyol yang ditanyakan oleh Billa. “Bil, kamu ragu sama perasaanku? Jelas-jelas aku sayang kamu, sayang banget malah, kamu perlu bukti apa lagi?” Billa menghela napas, mencoba menetralkan detak jantungnya yang tidak karuan. “Aku mau jujur sama kamu, aku akan terima konsekuensinya, bahkan aku bakal ikhlas kalau kamu benci aku bahkan enggak mau kenal aku lagi.” Galen melepaskan genggamannya dan menatap Billa dengan serius. “Ngomong yang benar, Billa, ada apa? Langsung ke intinya, jangan berbelit-belit.” “Dari awal aku mau jadi pacar kamu bukan karena aku punya perasaan lebih ke kamu, aku mau jadi pacar kamu karena kedua mantan teman aku menyukai kamu, jadi aku mau bikin mereka sakit hati lewat kamu, dan itu aku berhasil.” Billa menyampaikan itu dengan penuh ketakutan, tetapi ia tetap mengatakannya, dan benar saja sekarang air muka yang muncul di wajah Galen benar-benar tidak bersahabat, ada raut tidak terima yang ia rasakan saat ia mendengar hal itu, jelas saja hatinya sangat terluka dan merasa sangat kecewa. Galen memejamkan matanya sejenak lalu menghela napas pelan. “Lalu apa lagi mau kamu katakan?” Billa menatap Galen dengan penuh rasa bersalah. “Aku mencintai laki-laki lain, aku juga mau jadi pacar kamu karena aku mau buat cemburu.” Galen mengernyitkan keningnya, itu artinya Galen kenal siapa orangnya. “Siapa?” tanya Galen dengan rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Billa menggeleng pelan. “Maaf, aku enggak bisa bilang sama kamu.” Galen terkekeh pelan. “Kenapa kamu enggak cinta sama aku, Billa? Apa kurangnya aku? Oh, aku tahu salah satu alasan kamu minta putus waktu itu bukan karena Ranaya, kan? Tapi karena kamu emang mau kita berakhir.” “Maaf,” cicit Billa pelan, bahkan kata maaf pun tidak bisa menyembuhkan kekecewaannya Galen, ia terlalu sakit hati mengetahui kenyataan yang menyebalkan itu. “Oke, sekarang kita putus. Mulai sekarang kita masing-masing.” Galen mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan meletakkan di atas meja, kemudian ia beranjak meninggalkan Billa yang kini hanya bisa menatap punggung Galen yang semakin menjauh. Sekarang Billa telah melepasakan seseorang yang begitu tulus mencintainya, tetapi itu adalah keputusan Billa, ia tidak mau menyesali hal itu, karena setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi masing-masing. Setelah ini Billa juga akan memutuskan hubungannya dengan cowok kuliahan itu, kali ini ia harus lebih fokus dengan menaklukan hati Andre yang mungkin tidak bisa ia raih. “Halo, Kak Gevan, bisa ketemu sekarang? Nanti aku shareloc.” Panggilan itu pun terputus saat lawan bicaranya menerima ajakan Billa. *** Di lain tempat, saat ini Ranaya dan Gevan sedang berada di kantin kampusnya, setelah mendapat telepon dari Billa, ia pun langsung pamit tentu saja terlebih dahulu ia mau pinjam mobil Naya biar tetap kelihatan keren di mata pacarnya yang kaya itu. Namun, Ranaya tidak lagi mau meminjamkan mobilnya kepada Gevan. “Udah, ah, Gev, mending sekarang lo langsung cabut, jangan biarin cewek lo kelamaan nunggu.” Gevan menghela napas. “Ya itu lo kasih pinjam mobil dulu, please, setelah balik nanti gue langsung ke rumah lo buat balikin mobil dan gue enggak akan lecetin mobil lo sama sekali, please.” “Terus gue pulangnya gimana, Gevan? Malas banget kalau gue pulang naik kendaraan umum.” “Ya udah lo pakai motor gue aja.” Ranaya langsung menoyor kepala Gevan. “b**o. Lo pikir gue bisa bawa motor, hah?” Tak lama kemudian muncul Galen di dekat mereka dan hal itu membuat mereka kaget, terutama Ranaya, tidak biasanya Galen akan langsung masuk ke kampus Ranaya, biasanya ia akan menelepon terlebih dahulu. “Nay, gue butuh lo.” Gevan langsung tersenyum penuh kemenangan. “Ya udah mobil lo mana? Sekarang kan udah ada Galen, lo bisa pulang sama dia, oke?” Ranaya pun mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya. “Dasar cowok enggak modal, balikin mobil gue tepat waktu, awas aja kalau sampai lecet, gue bakal bunuh lo.” Setelah menerima kunci mobil itu Gevan pun langsung beranjak. “Makasih Ranaya sayang, gue duluan ya.” Gevan menatap Galen. “Antarin princess gue dengan selamat ya.” Setelah itu, Gevan pun langsung keluar dari kantin itu. Ranaya pun Kembali menoleh ke arah Galen. “Lo kenapa, Gal?” Galen pun langsung menarik Ranaya ke mobilnya, dan Ranaya pu  hanya bisa pasrah menerima perlakuan Galen. Setelah sampai do mobil, Galen pun langsung memeluk Ranaya. Tidak ada suara, hanya keheningan yang terjadi, Galen semakin mengeratkan pelukannya dan menumpahkan segala kekecewaannya pada gadis itu. Ya, laki-laki itu bahkan tidak malu untuk meneteskan air matanya karena saat ini hatinya teramat sakit. Ranaya hanya diam, ia membiarkan Galen untuk meminjam tubuhnya untuk menumpahkan segala keluh kesahnya, terkadang Ranaya bingung sebenarnya Galen menganggap Ranaya itu apa, dia selalu kepada Ranaya di saat dirinya sedang ada masalah atau apa pun itu. Setelah puas memeluk Ranaya sambil menangis, Galen pun melepaskannya dan menyeka air matanya. “Gue putus, Nay.” Ranaya terkekeh pelan. “Cengeng banget sih, patah hati doang bikin lo sampai kayak gini. Udahlah, Gal, kan dari awal gue udah bilang kalau Billa itu bukan yang terbaik buat lo.” Ranaya menyeka sisa air mata di pipi  Galen dan tersenyum tipis. “Move on ya.” Galen memegang tangan Ranaya dengan penuh kelembutan. “Bantu gue, Nay.” “Iya, gue bakal bantu lo, jadi jangan sedih lagi ya. Hidup lo enggak akan berakhir kalau Cuma kehilangan satu perempuan dalam hidup lo.” “Nay, siapa pacar lo sekarang?” Ranaya mengernyitkan keningnya. “Perasaan kita udah bareng dari dulu kan? Emangnya lo pernah liat gue pacarana?” “Kenapa lo enggak mau pacaran, Nay? Pasti banyak banget yang suka sama lo, kan?” “Karena gue selalu suka sama cowok yang enggak suka sama gue.” Galen semakin penasaran tentang Ranaya. “Sekarang ada seseorang yang lo suka Nay?” Ranaya langsung menggigit bibir bawahnya. “Sekarang lagi enggak suka siapa-siapa.” “Lo suka gue, Nay?” “Eh? Sok tahu.” Galen pun langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Ranaya, lalu ia mencium sekilas pipi gadis itu. “Udah gue bercanda doang, balik yuk?” Hati Ranaya semakin tidak karuan saat Galen mencium pipinya, ada rasa yang menjalar di seluruh tubuhnya. Setelah menempuh hampir 20 menit, Galen pun mengantar Ranaya pulang ke rumahnya tanpa kekurangan sesuatu apa pun. “Nay, gue langsung balik ya, thanks lo udah mau pinjamin bahu lo buat gue tadi.” “Oke, gue masuk dulu.” “Hm, Nay, lo besok ngampus jam berapa?” “Jam 7.” “Gue jemput ya?” “Eh? Bye, Ranaya sayang.” Mobil Galen pun langsung menghilang dari pandangan Ranaya, dan gadis itu langsung masuk ke kamarnya. Di kamarnya ada Andre yang sedang rebahan. “Kak, lo pulang bareng Galen?” “Iya.” “Kak, lo jangan baper ya, gue tahu dia secinta apa sama Billa, gue takut kalau lo Cuma dijadikan pelampiasan karena hubungan mereka yang berakhir. Ranaya terkekeh pelan. “Lo pikir gue ini suka berondong? Ya enggaklah, Ndre. Udah sana lo keluar dari kamar gue, gue mau ganti baju.” “Pokoknya lo ingat pesan gue.” “Iya, bawel.” Andre pun langsung keluar dari kamar Ranaya dan Kembali ke kamarnya. *** Sedangkan di sebuah pusat perbelanjaan Gevan sedang sakit hati karena ternyata Billa mengakhiri hubungan mereka dengan alasan ia mau fokus ujian karena sudah kelas 12. Gevan tahu itu adalah alasan klise, sebenarnya Gevan sakit hati karena ia kehilangan orang yang ia sayang karena pada dasarnya Gevan tidak pernah menyukai Billa, ia hanya sakit hati karena kehilangan salah satu sumber ATM berjalannya. Billa pun langsung beranjak dari tempatnya. “Thanks ya, Kak, Dan maaf, Sekarang aku pulang dulu.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD